Bab 4 Membalas dendam

Berfikir tentang keinginan semua orang untuk menerima Celyn membuat Malvia tertekan.

Malam ini Malvia bicara dengan Jonathan hanya berdua saja setelah makan malam. Celyn telah tidur lebih cepat dari biasanya.

"Bagaimana kalau kita berpisah saja?"

Tiba-tiba saja, malvia mengatakan jika dia akan bercerai membuat Jonathan terperanjat dan sekaligus tersenyum masam.Dia tahu betul jika alasannya. Dan hak asuh Celyn sepenuhnya akan dia berikan pada Jonathan jika mereka bercerai. Maka masa lalu Malvia tidak akan tersisa lagi padanya.

"Kenapa?" Tanya Jonathan dingin sambil melihat wajah gusar Malvia.

"Jangan lugu seperti itu. Kau dan aku sama-sama tahu. Kita menikah untuk apa?" kata Malvia dingin dan membuang pandangannya ke arah lainnya.

"Jangan lari dari masalah dan pergi pada masalah yang baru," sesal Jonathan jika saja pertunangan yang akan di lakukan Malvia demi lari dari ikatan denganya.

"Aku muak dengan semua ini," Malvia terlihat putus asa. Memang benar yang dikatakan Jonathan. Dulu dia menikah dengan Jonathan demi aib yang ada di perutnya. Dan lalu dia sekarang akan meminta orang lain mau bertunangan denganya demi berpisah dari Jonathan juga terlepas dari bayang-bayang Celyn.

Jonathan lalu merengkuh Malvia dalam pelukannya. Sebenarnya dia tahu jika masa lalu yang di alami Malvia membuat trauma yang dalam untuknya.

"Jika kau belum siap. Maka aku tidak akan memaksakan Celyn padamu," kata Jonathan lirih ketika Malvia dalam pelukannya. Entah kenapa Malvia merasa pasrah kali ini ketika Jonathan memeluknya.

"Aku bingung. Aku tidak tahu harus bagaimana?" kata Malvia sambil mengusap airmatanya.

Tangis Malvia akhirnya pecah di dada bidang Jonathan.

Jonathan memeluk Malvia dan menenangkan dirinya. Belum lama ini Malvia tahu jika Rio menginginkan Celyn. Dan anak buahnya terus mengintai dimana Celyn berada.

Namun Malvia sendiri tidak bisa memberikan kasih sayang pada anak itu. Tapi memberikan Celyn pada ayahnya tidak akan pernah dia lakukan sampai kapanpun. Dia ingin Rio tersiksa dan menderita.

.

Esok harinya, sebuah rencana tiba-tiba terbersit di hati Malvia untuk balas dendam pada Rio melalui putranya. Tanpa bicara dengan Jonathan Malvia menyusun rencana untuk melihat pria itu bertekuk lutut di hadapannya. Menangis dan memohon agar bisa bertemu dengan putranya.

Maka tanpa di duga, Malvia menyuruh salah satu anak buahnya untuk memberikan pesan darinya pada Rio.

~Jika kau menginginkan anak itu maka harus mengikuti syarat darinya~

Pesan itu lalu di sampaikan oleh anak buah Malvia pada Rio.

Rio sedang duduk di kantornya dan tersenyum saat mendapatkan kabar dari Malvia.

"Akhirnya....!" Rio tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.

Buukkk!

Dia melempar segepok uang untuk anak buahnya yang membawa kabar bahagia itu.

"Katakan padanya jika aku akan melakukan segalanya demi bertemu dengan putraku!" kata Rio pada anak buahnya.

"Baik bos,"

Anak buah Rio lalu pergi dan mengatakan pada Malvia apa yang di katakan bosnya itu.

Maka Rio dan Malvia lalu bertemu di suatu tempat. Ada empat anak buah Malvia bersamanya. Sedangkan Rio datang sendiri.

Beberapa jam lalu.

Malvia menjemput Celyn di sekolahnya tanpa bicara dengan Jonathan. Celyn yang sangat merindukan pelukan dan kasih sayang dari ibunya terlihat sangat bahagia hari ini.

Nampak Celyn keluar dari gedung sekolah saat melihat Malvia berdiri didekat satpam.

Malvia lalu melambai padanya.

Tangan mungil Celyn akan menggandeng dan mencium Malvia. Namun Malvia menghindar dan menyuruhnya masuk ke mobil.

"Masuklah ke mobil," ucapnya tanpa ekspresi.

Celyn lalu mengangguk. Biasanya jika Jonathan yang menjemputnya maka tas serta termos nasi yang di bawa Celyn akan langsung di pegang olehnya. Namun Malvia bahkan tidak peduli jika Celyn kerepotan saat akan naik ke mobil.

"Sini!" Akhirnya tangan Malvia terulur untuk memegang bawaan Celyn dan mencopot tas punggungnya. Barulah Celyn bisa masuk ke dalam mobil dengan mudah.

Di dalam mobil Celyn diam saja. dia hanya menatap Malvia tanpa kedip. Lama sekali dia menatap wajah ibunya itu yang tidak pernah dia lihat sedekat itu sejak dia masih bayi.

"Apa? Kenapa melihat aku terus?" Malvia menoleh pada Celyn.

"Mama....." bibir mungilnya tersenyum bahagia saat melihat mamanya dan bisa bersamanya seperti saat ini.

Malvia diam dan tidak menyahut panggilannya. Malvia lalu memakaikan seatbelt pada putranya itu. Saat itu dadanya berdesir kencang. Nalurinya sebagai seorang ibu sebenarnya ada. Dan saat ini diapun merasakan getarannya. Namun dia selalu menepikan jauh dari hatinya. Tak ingin terkait secara emosional dengan Celyn.

"Rambutmu sangat wangi...." puji Celyn ketika Malvia tertunduk memakaikan seatbelt untuknya dan jarak mereka sangat dekat hingga sebagian rambut Malvia tercium aroma wanginya oleh putranya.

"Hem...." jawab Malvia meski sesaat dia merasa senang akan pujian itu.

.

Di kantor, Jonathan yang tahu jika Malvia menjemput Celynpun senang. Dia tidak tahu kemana Malvia akan membawa Celyn saat ini. Jonathan berfikir jika mereka akan ke taman bermain dan makan es krim bersama.

"Dia ada di mobil!" kata Malvia pada Rio.

"Bisa aku menemuinya sekarang?" tanya Rio.

"Ada syaratnya," kata Malvia.

"Katakan, apa syaratnya?" tanya Rio lagi. Dia melihat ada begitu banyak kebencian dimata Malvia padanya.

"Berlutut di kakiku.....!" kata Malvia dengan dingin dan tatapan tajam.

Rio pun tanpa di duga mengangguk dan benar-benar berlutut di kaki Malvia. Demi melihat anaknya maka dia tidak peduli jika hari ini dia menjadi tak punya harga diri.

Sementara itu Celyn yang berada di dalam mobil mulai merasakan panas. Dia hampir saja kehabisan oksigen. Terlihat tanganya mengetuk kaca minta tolong dari dalam. Malvia yang ceroboh telah mengunci kaca dan pintu itu.

"Baiklah.....!" Rio segera bersujud di kaki Malvia. Malvia tersenyum puas. Dan saat Rio menoleh pada anaknya dia melihat tangan mungil itu seperti meminta tolong.

"Cepat buka kaca jendelanya! Kau menguncinya dan dia bisa mati!" Teriak Rio mengagetkan Malvia yang sedang tersenyum puas.

Rio dan Malvia segera berlari kecil untuk membuka kaca serta pintunya saat sadar jika Celyn bisa mati karena kehabisan oksigen. Namun Celyn sudah lemas tak berdaya.

Rio langsung memeluk Celyn saat anak itu pingsan. Dan segera menyerahkanya pada Malvia. melihat anak itu pingsan karena kecerobohannya, Malvia sejenak lupa pada kebenciannya. Diapun memangku Celyn.

Rio nampak geram dan segera memegang kemudi akan ke rumah sakit.

"Dasar bodoh!"

"Dia bisa mati karena dirimu!"

Malvia hanya terdiam saja. Seperti biasa dia terpaku seperti patung dan tak bicara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!