Seorang pria muda tampan turun dari dalam mobil. Ia berjalan terburu-buru membawa buket bunga dan sekotak cokelat menuju pintu utama sebuah rumah. Ia berdiri di depan pintu cukup lama, lalu menekan sanddi pintu agar ia bisa masuk ke dalam rumah. Senyumnya mengembang, karena ia akan segera bertemu wanita pujaan hatinya.
"Sayang, aku datang ... " kata pria itu memanggil kekasihnya begitu masuk dalam rumah.
Pria itu melihat sekeliling, rumah itu tampak sepi. Ia mencari-cari keberadaan sang kekasih, tapi tak juga terlihat batang hidung sang kekasih. Pria itu mengelurkan ponsel, ia menghubungi kekasihnya untuk memastikan keberadaan sang kekasih. Terdengar nada dering panggilan telepon, pria itu segera berjalan mengikuti sumber suara. Ia melihat ponsel kekasihnya tergeletak di sofa, dan di sofa ia melihat sebuah jas pria.
"Jas pria?" gumam Pria itu.
Pria itu berbalik dan ingin pergi mencari kekasihnya ke lantai dua rumah itu, tapi ia segera berbalik karena ia merasa tidak asing dengan jas yang dilihatnya. Pria itu meletakkan bunga dan kotak cokelat di atas mmeja, lalu mengambiil jas dan meraba saku jas tersebut, ia menemukan sebuah ponsel dan dompet.
Pria itu memegang kedua benda dengan tangan gemetaran, "Tidak mungkin!" gumam pria itu. Ia merasa tak asing dengan dompet yang dipegangnya.
Untuk memastikan dugaannya, ia pun membuka dompet dan melihat sesuatu yang mengejutkan, dompet itu memanglah milik seseorang yang amat dikenalnya. Pria itu menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskan napasnya perlahan. Ia kembali memasukkan dompet dan ponsel ke dalam saku jas. Ia pun pergi ke lantai dua dari rumah itu untuk lebih memastikan, kenapa orang yang dikenalnya itu berada di rumah kekasihnya tanpa ada orang lain lagi.
"Apa Julia kenal dengan Jayden? bagaimana mereka bisa kenal?"batin pria itu menaiki satu per satu anak tangga.
Langkah kakinya terhenti, saat ia melihat pakaian sang kekasih dan kemeja pria berserakan di lantai. Pria itu kembli melangkah, berjalan mendekati pintu kamar. Di depan kamar ia bahkan melihat pakaian dalam dari sang kekasih. Pria itu mengepalkan tangan, pikirannya sudah berpikir yang macam-macam. Ia memiliki banyak dugaan dan prasangka pada sang kekasih. Terlebih saat ia samar-samar mendengar suara rintihan. Ia menguatkan hati untuk membuka pintu kamar dan melihat pertunjukkan mengejutkan. Kekasihnya sedadng bercinta dengan Kakaknya sendiri, dan saat dipergoki, sang Kakak hanya tersenyum seolah senang akan tindakannya. Sedangkan kekasih dari pria itu hanya melihat sekilas, lalu memalingkan wajahnya. Pria itupun segera berbalik dan pergi.
***
Di bar. Pia itu minum bnyak sembari memikirkan sang kekasih. Ia tidak menduga, jika kekasihnya kan tidur dengan Kakaknya sendiri.
"Maaf, aku telat." kata seseorang yang baru datang.
"Tidak apa. Pesanlah, aku yang bayar nanti." kata pria bernama Hayden. Seseorang yang baru saja patah hati karena melihat sang kekasih berselingkuh dengan kakaknya sendiri.
"Kau kenapa?" tanya teman Hayden, Exel.
"Tidak apa-apa," jawab Hayden.
Exel mengerutkan dahinya. ia curiga, ada apa-apa dengan teman baikknya itu. Ia belum pernah melihat temannya memasang wajah murung. Meski marah atau kesal, Hayden yang dikenalnya tak akan demikian.
Exel menepuk bahu Hayden, "Cerita saja. Jangan dipendam," kata Exel.
Hayden langsung meneguk minuman dalam gelasnya sekali teguk, dan meletakkan gelasnya di atas meja di hadapannya. Ia lantas menceritakan apa yang sudah terjadi. Tentang apa yang dilihatnya, dan membuatnya harus minum banyak. Mendengar cerita temannya, Exel langsung emosi dan marah.
"Wah, bedebah itu memang sudah gila! bisa-bisanya dia menikam adiknnya sendiri. Kekasihmu juga, apa dia wanita yang tak punya harga diri? kau sibuk mengurus bisnis dan baru pulang dari luar kota, tapi disambut dengan tontonan menjijikan seperti itu. Ini sudah keterlaluan, Hayden." kata Exel.
Hayden terdiam. Ia menuang lagi alkohol dalam gelas dan meminumnya. Ia tidak tahu harus bagaimana menanggapi perkataan Exel. Ia sendiri juga bertanya-tanya, apa alasan dua orang itu begitu padanya. Ia masih tidak percaya, wanita yang dicintainya berpaling dariny begitu saja. Padahal ia sangat menjaga diri, terutama pada wanita. Meski banyak wanita yang menggodanya, ia tiida pernah sedikitpun melirik mereka semua. Persaan Hayden campur aduk. Marah, kecewa, kesal, dan saki hati. Rasanya ingin berteriak keras-keras sampai suaranya habis,
***
Keesokan harinya. Terjadi keributan di rumah Hayden. Papa Hayden dan Jayden, Dion, marah besar pada Jayden yang telah merusak proyek besar. Karena menanggung kerugian, perusahaan pun terancam gulung tikar. Ditambah lagi, Jayden ternyata sudah menghabiskan sebagian besar uang perusahaan untuk foya-foya. Dion yang marah sampai menampar Jayden dan membuat sang istri marah. Dion dan istrinya pun bertengkar. Dion pergi setelah meluapkan kekesalan pada sang istri karena tak becus mengurus anak.
Di ruang kerjanya, Dion berbincang dengan Asistennya. Ia meminta saran pada Asistennya untuk bisa mengatasi situasi genting. Asisten Dion menyarankan Dion untuk menikahkan Jayden. Ia pun menginformasikan, jika seorang konglomerat sedang mencari menantu, tentu Dion tahu siapa orang yang dibicarakan Asistennya. Dion berpikir, apakah Jayden mau menikah bisnis? terlebih wanita yang akan dinikahi adalah seorang yang lumpuh. Dion tidak mau ambil pusing, ia pun menyetujui saran Asistennya dan ingin sang Asisten mempersiapkan semuanya. Panggilan pun berakhir.
Pelayan memanggil Dion, karena sudah tiba waktu sarapan. Dion pergi meninggalka ruang kerja dan pergi ke meja makan.
***
Dion menyampaikan perihal pernikahan pada Jayden. Ia ingin putranya itu bertanggung jawab dan melakukan pernikahan bisnis. Saat tahu siapa calon istrinya, Jayden langsung sayok dan menolak keras.
"Aku tida mau menikah dengan eanita cacat, Papa!" sentak Dion.
"Jaga ucapanmu, Jay! kau sudah membuat kekacauan, dan kau menolak bertanggung jabaw?" tanya Dion.
"Aku akan bertanggung jawab. Namun, aku tidak mau menikahi wanita itu." kata Jayden.
Dion paham apa yang dipikirkan Jayden. Namun, ia tidak punya pilihan, karena perusahaannya diambang kehancuran. Dion menjelaskan pada Jayden, alasan Jayden harus menikahi wanita yang disebut Jayden seorang wanita cacat.
Jayden mengerutkan dahi. Dia benar-benar tidak ingin menikahi wanita yang cacat meski dikabarkan kecantikannya bak Dewi. Ia kesal, kenapa ia harus susah payah menderita, padahal ia hanya memakai sedikit uang dan melakukan sedikit kesalahan. Tiba--tiba mata Jayden melebar, ia seperti menemukan sebuah ide.
"Pa ... pernikahan bisnis ini, bagaimana kalau Hayden saja yang menggantikanku melakukannya? dia kan juga anak Papa. Papa sudah merawatnya dan susah payah membesarkannya sampai menyekolahkan ke luar negeri, jadi ini saatnya dia membalas semua kebaikan yang dia terima." kata Jayden meempengaruhi sang Papa.
"Jayden benar, sayang. Hayden juga anak laki-laki keluarga ini. Lebih baik dia saja yang menikah. Apa kau tega membiarkan putramu ini menderita seumur hidupnya, dengan menjadi suami wanita yang tidak bisa jalan? putraku pasti akan sangat tersiks," kata Merry, Mama Jayden.
Dion mengerutkan dahi. Ia berpikir keras untuk mengambil keputusan. karena pikirannya kusut, ia pun pergi meninggalkan meja makan tanpa bicara apa-apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments