Belinda sudah memiliki perasaan tidak enak saat suaminya muncul di pintu utama rumah dan menatapnya seperti ini, Belinda pun hanya diam saja saat Sutikno mencegahnya untuk pergi ke kamarnya karena suaminya itu mengatakan kalau ada sesuatu hal yang perlu mereka bicarakan saat ini.
“Memangnya apa yang perlu kita bicarakan saat ini? Bukankah rasanya tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, Sutikno?”
Sutikno yang mendengar ucapan Belinda nampak kesal bukan main, pria itu melampiaskan kemarahnnya pada Belinda karena istrinya ini enggan menemuinya tadi saat istirahat jam makan siang. Belinda mengatakan pada
Sutikno bahwa suaminya ini dapat makan siang dengan selingkuhannya yang tentu saja ucapan Belinda barusan membuat Sutikno tersinggung bukan main.
“Apa maksudmu selingkuhanku?!”
“Tentu saja wanita yang semalam bersamamu di kamarmu, memangnya aku membicarakan siapa?!”
Sutikno nampak murka dan kemudian ia hendak menampar wajah Belinda namun tangannya yang sudah siap untuk menampar wajah istrinya itu terdiam di udara, Belinda sendiri nampak tidak gentar mendapatkan ancaman
hendak dipukul oleh suaminya, Belinda justru memprovokasi suaminya supaya memukulnya supaya ia dapat melakukan visum dan membuat laporan polisi bahwa Sutikno melakukan KDRT.
“Aku tidak akan melakukannya karena aku tahu rencanamu, aku hanya ingin mengingatkan jangan sampai kamu bercerita pada publik mengenai perselingkuhanku ini dengan Reni, kalau publik tahu maka hancur sudah reputasi yang selama ini berusaha aku bangun untuk memenangkan pemilihan wali kota.”
“Soal itu kamu tidak perlu khawatir karena aku sama sekali tidak akan bicara apa pun pada publik atau wartawan justru harusnya kamu yang waspada karena setiap kali kamu pergi menemui warga banyak wartawan yang
menyorot ke arahmu.”
Setelah mengatakan itu Belinda pergi meninggalkan suaminya untuk pergi ke kamarnya, Sutikno sendiri dapat menghela napasnya lega karena Belinda sepertinya dapat diajak bekerja sama dengannya.
“Semoga saja wanita itu tidak akan pernah mengkhianati apa yang sudah ia janjikan padaku barusan,” lirihnya sebelum akhirnya Sutikno masuk ke dalam kamarnya.
****
Chelsea adalah gadis remaja 17 tahun yang saat ini duduk di kelas dua sekolah menengah atas swasta yang sangat terkenal di kota, lahir dari keluarga kaya raya dan terpandang membuatnya memiliki banyak sekali
kemudahan. Chelsea saat ini sedang berada di mall selepas mamanya membebaskannya berbelanja apa pun dengan kartu kredit yang sudah diberikannya barusan di rumah. Chelsea sendiri menyukai seorang pemuda yang usianya terpaut 3 tahun lebih tua darinya yang bernama Angkasa, dia adalah mahasiswa fakultas teknik sebuah universitas swasta yang cukup terkenal di kota ini karena memang Angkasa juga berasal dari keluarga kaya raya. Chelsea mencoba menghubungi Angkasa untuk mengajak pria itu bertemu di mall dan menemaninya menonton sebuah film yang sangat ia idamkan untuk dapat ditonton bersama dengan pria yang ia sukai namun sayangnya Angkasa tidak dapat pergi karena ia ada kelas pada sore ini.
“Kakak minta maaf karena tidak dapat pergi denganmu.”
“Oh baiklah, aku tidak masalah, semangat kuliahnya.”
Chelsea nampak menghela napasnya berat karena Angkasa tidak dapat pergi dengannya, ketika dirinya tengah sendirian di mall dan memilih milih pakaian di sebuah outlet nampak seorang pemuda menghampirinya yang tidak lain adalah teman satu kelas Chelsea.
“Kamu sendirian saja? Di mana teman-temanmu?”
Chelsea nampak melirik sebentar ke arah pemuda itu namun kemudian ia memilih mengacuhkannya dan pergi meninggalkan pemuda tersebut.
****
Keesokan harinya Belinda, Sutikno dan Chelsea tengah sarapan di meja makan mereka sama sekali tidak bicara satu sama lain dan selepas sarapan Sutikno langsung pergi dari rumah untuk menuju kantor wali kota sementara Belinda akan pergi ke kantornya dan Chelsea akan pergi ke sekolah.
“Pulang sekolah kamu harus pulang, jangan keluyuran tanpa memberitahu Mama karena Mama tidak ingin kejadian tahun lalu terulang,” ujar Belinda sebelum ia berangkat ke kantor.
“Baiklah Ma, aku mengerti.”
Belinda nampak tersenyum dan kemudian mencium putrinya sebelum masuk ke dalam mobilnya karena di sana sopirnya sudah menunggu, sepanjang perjalanan nampak Belinda sibuk dengan ponselnya karena sejak tadi ia tengah berbalas pesan dengan seseorang dan mereka sudah janjian untuk bertemu nanti malam.
“Pak Dani, sehabis ini anda pulang saja karena saya akan mengemudi sendiri nanti ketika pulang,” ujar Belinda pada sopirnya ini.
“Baik Bu.”
Akhirnya mereka tiba di parkiran kantor, Belinda turun dari dalam mobil dan langsung disambut oleh satpam yang membukakan pintu untuknya masuk ke dalam kantor, beberapa pegawai yang kebetulan melintas pun menundukan
kepala dan memberikan hormat padanya. Belinda segera berlalu masuk ke dalam lift untuk menuju ruangan kerjanya.
****
Sutikno meresmikan jembatan baru yang sebelumnya putus oleh terjangan banjir beberapa waktu lalu, Sutikno dalam sambutannya berterima kasih pada semua pihak yang telah membantunya dalam membangun kembali jembatan ini dan ia berharap dengan dibukanya kembali jembatan ini maka akses masyarakat menjadi lebih mudah. Selepas memberikan sambutan dan menggunting pita tanda diresmikannya jembatan yang baru diperbaiki itu, Sutikno menyapa beberapa warga untuk mendengar keluh kesah warga sekitar, tentu saja dengan banyak kamera wartawan yang menyorot ke arahnya. Sutikno nampak berusaha sebisa mungkin menampilkan citra baik di depan kamera dan selepasnya ketika ia hendak kembali ke mobil nampak banyak sekali wartawan yang memberondongnya dengan pertanyaan.
“Pak, kami mendengar bahwa anda sebentar lagi dicalonkan oleh partai andai untuk menjadi Gubernur, apakah itu benar?”
Sutikno hanya tersenyum mendengar pertanyaan salah seorang wartawan barusan, Sutikno mengatakan pada wartawan itu untuk menunggu saja waktu yang tepat dan bagaimana ke depannya, dengan pengawalan yang begitu ketat nampak Sutikno masuk ke dalam mobil dinasnya dan pergi bersama dengan iring-iringan kendaraan lainnya meninggalkan lokasi tempat peresmian jembatan barusan.
“Lihat saja nanti, aku pasti akan mendapatkan apa yang aku inginkan,” seringai Sutikno yang kemudian ia meraih ponselnya dan mencari kontak seseorang di dalam sana.
****
Ketika malam hari tiba, Belinda pergi menuju sebuah hotel yang tidak jauh dari kantornya berada, ia sudah mendapatkan akses masuk ke dalam lift dan juga kamar oleh sebab itu ia tidak perlu melapor ke resepsionis di depan sana yang berjaga. Ketika ia membuka pintu kamar nampak pria yang waktu itu bersamanya menghabiskan malam sudah menantinya di sana, Belinda sendiri tanpa ragu langsung memeluk pria itu dan mereka langsung
terlibat dalam sebuah ciuman panas untuk beberapa saat sebelum pria itu melerai ciuman tersebut dan menidurkan Belinda di ranjang.
“Sepertinya kamu sudah tidak sabar untuk permainan berikutnya, ya?”
“Aku merindukanmu, lakukanlah,” ujar Belinda yang kedua tangannya bergelayut di leher pria itu yang jarak antara wajah mereka sudah sangat dekat sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments