Pria yang menghabiskan malam dengan Belinda ini tidak lain adalah Hanggara yang merupakan adik iparnya sendiri, hubungan Belinda dengan Hanggara sudah terjalin selama 3 tahun lamanya. Hanggara awalnya mengaku
pada Belinda bahwa ia memiliki rasa pada wanita itu dan awalnya Belinda tidak terlalu menanggapinya namun puncaknya ketika Belinda memergoki suaminya bermain api lebih dari satu wanita membuatnya marah sekaligus kecewa hingga Belinda memutuskan untuk menjadikan Hanggara sebagai pelampiasannya. Waktu berlalu hingga akhirnya Belinda merasa ia memang jatuh hati pada pria yang usianya jauh di bawahnya ini hingga sampai saat ini mereka sudah sering menghabiskan waktu bersama secara diam-diam di belakang Sutikno dan keluarganya.
“Akhir pekan ini kamu sudah tahu kalau akan ada pertemuan keluarga?” tanya Hanggara pada Belinda selepas mereka melepaskan hasrat di atas ranjang dan kini Belinda dalam posisi dipeluk oleh pria itu dengan mereka yang tidak mengenakan sehelai pakaian pun dengan ditutupi oleh selimut.
“Tidak, Sutikno sama sekali tidak mengatakan apa pun padaku,” jawab Belinda.
“Sebenarnya kakaku ingin melakukan pertemuan keluarga untuk menggalang dukungan agar dirinya dapat maju dalam pemilihan gubernur dua tahun lagi, bagaimana pendapatmu mengenai hal itu?”
“Aku tidak peduli dengan itu semua, kamu tahu sendiri kan kalau aku tidak suka politik?”
Hanggara nampak tersenyum dan kemudian ia kembali mencium Belinda namun kemudian raut wajah pria itu menjadi sedih dan Belinda pun bertanya-tanya pada Hanggara apa yang sebenarnya membuat pria ini menjadi
sedih.
“Sejujurnya Belinda, mamaku ingin sekali aku cepat menikah karena usiaku sudah menginjak 30 tahun.”
“Benarkah? Wanita itu sudah menjodohkanmu dengan siapa?” tanya Belinda penasaran.
Hanggara pun kemudian menceritakan wanita yang kelak harus ia nikahi walaupun Hanggara sudah menolaknya namun sang mama masih saja bersikeras supaya Hanggara mau menikahi wanita pilihannya.
“Aku hanya mencintaimu dan kalaupun aku harus menikah maka aku ingin menikah denganmu.”
Belinda nampak tersipu mendengar ucapan pria itu, Belinda tidak mau menanggpi ucapan Hanggara dan lebih memilih tidur dalam dekapan hangat pria itu.
****
Ketika pagi menjelang nampak Sutikno sudah bersiap untuk pergi ke kantornya sementara sampai pagi ini Belinda belum juga kembali ke rumah namun Sutikno sama sekali tidak mau mencoba menghubungi istrinya itu,
Chelsea yang bertanya-tanya pada papanya kenapa sang mama belum pulang malah dimarahi oleh Sutikno.
“Mamamu itu orang sibuk, dia pasti lembur di kantor, lagi pula kamu kan sudah ada bibi yang mengurusimu.”
Chelsea nampak kesal dengan jawaban ketus yang disampaikan oleh papanya barusan hingga akhirnya Sutikno mengatakan pada nanti sore Chelsea jangan sampai pulang terlambat karena akan ada wartawan yang datang ke rumah ini melakukan wawancara dengan keluarganya.
“Ingat itu baik-baik,” ujar Sutikno yang kemudian pergi meninggalkan Chelsea yang masih ada di meja makan.
Chlesea nampak menggeram kesal dengan tindakan papanya barusan, Chelsea kemudian memutuskan untuk segera pergi ke sekolah karena sudah hampir terlambat ia untuk pergi ke sana. Ketika dalam perjalanan ke sekolah ada sebuah pesan dari Angkasa yang mengajaknya bertemu nanti sore namun Chelsea bimbang apakah ia harus mengikuti keinginan Angkasa atau tidak.
“Tapi kalau aku menolaknya, kapan lagi kan aku dapat bertemu dengannya dan menghabiskan waktu bersama dengannya?” lirih Chelsea seraya memandang ponselnya.
****
Belinda tidak kembali ke rumah setelah kejadian semalam di hotel, dirinya langsung pergi ke kantor dan bekerja seperti biasanya hingga sebuah pesan masuk di ponselnya. Belinda melirik ke arah ponselnya dan menemukan sebuah pesan dari suaminya yang memintanya untuk pulang tidak terlambat ke rumah nanti sore karena ada wawancara dengan salah seorang wartawan. Belinda menghela napasnya berat namun dirinya sama sekali tidak tertarik untuk menjawab pesan dari suaminya itu dan memilih untuk kembali bekerja. Belinda seharian ini sibuk sekali dengan pekerjaannya hingga akhirnya ia lupa mengenai pesan yang dikirim oleh suaminya hingga asisten pribadinya pun ditelepon oleh Sutikno untuk menyampaikan pesan.
“Bu, tadi bapak menelpon saya dan meminta anda untuk segera pulang.”
Belinda melirik arloji di tangannya dan memang ini sudah menjelang malam dan suaminya pasti sudah menantinya sejak tadi, Belinda meminta asisten pribadinya untuk segera pergi dari ruangan kerjanya dan sang asisten pribadi pun kemudian pergi meninggalkan Belinda.
“Pria itu benar-benar.”
Belinda memutuskan untuk mengemasi semua barangnya dan pergi dari kantornya pulang ke rumah, ketika pulang ke rumah nampak sudah ada Sutikno dan sejumlah kru dari media televisi yang sudah ada janji temu dengan
Sutikno untuk melakukan wawancara telah menantinya. Di depan para awak media, Sutikno dan Belinda nampak mesra untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.
****
Pertanyaan yang diajukan oleh wartawan pun hanya seputar mengenai politik yang sedang dijalankan oleh Sutikno dan bagaimana pria ini melayani masyarakat kota yang telah memilihnya. Sutikno tentu saja dengan senang hati menjabarkan apa saja yang sudah ia lakukan untuk kota ini sementara Belinda sendiri berusaha memasang wajah ramah dan penuh senyum setiap kali kamera menyorot ke arahnya, sejujurnya saja Belinda merasa lelah sekali saat ini dan ingin sekali tidur, beberapa kali ia memberikan kode pada suaminya untuk mengakhiri wawancara ini karena ia sangat lelah sekali. Doa Belinda akhirnya terwujud juga karena acara wawancara selesai juga dan kru stasiun televisi yang melakukan wawancara sudah pergi.
“Kamu sudah tahu di mana Chelsea?” tanya Sutikno pada orang suruhannya yang tadi ia perintahkan untuk mencari di mana keberadaan anaknya.
“Sudah Pak, kami sedang membawanya ke rumah.”
“Baiklah.”
Belinda sama sekali tidak mau terlalu ikut campur mengenai masalah anaknya, ia sudah sangat lelah sekali untuk bicara dengan orang lain dan memutuskan untuk segera beristirahat namun berbeda dengan Sutikno yang menunggu sampai putrinya kembali ke rumah dan saat Chelsea kembali ke rumah nampak Sutikno tidak dapat untuk menyembunyikan kemarahannya pada Chelsea.
“Bukankah Papa sudah mengatakan jangan pergi ke mana pun setelah pulang sekolah?! Kenapa masih saja tidak mau mendengar juga?!”
****
Akhir pekan pun tiba, Sutikno mengajak istri dan anaknya pergi ke rumah mendiang papanya yang kini dihuni oleh mama sambung dan juga adik tirinya yang tentu saja Hanggara dan mamanya. Hubungan Sutikno dan mama sambung serta Hanggara boleh dikatakan tidaklah baik, Sutikno sudah menolak ketika mendiang papanya ingin menikah lagi dengan wanita ini namun akhirnya Sutikno tidak memiliki pilihan lain dan mengizinkan papanya menikah lagi hingga memiliki anak Hanggara. Sutikno mengumpulkan semua anggota keluarga besarnya berkumpul di sini untuk memberikan dukungan padanya sebagai calon gubernur dalam pemilihan yang akan datang. Belinda sama sekali tidak tertarik dengan obrolan penuh dengan nuansa politik ini hingga ia memilih untuk
menyingkir ke belakang rumah yang lebih tenang dan di saat itu Hanggara mengikutinya.
“Kenapa kamu di sini?”
“Kamu tahu kan kalau aku benci obrolan mengenai politik.”
Hanggara nampak tersenyum dan kemudian ia duduk di sebelah Belinda, jarak mereka sangat dekat sekali dan ketika Hanggara dan Belinda wajahnya sudah sangat dekat itu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
“Apa yang kalian lakukan berduaan di sini?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments