Beberapa jam setelah pertemuannya dengan Hayden, Dion tiba-tiba jatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Hayden yang mendengar kabarpun langsung bergegas menuju rumah sakit. Heyden terkejut, padahal saat bertemu dengannya beberapa jam sebelumnya, Papanya itu tampak baik-baik saja.
Sesampainya di rumah sakit, Hayden mendapat omepan bahkan ia sampai ditampar oleh Merry. Tak hanya Merry, Jayden pun mengatai Hayden, menuduh Hayden sebagai penyebab tumbangnya Dion.
"Dasar anak sialan! setelah membuat suamiku jatuh sakit, kau masih berani menunjukkan muka?" sentak Merry.
"Pergilah, kau tidak diharapkan di sini. Kau ini memang salalu mengacau, ya." sambung Jayden mengejek.
Hayden terdiam. Ia berpikir apakah memang Papanya jatuh sakit karenanya? Karena ia tidak hanya menolak permohonan sang Papa, tapi juga sudah mengungkapkan isi pikirannya secara terang-terangan. Padahal, itu tak seharusnya diungkapkannya. Karena tidak ingin membuat keributan, Hayden pun mengalah dan pergi menjauh dari Merry juga Jayden. Hayden memilih menunggu, ia berdiri tak jauh dari ruang pemeriksaan. Ia khawatir akan keadaan sang Papa, karena ia hanya punya Papanya saja, setelah kehilangan sang Mama. Meski Papanya pilih kasih, ia tetap menyayangi Papanya dan tidak ingin sesuatu hal buruk terjadi pada Papanya.
Setelah menunggu cukup lama, Dokter pun keluar dari ruang pemeriksaan. Merry dan Jayden langsung menghampiri Dokter untuk memastikan keadaan Dion. Hayden tetap berada di posisinya, berada tak jauh di belakang Dokter, ia juga ingin tahu keadaan sang Papa. Dokter menyampaikan, jika Dion baik-baik saja, hanya sedikit syok dan tekanan darahnya langsung naik. Tidak ada masalah serius. Hanya perlu istirahat cukup. Merry tampak lega, begitu juga Hayden yang langsung mengembuskan napas panjang. Dokter menambahkan, pasien bisa dijenguk, saat sudah dipindah ke ruang perawatan, lalu Dokter berpamitan pergi. Hayden juga langsung pergi, ia tidak mau memancing keributan lagi karena terlihat oleh Merry ataupun Jayden.
Hayden masuk ke dalam mobilnya dan menghubungi seseorang. Hayden menghubungi Asisten Papanya. Heyden bertanya, apakah Asisten Papanya tahu, soal rencana Papanya yang ingin putrany menikah dengan keluarga konglomewat ternama? Asisten Papanya menjawab, tahu dan menjelaskan semuanya. Termasuk situasi yang sebenarnya terjadi, ia berterus terang mengatakan kalau ia jugalah yang menyarankan Dion agar putranya bisa melakukan pernikahan bisnis. Asisten Dion meminta maaf, karena ia berniat membantu, bukan bermaksud lain. Hayden mengerti, ia tidak mempermasalahkannya lagi.
"Paman, bisa tolong sampaikan pesanku pada Papa? Paman kan tahu kalau Mama dan Kak Jay tak menyukaiku, mereka tak akan memperbolehkanku menemui Papa. Dua orang itu mengira Papa jatuh sakit karenaku, padahal tadi saat bertemu Papa masih baik-baik saja," kata Hayden.
"Apa yang bisa kubantu? katakan saja," jawab Asisten Dion.
"Papa membuat permohonan dan aku menolaknya langsung, tapi sekarang aku berubah pikiran. Katakan pada Papa, jika aku bersedia menikah. Sampaikan juga, jika ini adalah terakhir kalinya aku membantu Papa. Selanjutnya aku tak mau tahu apa-apa lagi," jelas Hayden.
Asisten Dion terdiam sesaat. Tidak lama mengiakan perkataan Hayden. Setelah itu percakapan diamtara keduanya pun selesai, Hayden mengakhiri panggilannya. Hayden meletakkan ponselnya di kursi samping kursi kemudi, ia menyandarkan kepala dan menghela napas panjang. Ia tidak tahu, keputusan yang ia buat adala keputusan yang tepat, atau salah. Yang jelas ia ingin membantu Papanya agar tak kesulitan untuk terakhir kalinya.
"Setelah menikah, mari kita menjalani hidup masing-masing, Pa. Maafkan sikap egoisku ini, tapi aku tak akan bisa lagi diperlakukan berbeda hanya karena aku anak dari selingkuhan." Batin Hayden mengepalkan tangan.
Hayden kesal bercampur kecewa, setiap kali dikatai anak dari selingkuhan. Memang benar Mama Hayden adalah istri kedua Dion, tapi ia juga tak meminta untuk dilahirkan. Meksi pernikahan Papa dan Mamanya adalah pernikahan yang sah, dan dia bukanlah anak di luar nikah, tetap saja julukan anak selingkuhan itu melekat padanya sejak ia dilahirkan.
"Hahhh ... (menghela napas) lebih baik pulang dan olah raga saja. Aku akan membuat tubuhku selelah mungkin agar bisa tidur lebih cepat. Pikiranku benar-benar kusut sekarang," batin Hayden.
Hayden mengenakan sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobilnya. Ia mengemudikan mobilnya pergi meninggalkan parkiran rumah sakit menuju apartemennya.
***
Dua hari kemudian. Disebuah rumah mewah. Ashley dan Papanya, Mattew sedang sarapan bersama.
"Papa berkata ada hal yang ingin Papa sampaikan, ada apa?" tanya Ashley.
"Anthony ... " panggil Mattew pada Asistennya.
Anthony berjalan mendekat dan memberikan sebuah amplop pada Ashley, lalu pergi. Ashley menatap Mattew dan bertanya amplop apa yang diberikan Asisten Papanya padanya? Mattew menjawab, jika di dalam amplop adalah daftar para calon suami Ashley. Ashley diminta Papanya memilih sendiri.
"Pa, sudah aku katakan. Aku tidak mau menikah!" jawab Ashley meninggikan suara.
"Ashley, putriku. Bisakah kau memahami perasaan dan pikiran Papamu ini? kau tahu, hidup Papa tak akan lama lagi, dan jika Papa meninggalkanmu sendirian, siapa yang akan menjagamu? kau memang pandai, dan serba bisa, tapi ... lawanmu bukanlah orang yang tak tahu apa-apa. Kau akan kuat, jika kau menikah. Papa tak akan biarkan putri kesayangan Papa bertarung dengan para serigala liar itu." kata Mattew.
Ashley mengerutkan dahi, "Pa ... aku tahu kekhawatiran Papa. Meski sendiri, aku bisa menjaga diri sendiri. Jika aku punya suami, apakah menjamin dia akan berpihak padaku? bagaimana jika suamiku ternyata malah bekerjasama dengan Paman?" kata Ashley mengerutkan dahi.
"Lihat dulu baru bicara. Kau bahkan belum membaca profil mereka semua. Lima calon itu Papa pilih dengan hati-hati dan cermat. Papa suka salah satunya, tapi belum tentu kau suka. Bagaimanapun pendapatmu lebih utama." kata Mattew membujuk putrinya.
Ashley membuka amplop dan mengeluarkan isinya. Ia melihat satu per satu calon suaminya dan saat melihat sosok yang tak asing, Ashley pun terkejut.
"Dia ... " batin Ashley. Saat melihat foto Hayden.
Mattew menatap Ashley, "Ada apa? kau sudah menemukan yang sekiranya cocok denganmu?" tanya Mattew.
Ashley menatap Mattew, "Ya, Pa. Aku menemukannya. Aku pilih dia sebagai suamiku," kata Ashley menunjuk foto Hayden.
Mattew tersenyum, "Hoho ... ternyata selera kita sama, Nak. Papa juga menyukai pemuda ini. Dia pandai berinvestasi dan mengelola keuangan. Papa sudah menyelidiki semuanya tentangnya. Dia pemuda yang bersih," jelas Mattew senang.
"Ah, ternyata pria ini yang Papa katakan tadi. Baguslah, kalau begini kita tidak perlu banyak membuang waktu. Aku akan bertemu dengannya dulu, karena ada hal yang ingin aku pastikan. Apakah boleh, Pa?" tanya Ashley.
"Tentu saja. Memang seharusnya seperti itu, kan. Kalian harus saling mengenal satu sama lain," jawab Mattew.
Ashley tersenyum, "Apa benar kau adalah orang yang waktu itu? jika benar ini adalah takdir. Sudah sejak lama aku ingin bertemu denganmu," batin Ashley.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments