"Astaghfirullah, apa yang terjadi?" pekik Viona cemas.
Dia segera menepikan scooternya lalu berhenti, dia turun dari scooter itu lalu mencoba mengecek apa yang terjadi pada scooter kesayangannya.
"Ya ampun kenapa pake acara bocor ban segala, sih," gerutu Viona.
Viona pun mulai mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya mencari tambal ban terdekat, berharap ada tambal ban di dekat posisinya saat ini. Namun, sayangnya tak ada bengkel atau tambal ban di dekatnya saat ini.
Akhirnya, Viona pun mendorong scooternya sembari terus mencari bengkel atau tambal ban.
Baru saja beberapa meter Viona melangkah mendorong scooternya sebua mobil sport berwarna merah berhenti tepat di depannya sehingga gadis itu terpaksa menghentikan langkahnya.
Dia menautkan kedua alisnya heran, dia penasaran dengan siapa yang ada di dalam mobil itu.
Tak berapa lama seorang pria turun dari mobil lalu menghampiri Viona yang berdiri terpaku melihat pria yang baru saja keluar dari mobil tersebut.
"Apa yang terjadi?" tanya Rayhan pada Viona.
Viona masih terdiam dia tak percaya pria yang tadi bersamanya terlihat begitu sederhana memiliki mobil sport mahal.
"Hei," sapa Rayhan lagi sambil melambaikan tangannya tepat di depan wajah Viona.
"Eh, ka-ka-mu," lirih Viona.
Viona masih bingung dan tak percaya dengan sosok Rayhan.
"Hei, apa yang terjadi?" Rayhan kembali bertanya.
"Mhm, scooterku bocor ban," jawab Viona setelah menstabilkan pikiran dan situasi saat ini.
"Apakah aku boleh membantumu?" tanya Rayhan.
Viona tak langsung menjawab, dia hanya diam bingung harus menjawab apa.
"Ya sudah, berikan padaku kunci scootermu," pinta Rayhan.
Dengan ragu, Viona memberikan kunci scooter miliknya pada pria yang kini telah berdiri tepat di sampingnya.
Rayhan pun mengambil ponsel yang ada di saku celananya, terlihat dia menghubungi seseorang, tak berapa menit mereka menunggu 2 orang pria datang.
"Tolong bereskan sepeda motor ini!" perintah Rayhan.
2 orang pria itu mengangguk dan mengambil kunci scooter milik Viona, salah satu dari mereka mendorong scooter milik Viona meninggalkan mereka.
"Kamu mau apakan scooterku?" lirih Viona bertanya setelah kedua pria itu mulai menjauh.
"Tenang saja, dua temanku akan membereskannya. Sekarang, ayo ikut aku," ajak Rayhan.
Rayhan langsung menarik tangan Viona dia tidak ingin mendapat penolakan dari Viona.
Rayhan membukakan pintu mobil mewahnya untuk Viona, dan menyuruh Vina masuk ke dalam mobil tersebut.
Mau tak mau gadis itu hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Rayhan.
Setelah itu Rayhan pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.
"Mhm, aku akan mengantarkanmu pulang, tapi setelah kamu menemaniku makan siang," ajak Rayhan memaksa.
Viona hanya diam, dia sendiri masih tak percaya dengan apa yang kini dialaminya.
Tanpa menunggu jawaban dari Viona Rayhan sudah menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah kafe, dia turun dari mobil lalu melangkah mengitari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Viona.
"Ayo, turun!" ajak Rayhan.
Kali ini Viona tak bisa menolak apa yang dikatakan oleh Rayhan dia pun mengikuti langkah Rayhan yang kini mulai masuk ke dalam kafe.
Rayhan memilih tempat yang dekat dengan jendela di bagian pojok ruang kafe, sehingga mereka dapat melihat apa yang terjadi di luar kafe sambil menikmati makanan atau minuman nantinya.
"Kamu mau makan apa?" tanya Rayhan pada Viona.
"Mhm, aku enggak udah makan, Kak. Nanti aku makan di rumah saja," ujar Viona.
Viona merasa tidak enak pada pria yang baru saja hari ini dikenalnya, dia tidak ingin merepotkan atau menyusahkan Rayhan apalagi Rayhan sudah menantunya memperbaiki scooternya.
"Hei, anggap saja traktiran ini sebagai tanda terima kasihku karena kamu sudah membantuku dalam menyelesaikan pekerjaanku yang sejak kemarin menumpuk," ujar Rayhan membujuk Viona agar gadis itu mau makan bersamanya.
"Tapi, Kak," lirih Viona.
Dia masih saja berniat untuk menolak tawaran Rayhan.
"Ya sudah, aku akan pesankan makanan untukmu sesuai seleraku, dan kamu tidak boleh menolak," ujar Rayhan.
Setelah itu Rayhan melambaikan tangannya pada seorang pelayan pertanda manggil pelayan itu.
"Saya pesan mie goreng sama sandwich 2 ya, Kak. Terus minumnya lemon tea," ujar Rayhan pada pelayan.
"Baik, tunggu sebentar," sahut si pelayan sembari tersenyum pada pelanggan setianya itu.
Si pelayan sangat mengagumi sosok Rayhan yang setiap hari pasti datang makan siang di kafe itu.
Mereka pun menunggu pesanan mereka datang, tak banyak kata yang keluar dari mulut mereka, saat ini Viona hanya bisa menundukkan kepalanya menghindari kecanggungannya ulah tatapan aneh dari Rayhan.
Rayhan menatap dalam pada wajah polos Viona, dia mulai tertarik dengan sosok Viona meskipun dia baru saja mengenali Viona hari ini.
Banyak hal yang berbeda di diri gadis itu membuat dia merasa nyaman dengan junior barunya itu.
"Kak, kenapa kakak lihatin aku begitu?" tanya Viona akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"Eh, enggak apa-apa." Rayhan pun berhenti menatap Viona.
Tak berapa lama setelah itu si pelayan pun datang membawakan makanan yang dipesan oleh Rayhan tadi.
"Silakan, Bang," ujar si pelayan setelah meletakkan makanan yang mereka pesan di atas meja.
"Terima kasih," ucap Rayhan.
"Ayo, makan," ajak Rayhan pada Viona.
"Ini banyak banget, Kak." Viona kaget melihat makanan yang dipesankan oleh Rayhan.
"Sudah, makan saja dulu. Kalau enggak habis juga enggak apa-apa," ujar Rayhan.
Rayhan pun mulai menyantap makanan yang sudah ada di hadapannya.
Mau tak mau Viona juga mulai menyantap makanan yang ada di hadapannya.
Saat Viona hendak menyuapi mie goreng ke dalam mulutnya, dia melihat seorang pengemis menatap dirinya. Seketika hati nurani Viona tergerak untuk memberikan makanan miliknya pada pengemis itu.
Dia berdiri, dan mengambil seporsi sandwich yang ada di atas meja.
"Bentar ya, Kak," lirih Viona.
"Kamu mau ke mana?" tanya Rayhan heran.
Viona melirik ke arah pengemis yang berdiri di balik kaca kafe. Setelah itu dia melangkah keluar kafe lalu dia memberikan sandwich itu pada si pengemis.
Rayhan semakin kagum dengan sosok gadis yang berjiwa malaikat seperti Viona.
"Kamu mau dipesankan makanan lagi?" tanya Rayhan pada Viona setelah Viona kembali duduk di kursi hadapan Rayhan.
Viona menggelengkan kepalanya.
"Tidak usah, Kak. Ini saja sudah terlalu banyak buat aku," ujar Viona.
Setelah itu mereka pun kembali menikmati makanan mereka.
"Setelah ini, aku akan mengantarmu pulang," ujar Rayhan sebelum mereka berdiri dan meninggalkan kafe.
"Tapi, Kak. Scooterku bagaimana?" tanya Viona mengkhawatirkan benda berharga dalam hidupnya.
"Kamu tenang saja, kedua temanku tadi akan mengantarkan scootermu ke rumahmu setelah aku mengantarmu ke rumah." Rayhan menjelaskan keberadaan scooter milik Viona.
"Ayo." Rayhan berdiri dan lagi-lagi dia menarik tangan Viona, entah mengapa dia mulai senang menggenggam tangan gadis itu.
Viona hanya pasrah menerima perlakuan manis dari Rayhan entah mengapa dia juga merasa nyaman dengan keberadaan Rayhan di sampingnya.
Mereka melangkah keluar dari kafe menuju parkiran mobil.
"Viona!" bentak seseorang pada Viona saat melihat Viona hendak masuk ke dalam mobil mahal milik Rayhan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments