Scandal Ajudan Dan CEO
Malvia dan Jonathan di sebuah hotel. Malvia ingin menunjukan pada pria yang sudah mengkhianati cintanya jika dia sekarang sudah punya kekasih. Lalu Jonathan, sang ajudan yang menerima pekerjaan apa saja yang di perintahkan padanya. Termasuk ketika malam ini harus bermalam di kamar yang sama dengan atasannya.
"Nona, bagaimana jika kakakmu dan ayahmu tahu hal ini?"
"Itu tidak akan terjadi. Kamu tenang saja. Kamu hanya melakukan apapun yang aku perintahkan,"
"Baik nona,"
Jonathan berpakaian layaknya pria bangsawan. Memang postur tubuhnya yang tinggi dan wajahnya yang tampan membuat orang lain akan percaya jika dia adalah pria bangsawan.
"Lakukan seperti ini. Saat kita besok ke acara pertunangan nya..."
"Ya nona...."
Jonathan semalaman benar-benar tidak bisa tidur. Dadanya terus berdebar. Bagaimanapun ini diluar tugas dan yang seharusnya.
.
"Cih! Menyewa pria dan bermalam dengannya. Seleramu langsung turun sedrastis itu!" Ejek Rio saat bertemu dengan Malvia di sebuah pertemuan penting para pemegang saham Perusahaan Big Ron.
"Kau masih menguntitku?"
"Kekasihku melihatmu keluar dari kamar yang sama dengan pria sewaanmu itu. Jika kau butuh kepuasan, sebenarnya aku juga tidak menolaknya!"
Plakkk!
Malvia langsung menampar mulut lancang mantan kekasihnya yang sudah mencampakkan nya itu.
Hubungan mereka harusnya sudah berakhir. Namun ternyata Rio tidak bisa melihat Malvia bahagia. dia ingin melihat wanita itu bertekuk lutut di hadapanya dan mengemis cintanya.
"Mulutmu sama busuknya seperti cintamu. Pria seperti mu tidak pantas hidup dimuka bumi ini. Enyahlah ke neraka!" Umpat Malvia lalu berlalu setelah tangannya menampar pria yang sebenarnya sampai kemarin masih dia cintai. Namun mulut nya yang berisi ucapan sampah telah menyadarkan ya untuk tidak mengejar cintanya lagi.
Untuk apa? Pria yang sudah merendahkan dan menginjak harga dirinya, tidak pantas di cintai oleh wanita manapun. Jika dia hanyalah kumbang yang ingin mengambil madu lalu mencampakkannya setelah puas bermain-main.
.
Malvia berjalan sangat tergesa hingga dia menabrak seseorang yang badanya jauh lebih tinggi darinya, tegap dan sangat gagah.
"Jo? Kau disini?"
"Aku mengikutimu karena aku juga melihat Pak Rio datang. Apakah dia membuat masalah?"
"Jo, antarkan aku ke pantai. Aku ingin menenangkan diri disana," kata Malvia pada Jonathan, ajudan setianya.
Mereka sampai di pantai. Jonathan tidak banyak bertanya, dia hanya mengawasi dari tempatnya berdiri Malvia yang berjalan kedalam air. Semakin lama, rupanya Jonathan kaget saat Malvia semakin ke tengah dan sudah pasti itu area berbahaya karena ombak yang bisa tiba-tiba datang.
"Malvia!" Jonathan langsung berlari mengejarnya dan berjalan ke dalam air. Malvia yang berjalan sambil melamun tidak sadar dengan apa yang sedang di perbuatanya. Dia semakin dalam berjalan ke tengah laut.
Tiba-tiba ombak semakin besar dan dengan cepat Jonathan menarik Malvia lalu membawanya ke tepi. Jika Jonathan tidak segera menangkap tubuhnya pastilah ombak sudah menyapu dan menghanyutkan Malvia.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa berjalan ke tengah laut? Itu area berbahaya. Kau bisa saja hanyut jika aku tidak menyelamatkan dirimu," kata Jonathan dan saat ini Malvia berada dalam pelukannya. Tiba-tiba saja Malvia memeluknya dan Jonathan tidak mungkin menghindarinya.
Padahal Jonathan tahu akibatnya. Jika dia membiarkan semua ini terus terjadi, bukan tidak mungkin mereka akan hanyut dalam emosi hasrat dan cinta terlarang. Namun saat ini, Jonathan melihat Malvia butuh pelukan dan orang yang membuatnya merasa aman dan nyaman. Meskipun tanpa status. Karena mereka adalah CEO dan ajudan.
.
Sementara itu, Rio sangat marah setelah Malvia berani menamparnya. Dia lalu menghubungi anak buahnya dan menyuruh mereka membawa Malvia kepadanya malam ini juga.
"Lumpuhkan ajudan itu. Dan bawa Malvia padaku!" titahnya dengan kemarahan dan dendam yang membara.
"Lihat apa yang akan aku lakukan untuk melumpuhkan kesombongannya. Pria selalu berkuasa. Dan bukan wanita. Wanita harus takluk pada pria. Malam ini, akan kau lihat yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya. Sisi liar pria," kata Rio bermonolog.
Setelah mendapat perintah sepuluh anak buah Rio segera bertindak. Mereka pergi kerumah Malvia, dan ternyata mobilnya tidak ada disana. Ada beberapa anak buahnya berjaga, namun karena Malvia belum kembali, maka mereka tidak mau membuang waktu sia-sia dengan bertarung melawan anak buah Malvia.
"Arah pantai!" kata salah satu pimpinan mereka.
Dua mobil itu lalu menuju ke arah pantai. Dan benar saja, mobil Malvia bertolak dari sana. Dan akhirnya mereka bertemu di pertigaan. Salah satu mobil anak buah Rio berhenti tepat di depan mobil Malvia dan Jonathan.
Tin!
Jonathan membunyikan klakson agar mobil itu minggir. Namun bukannya minggir, salah satu dari mereka mendekati mobil Jonathan.
Jonathan yang sedang membuka kaca jendelanya lalu bertanya siapa mereka.
"Kami datang untuk menjemput Nona Malvia..." kata salah satu dari mereka pada Jonathan, ajudan Malvia. Sementara Malvia sendiri berada didalam mobil dan melihat dari dalam pembicaraan mereka.
Tanpa sepengetahuan Jonathan dua orang dari mobil yang lain tiba-tiba menyerangnya dari belakang dengan curang. Tendangan tepat mengenai punggung Jonathan berulang kali hingga dia tersungkur ke tanah. Dia lalu bangun dan melawan mereka tanpa mempedulikan jumlah mereka yang sepuluh kali lipat lebih banyak darinya.
Jonathan dengan sigap menghajar satu persatu lawannya itu. Namun ada satu orang yang mengincar Jonathan dengan pistol hingga saat posisinya tepat, dia menembakkan pistol pada salah satu dada Jonathan.
Saat itu juga Jonathan tersungkur ketanah. Dan Malvia yang melihat semua itu ketakutan didalam mobil. Orang yang dia andalkan bisa melindunginya telah tersungkur ke tanah dengan bersimbah darah.
Namun Jonathan sempat memberi isyarat pada Malvia agar tetap berada di dalam mobil. Begitu menerima isyarat itu Malvia segera tahu jika dia tidak boleh keluar dan harus mencari bantuan. Dia akan menelpon anak buahnya. Namun belum sempat dia bicara, salah seorang dari pimpinan berandal itu membuka paksa pintu mobil Malvia dengan alat khusus.
Brak!
Pintu berhasil di buka dan Malvia gemetar ketakutan.
"Ikut kami nona!" Perintah orang itu.
"Tidak! kalian akan membawaku kemana?" Malvia semakin takut karena tidak ada siapapun yang bisa menolongnya. Jalanan ini tiba-tiba sepi.
"Berteriak pun tidak berguna. Hanya akan menambah jumlah korban saja!" Ancam orang itu.
"Cepat turun. Dan ikut kami. Sebelum kami bertindak kasar padamu!" ancamnya lagi.
Malvia yang ketakutan mau tidak mau mengikuti keinginan orang itu untuk pindah ke mobilnya. Saat ini melawan mereka semua adalah mustahil. Dia belum sempat menelpon anak buahnya juga. Tasnya juga tertinggal di dalam mobilnya.
"Bawa mobil ini!" Perintah orang itu pada salah satu anak buahnya.
Malvia sampai di sebuah Villa di puncak bukit. Villa itu di jaga ketat oleh beberapa anak buah.
"Dimana ini?" Tanya Malvia ketika dia dibawa masuk kedalam.
"Nanti kau juga akan tahu nona,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments