Bab 3 Enaknya menjadi kaya-raya

Duduk di ruangan besar dengan dekorasi mewah, kursi putar yang memutarnya ke segala penjuru ruangan. Seperti dirinya kini yang bisa pergi ke segala penjuru dunia dengan uang yang dia dapatkan dari istrinya. Satu tanda tanganya bernilai ratusan dolar. Tapi entah kenapa hari ini dia terlihat tidak bahagia. Bukankah setengah dari surga dunia sudah ada dalam genggamannya?

Apa yang tidak dia punya? Kapal pesiar ada, rumah besar dan mewah lengkap dengan mobil berjajar rapi. Kedudukan tinggi dan di hormati semua anak buahnya serta semua teman-temannya yang dulu bahkan meremehkan dirinya. Namun serasa ada yang kurang dalam dirinya yang membuat hatinya kosong dan hampa.

Bagi Tuan dan Nyonya Delwyn, Jonathan adalah sosok pahlawan yang telah menyelamatkan kehormatan putrinya dan harga diri Malvia. Namun Jonathan sendiri merasa dia hanyalah seorang pria pecundang yang hidup dalam bayang-bayang istrinya.

Matanya menatap foto Celyn, putranya yang sudah berusia lima tahun dan sangat cerdas. Semua orang memuji putranya yang cerdas dan tampan, mereka mengatakan jika Celyn mewarisi bakatnya.

"Celyn tampan dan cerdas. Pasti itu mewarisi ayahnya," gurau seorang guru ketika dia mengantarkan Celyn ke sekolah. Wajar jika Jonathan mengenal beberapa guru karena memang dia sedikit familiar di sana. Semua itu karena kedekatannya dan kesabaran nya saat berbicara dengan putranya menarik perhatian orang di sekelilingnya.

Kadang mereka heran karena tidak sekalipun selama tiga tahun ini melihat sang ibu mengantarkan Celyn hingga mereka berfikir jika Jonathan adalah seorang duda.

"Ahh....." Jonathan menarik nafas dalam dan berdiri dari tempat duduknya. Dia akan ke rumah untuk menemui Malvia yang baru saja kembali dari luar negeri. Enam bulan di luar negeri, tanpa dirinya. Dia bersenang-senang dengan teman-temannya.

.

Sampai dirumah, Jonathan langsung ke kamar Malvia. Dia melihat Malvia sedang melihat foto di laptop yang dia ambil saat liburan di luar negeri bersama teman-temannya.

"Hai Jo...." sapa Malvia terlihat ceria.

"Celyn merindukan dirimu. Jika kau tidak sibuk, ikutlah denganku lalu kita akan makan siang bersama," kata Jonathan lalu duduk dan melirik foto-foto Malvia. Hatinya tiba-tiba terasa sakit saat tanpa sengaja melihat foto Malvia bergandengan tangan dengan seorang pria yang belum pernah Jonathan lihat sebelumnya.

"Sudah ku bilang berapa kali, aku tidak peduli pada anak itu!" wajah ceria yang tadi bersinar berubah menjadi muram begitu mendengar nama Celyn.

"Dia merindukan kasih sayang dari ibunya. Aku tidak bisa memberikan nya. Sesekali lihatlah matanya dari kacamata seorang ibu,"

"Ahh.....pergilah Jo. Aku tidak ingin mendengar lagi. Lupakan harapanmu itu. Itu tidak akan pernah terjadi," kata Malvia menutup laptopnya dan percakapan ini langsung satu detik mengubah moodnya.

Jonathan menatap wajah gadis yang menjadi istrinya namun tidak bisa dia sentuh sama sekali. Padahal dia sangat mengasihinya, menyayanginya dan ada cinta yang tulus untuknya. Yang dia simpan dan belum pernah dia ungkapkan.

"Aku akan mandi. Kau bisa tetap disini jika kau mau...." kata Malvia. Namun Jonathan melihat jam di tangannya dan dia akan ke sekolah untuk menjemput Celyn.

.

"Papah......!" Jonathan berlari dengan sebuah kertas yang baru saja dia warnai. Masih belum rapi dan beberapa warna nampak keluar dari garis. Namun bukan itu yang membuat jonathan tertegun. Melainkan gambar tangan yang dibuat olehnya. Hanya tangan Jonathan yang memegang tangan Celyn. Sedangkan tangan ibunya terbiar di samping badannya.

"Jagoan papa...." Jonathan langsung memeluk Celyn.

"Kau selalu ingkar janji...." nampak wajah Celyn terlihat kecewa akan suatu hal.

"Mama Via baru saja tiba. Dia masih lelah," Jonathan memberikan alasan karena dia datang sendirian menjemputnya. Padahal sebelum ya dia sudah berjanji jika dia akan datang bersama Malvia lalu mereka akan ke taman bermain dan makan siang bersama.

Hari ini sebenarnya hari ulang tahun Celyn. Namun Malvia terlihat tidak peduli dan tidak mau tahu.

"Ayo kita ke taman bermain. Kau boleh minta apapun hari ini," kata Jonathan ketika melihat mata yang tadi berbinar kini berubah sendu.

"Janji....?!" Tiba-tiba matanya bersinar kembali seakan sebuah cahaya harapan terbias di matanya.

"Hem....." Jonathan lalu menggendong putranya dan membawanya masuk ke dalam mobil.

.

Nyonya Delwyn dan suaminya sedang membicarakan sikap Malvia yang masih dingin pada Celyn. Berulang kali mereka menasehati Malvia namun semua itu tidak di gubris olehnya.

"Nak, lima tahun sudah berlalu. Lupakan masa lalu dan terimalah Celyn sebagai putramu. Peluk dan sayangi dia karena dia adalah darah dagingmu," kata ibunya ketika Malvia datang mengantarkan oleh-oleh untuk kedua orang tuanya.

"Ma, jangan paksa aku. Aku tidak bisa. aku tidak sanggup melihat wajahnya yang akan membuat ku teringat pada bajing*n itu,"

"Hhh," ibunya menghela nafas dalam.

Malvia menggenggam tangan ibunya dan bicara dengan lirih.

"Dia sudah bahagia bersama Jonathan,"

"Jangan menutupi dari mama. Kau dan jonathan tidak benar-benar berumah tangga. Mama tahu kau hanya menjadikan dia alat saja,"

Malvia terdiam.

"Temui dia, sekarang waktunya. Hari ini dia berulang tahun. Lima tahun dia menunggu untuk kau terima. Ayahnya yang bersalah padamu, bukan anaknya. Kenapa kau membalas dendam pada anakmu yang tidak tahu apa-apa," kata ibunya prihatin melihat Celyn yang selama lima tahun di abaikan oleh ibunya sendiri.

Malvia hanya terdiam seperti biasanya dan memaku seperti patung.

.

"Bos, aku punya kabar gembira," kata anak buah Rio bicara padanya.

"Apa?" tanya Rio menatap ke jendela dari lantai 40 dan bicara tanpa membalikkan badannya. Bosan dia mendengar kabar yang di bawa anak buahnya karena hampir semuanya tidak membuat hatinya senang.

"Nona Malvia telah kembali," kata anak buahnya.

"Apalagi?" Tentu saja dia menunggu kabar tentang anak yang di lahirkan oleh Malvia. Yang belum pernah dia lihat dan dia temui sampai sekarang.

Setelah lima tahun dia menunggu wanita itu untuk datang dan harapannya tidak menjadi kenyataan.

"Tidak ada," kata anak buahnya.

"Cari tahu tentang anak itu. Usianya sekarang mungkin lima tahun. Jika kau berhasil membawa satu fotonya saja. Kau bisa minta apapun yang kau inginkan," kata Rio.

"Siap bos!"

Anak buahnya segera berbalik. Rio menatap ke bawah dari ketinggian. Dari tempatnya berdiri, dia melihat mobil berlalu lalang dan pikirannya kembali pada lima tahun yang lalu. Dimana dia bertindak dengan Ego dan sikapnya yang arogan.

Namun satu tahun kemudian kepergian ayahnya telah membuat segalanya berubah. Dia tidak bisa lagi menjadi pria manja yang hanya mengandalkan fasilitas dan keberhasilan ayahnya saja. Kini, setelah semua perusahaan ada ditangannya maka semua bisa musnah atau maju itu tergantung dari dirinya sendiri. Perlahan dia mulai bangkit menjadi pria yang lebih baik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!