Keesokan harinya Viona kembali berangkat sekolah, hari ini dia memulai pelajaran pertama dengan semangat. Dia terlihat mengikuti pelajaran demi pelajar di hari pertama ini dengan sangat baik.
Dia begitu menikmati belajar di sekolah yang selama ini diimpikannya. Saat waktu istirahat tiba, Viona melangkah keluar kelas. Dia berencana hendak melangkah menuju perpustakaan, dia ingin mengisi waktu istirahatnya dengan membaca buku-buku karangan penulis yang dikaguminya.
“Viona,” panggil Rayhan saat melihat Viona baru saja berada di depan kelasnya.
Seketika Viona menghentikan langkahnya, lalu dia membalikkan tubuhnya agar dapat melihat sosok yang baru saja menyebut namanya.
Saat itu juga Rayhan melangkah menghampiri dirinya.
“Kamu mau ke mana?” tanya Rayhan pada Viona saat dia telah berdiri tepat di depan Viona.
“Mhm, aku mau ke perpustakaan, Kak.” Jawan Viona sembari menautkan kedua alisnya.
Dia heran melihat Rayhan tiba-tiba mencari dirinya.
“Bisakah kamu menundanya?" tanya Rayhan pada Viona penuh harap.
"Ada apa, Kak?" tanya Viona.
"Ada pekerjaan yang harus kita selesaikan," ujar Rayhan.
Rayhan langsung menarik tangan Viona. Dia membawa adik kelasnya itu menuju ruang OSIS.
Mau tak mau, Viona harus mengikuti langkah sang ketua OSIS.
"Pekerjaan apa, Kak?" tanya Viona pada Rayhan setelah mereka sampai di ruang OSIS.
"Persiapan untuk Mading yang harus diterbitkan besok, aku belum sempat memilih artikel yang masuk untuk mengisi Mading terbitan esok hari," ujar Rayhan.
Rayhan mengeluarkan beberapa artikel masuk yang disimpannya di sebuah kotak. Dia memberikan kotak tersebut pada Viona.
"Bukankah ini pekerjaan anggota OSIS lainnya, Kak?" tanya Viona pada Rayhan.
Gadis itu merasa heran, kenapa pekerjaan yang harus dilakukan oleh sekretaris serta seksi pendidikan itu malah dilimpahkan pada seorang ketua OSIS.
"Mhm, kebetulan hari ini sekretaris OSIS tidak masuk sekolah, tim yang biasa bertugas sedang mengerjakan tugas lainnya," jawab Rayhan.
"Oh." Viona hanya bisa ber-oh-ria.
Dia tidak tahu harus berbicara apa lagi.
"Kamu boleh pilih artikel yang menarik untuk ditempel Minggu ini, setelah kami pilih kita akan pasang di Mading," ujar Rayhan memberi arahan pada Viona.
Setelah itu mereka pun asyik mengotak Atik kotak yang berisi artikel di sana.
Viona asyik memilih beberapa artikel yang menurutnya bagus, lalu meletakkan artikel itu di suatu tempat agar mereka dapat dengan mudah menyusun artikel yang telah dipilih nantinya.
Tanpa disadari Viona, Rayhan menatap kagum ke arah adik kelas yang beberapa hari ini mulai mengusik hari-harinya.
Entah mengapa pria tampan itu merasa nyaman setiap kali berada di samping adik kelasnya itu.
"Mhm, Kak." Viona menyadari apa yang dilakukan oleh kakak kelasnya itu.
"Eh," lirih Rayhan malu.
Seketika dia merasa gugup dan canggung.
Rayhan menggaruk kepalanya yang tidak gatal untuk menghilangkan rasa canggungnya.
"Kenapa kakak liatin aku seperti itu?" tanya Viona jujur.
"Mhm, enggak apa-apa," lirih Rayhan.
"Ayo, kita lanjutkan," ajak Rayhan mengalihkan perhatian Viona.
Viona pun kembali fokus dengan pekerjaannya, dia telah mengasingkan beberapa artikel yang menarik untuk ditempel di Mading nantinya.
Dari kejauhan Nara dan geng-nya melihat kedekatan Viona dengan Rayhan.
Hatinya semakin memanas, dia sudah tak sabar ingin memberi pelajaran pada adik kelas yang berani-beraninya mendekati pria yang disukainya.
"Ra, sepertinya kita harus kasih pelajaran secepatnya pada bocah kampung itu," ujar Yola memanas-manasi Nara.
"Iya, Ra. Kita harus beri pelajaran pada gadis itu, semua orang yang berani dekatin Rayhan harus kita basmi." Rika ikut mengompori Nara.
Setelah itu mereka pun mulai menyusun rencana untuk memberi pelajaran pada Viona.
"Siap, kita lakukan rencana kita nanti saat pulang sekolah," seru Rika setuju dengan rencana yang akan dilakukan Nara terhadap Viona.
Mereka pun melangkah menuju kelas.
20 menit telah berlalu, waktu istirahat pun habis. Terdengar bel masuk kelas berbunyi.
"Udah bel, nanti kita lanjutkan setelah pulang sekolah," ujar Rayhan.
"Baik, Kak." Viona menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu aku langsung ke kelas ya, Kak." Viona berpamitan pada Rayhan.
Rayhan mengangguk, lalu membiarkan Viona keluar dari ruangan OSIS.
"Apa yang terjadi padaku? Aku merasa selalu ingin berada di dekatnya," gumam Rayhan di dalam hati.
"Astaghfirullah," lirihnya lalu menggelengkan kepalanya.
Rayhan pun keluar dari ruang OSIS lalu dia pun melangkah menuju kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya.
Saat bel pulang berbunyi, Rika dan Yola menghampiri Viona.
"Vio," panggil Yola.
Sebagai kakak kelas dan tinggal di daerah yang sama, Viona mengenal Yola.
"Eh, kak Yola. Kakak sekolah di sini juga?" tanya Viona tak menyangka bisa bertemu dengan Yola di sekolah yang sama.
Selama ini dia sama sekali tidak tahu, kakak kelasnya semasa SMP itu sekolah di SMA Garuda.
"Iya, lu pintar juga ya, bisa sekolah di sini," ujar Yola.
"Mhm, Alhamdulillah, Kak," lirih Viona.
"Eh, kebetulan nih gue enggak bawa motor, gue bisa nebeng sama lu, kan?" tanya Yola pada Viona.
"Oh, bisa kak! Tapi,-" Viona belum melanjutkan ucapannya.
Yola pun langsung menarik tangan Viona. Mereka hendak melangkah menuju parkiran tapi, tiba-tiba.
"Eh, gue lupa. Ada yang ketinggalan di kelas. Lu temani gue, ya," ujar Yola.
Setelah itu Yola dan Rika pun mengajak Viona kembali melangkah di koridor sekolah, hingga mereka sampai di sebuah bangunan kosong yang jarang dipakai oleh siswa.
Sesampai di gedung itu, Yola dan Rika membekap mulut Viona lalu mengikat tangan Viona.
Mereka pun memasukkan Viona ke salah satu ruangan yang ada di gedung tertinggal itu.
Kebetulan di lokasi itu memang sepi, dan tidak ada yang melintas di sana.
Situasi ini membuat mereka leluasa melakukan apa pun pada Viona.
Gedung itu biasa digunakan sebagai gudang oleh pihak sekolah.
Viona kaget dengan apa yang dilakukan oleh Yola dan Rika, dia tak percaya Yola akan berbuat jahat padanya.
Setelah berada di dalam gudang itu, Yola mengikat kaki Viona agar dia tidak bisa bergerak.
Dia membekap mulut Viona dengan lakban sehingga Viona tidak bisa berteriak meminta tolong.
"Ini ganjaran buat lu, yang sudah berani dekat dengan Rayhan!" bentak Rika pada Viona.
Viona hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menangis memohon belas kasihan Rika dan Yola.
Rika dan Yola pun menyeringai puas dengan apa yang telah mereka lakukan terhadap Viona, setelah itu mereka pun meninggalkan Viona di dalam gudang itu lalu menguncinya.
"Hei, Nara. Lu masih di sini, yuk balik," ajak Yola dan Rika menghampiri Nara yang kini tengah berada di ruang OSIS.
Nara sengaja menemui Rayhan agar Rayhan tidak menemui Viona di saat mereka melancarkan aksi mereka.
"Eh, Ray. Teman-teman gue udah pada datang, gue balik dulu, ya," ujar Nara pada Rayhan.
Rayhan mengangguk. Lalu membiarkan Nara pergi, dia merasa lega akhirnya wanita itu pun meninggalkan dirinya.
Sejak tadi Rayhan ingin sekali mencari Viona yang belum datang juga, padahal mereka sudah berjanji akan melanjutkan pekerjaan mereka.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments