Viona menghampiri Rasya dan Ridwan.
"Kenalkan teman aku, Viona." Rasya memperkenalkan sahabatnya pada Ridwan.
Viona tersenyum pada Ridwan senior mereka yang sangat dikagumi oleh para siswi baru, dia bersikap wajar saja. Viona tidak tertarik sama sekali pada pria tampan yang ada di hadapannya saat ini.
Saat ini di benak Viona hanya sekolah, dia tidak tertarik untuk memikirkan kisah asmara karena tujuannya ke sekolah itu adalah untuk belajar.
Ridwan terpana melihat reaksi Viona yang biasa saja terhadap dirinya berbeda dengan para siswi lain yang ada di sekolah itu.
Ridwan merupakan salah satu deretan pria tampan dan menjadi incaran banyak siswi yang ada di SMA Garuda.
"Ayo, Kak. Viona mau cari kak Rayhan," ujar Rasya mengingatkan mereka akan rencana mereka.
Akhirnya mereka pun melangkah menuju kantin, sebelum mereka sampai di kantin, mereka melewati sebuah ruangan yang di depan pintunya bertuliskan OSIS, Ridwan menghentikan langkahnya, dia mengulurkan lehernya masuk ke dalam ruangan itu.
"Ray, ada yang nyariin, Lu," seru Ridwan.
Tak berapa lama seorang pria tampan yang juga mengenakan seragam keluar dari ruangan itu.
"Nih, orang yang namanya Rayhan," ujar Ridwan pada Viona.
"Ada apa ini?" tanya Rayhan bingung.
"Mhm, biasa, Bro. Sebagian misi dalam kegiatan MOS," jawab Ridwan santai lalu dia pun menarik tangan Rasya dan meninggalkan Viona dan Rayhan di sana.
Rayhan masih bingung, seingatnya dirinya, pria yang memiliki jabatan tertinggi di OSIS itu telah meminta panitia untuk tidak mengikut sertakan dirinya dalam ajang pengenalan kampus Sekolah bersama junior karena saat ini dia memiliki banyak pekerjaan mengenai tugasnya sebagai ketua OSIS.
Dia pun menoleh ke arah Viona yang kini menatap ke arah dirinya.
"Mhm, ada yang bisa saya bantu?" tanya Rayhan dengan gaya yang penuh wibawa dan bijaksana.
Terpancar dari wajahnya sebuah kharisma yang belum dilihat Viona dari sisi siapa pun.
Viona tidak menjawab pertanyaan Rayhan, dia hanya mengulurkan sebuah amplop yang ada di tangannya.
Rayhan melihat dengan jelas namanya tertulis di atas amplop tersebut.
"Mhm, bukalah amplop kecil yang ada di dalam amplop itu!" perintah Rayhan pada Viona.
Rayhan sudah tahu prosedur kegiatan hari ini, makanya dia langsung menyuruh Viona membuka amplop tersebut agar dia dapat menyelesaikan urusannya dengan Viona lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Viona mengangguk dan langsung melakukan apa yang diperintahkan Rayhan padanya.
Viona membulatkan matanya saat membaca isi amplop tersebut.
"Apa isinya?" tanya Rayhan pada Viona penasaran.
Vina tak menjawab pertanyaan Rayhan dia hanya menyodorkan selembar kertas yang ada di tangannya.
Setia mendampingi Senior ke mana pun dan di mana pun selama satu hari ini, dan melakukan apa yang diperintahkan Senior.
Rayhan tersenyum membaca tulisan di kertas yang ditangannya saat ini.
"Lumayan, sepertinya kamu bisa bantu aku untuk menyelesaikan pekerjaanku," ujar Rayhan tersenyum.
Viona menautkan kedua alisnya bingung.
"Ayo, ikut aku! Saat ini aku sedang banyak pekerjaan. Kita selesaikan pekerjaan tersebut terlebih dahulu, lalu kita akan keliling sekolah," ujar Rayhan.
Mau tak mau Viona pun masuk ke dalam ruang OSIS itu, ruangan yang cukup luas untuk sebuah organisasi di sekolah.
Fasilitas di ruang OSIS ini memang sangat lengkap, sehingga petugas OSIS bekerja dengan mudah di sana.
Rayhan menyuruh Viona untuk merapikan kertas yang berantakan di atas meja, lalu dia meminta Viona untuk menuliskan setiap nama yang ada di kertas tersebut ke sebua buku folio.
Viona pun melakukan apa yang diminta oleh Rayhan. Mereka dapat menyelesaikan semua pekerjaan itu dengan cepat. Sebelum pukul 10.00 pekerjaan Rayhan sudah selesai, pria tampan itu merasa bersyukur dengan kehadiran Viona yang sangat cekatan dalam melaksanakan tugas yang diberikannya.
"Ayo, ikut aku," ujar Rayhan pada Viona.
"Ha? Ke ke ke mana?" tanya Viona.
Rayhan mengajak Ayunda keluar dari ruangan itu. Pria tampan itu menarik tangan Viona, hal ini membuat Viona tersentak dan menatap tangannya yang dipegang oleh Rayhan.
"Eh, maaf. Aku tidak sengaja," lirih Rayhan merasa bersalah.
Dia sama sekali tidak menyadari apa yang baru saja dilakukannya, hal itu hanya reflek semata.
"Mhm," gumam Viona.
Seketika terjadi kecanggungan di antara mereka. Rayhan pun melangkah keluar, diikuti oleh Viona dari belakang.
Tak banyak kata yang terlontar dari mulut Rayhan hingga mereka sampai di depan perpustakaan.
"Ini perpustakaan sekolah?" tanya Viona takjub.
Gedung perpustakaan yang berdiri kokoh satu bangunan tanpa ada fasilitas lain di sana membuat Viona kagum.
Dengan melihat perpustakaan yang bagus dan tertata rapi membuat Viona mengambil kesimpulan bahwa SMA Garuda sangat peduli dengan ilmu pengetahuan.
"Ya." Rayhan mengangguk.
"Kita boleh masuk ke dalam, Kak?" tanya Viona antusias.
Gadis itu ingin sekali mengetahui buku apa saja yang ada di perpustakaan itu, selama ini Viona selalu menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan.
Selain untuk menghemat pengeluaran selama di sekolah, dia memang hobi membaca.
"Boleh, kenapa tidak," sahut Rayhan.
Rayhan terpesona dengan ekspresi Viona yang begitu tertarik dengan perpustakaan, jarang-jarang dia menemukan siswa yang sangat menyukai perpustakaan.
Rayhan pun mengajak Viona masuk ke dalam perpustakaan itu.
Saat berada di dalam perpustakaan, Viona meninggalkan Rayhan begitu saj, dia mulai mencari buku sastra, dia mencari beberapa buku-buku novel yang disukainya.
Banyak buku-buku karangan Khairul Anwar dan Asma Nadia tertera di sana, satu per satu dia membuka buku-buku yang menarik baginya, dari kejauhan Rayhan memperhatikan gerak gerik Viona.
"Gadis yang unik, tak banyak siswa yang menyukai buku-buku novel yang mendidik seperti karangan Asma Nadia," gumam Rayhan di dalam hati.
Hampir satu jam Rayhan menunggu Viona, sepertinya gadis itu lupa bahwa ada seseorang yang tengah menunggunya.
Sesaat dia lupa dengan kegiatan hari ini, yang harus diselesaikannya bersama Rayhan.
"Kamu telah membuatku menunggu lima puluh satu menit lewat tiga puluh dua detik," ujar Rayhan menghampiri Viona yang kini mulai tenggelam dalam cerita yang ada di buku yang dipegangnya.
"Astaghfirullah, aku lupa. Maaf, Kak. Aku terlalu asyik dengan buku-buku ini," ujar Viona merasa bersalah.
"Tidak masalah, ayo kita lanjutkan keliling sekolahnya, takutnya bel pulang berbunyi sebelum kita selesai," ujar Rayhan.
Viona mengangguk lalu meletakkan buku yang ada di tangannya kembali ke atas rak.
Rayhan melangkah keluar dari perpustakaan diikuti oleh Viona di belakangnya.
"Ray," panggil seseorang pada Rayhan.
"Nara," lirih Rayhan sambil menautkan kedua alisnya heran.
"Kamu ngapain ada di sini? Bukannya pekerjaan kamu masih numpuk?" tanya wanita yang bernama Nara itu.
"Mhm, pekerjaanku sudah selesai, kebetulan sekarang aku ada tugas untuk membimbing junior," jawab Rayhan.
Rayhan menoleh ke arah Viona yang kini telah berdiri di sampingnya. Tatapan mata Nara mengikuti arah pandangan pria yang selama ini dicintainya, tapi sayang cintanya bertepuk sebelah tangan.
Rayhan tidak pernah memperdulikan sikap Nara yang selalu mencari-cari perhatian darinya.
Nara langsung menarik tangan Viona dan membawanya menjauh dari Rayhan, hal ini membuat Viona kaget tapi dia tetap melangkah mengikuti Nara.
"Hei, anak baru! Lu jangan macam-macam, ya sama Rayhan! Rayhan itu cuma milik gue!" bentak Nara.
Setelah itu Nara mendorong Viona, lalu dia meninggalkan Viona dan Rayhan begitu saja.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Rayhan khawatir Nara menyakiti Viona.
"Baik, Kak," sahut Viona.
Viona memang merasa kaget dan syok dengan perlakuan Nara yang tiba-tiba marah padanya, tapi dia terus berusaha menenangkan dirinya.
"Ya udah, cuekin aja apa yang dikatakan Nara, kita lanjut, yuk," ajak Rayhan.
Lagi-lagi Rayhan reflek memegang tangan Viona, tanpa protes Viona mengikuti langkah Rayhan yang kini mengarah ke gedung yang ada di samping perpustakaan.
Gedung itu tak kalah mewah dan megahnya dari perpustakaan, di gedung tersebut terdapat 3 ruangan besar, yaitu Labor kimia, Labor biologi serta Labor bahasa.
"Sekolah ini bagus banget ya, Kak. Aku beruntung dapat mengecam pendidikan di sini," tutur Viona.
Rayhan menoleh ke arah Viona, dia merasa gadis yang bersamanya saat ini sangat polos dan jujur.
Dia dapat melihat sikap sederhana yang diperlihatkan Viona apa adanya di hadapan Rayhan sejak mereka bertemu
Setelah itu mereka pun kembali melanjutkan langkah mengelilingi sekolah dan terakhir Rayhan mengajak Viona ke kantin sekolah.
"Capek juga yang keliling sekolah itu," keluh Rayhan.
Viona hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia merasa bersalah pada Rayhan yang telah menghabiskan waktunya untuk dirinya.
"Mhm," gumam Viona menanggapi apa yang dikatakan oleh Rayhan.
"Ayo, kita makan atau minum dulu," ajak Rayhan pada Viona.
"Tidak usah, Kak. Sebentar lagi mau bel pulang, mungkin siswa baru udah pada kumpul di lapangan," ujar Viona menolak ajakan Rayhan.
Viona tidak mau menghabiskan uang jajannya untuk makan di kantin, karena dia yakin jajanan di kantin harganya pasti di atas 10.000. Baginya lebih baik menahan lapar dan makan di rumah lebih hemat.
"Ayolah, biar aku yang traktir," ajak Rayhan lagi.
Rayhan tahu Viona mengkhawatirkan uang yang akan digunakannya untuk jajan di kantin itu.
"Tidak usah, Kak. Lain kali saja," ujar Viona lagi menolak.
"Mhm, terima kasih, Kak. Mungkin hari ini cukup sampai di sini," ujar Viona.
Viona pun langsung bergegas melangkah meninggalkan Rayhan.
Viona takut, Rayhan akan maksa dirinya untuk makan di kantin, dia tidak mau dianggap gadis yang mengharapkan sebuah traktiran dari seniornya itu.
Rayhan hanya terdiam melihat sikap juniornya itu, baru kali ini dia melihat wanita yang begitu unik menurutnya.
Pria tampan itu tersenyum lalu melangkah masuk ke dalam kantin, dia tak tahan lagi menahan perutnya yang sudah terasa lapar, cacing-cacing di perutnya sudah berdemo minta diberi makan.
Viona kembali berkumpul dengan teman-temannya, beberapa dari mereka telah menyelesaikan misi masing-masing, dan kini menunggu arahan kegiatan untuk esok hari sebelum pulang.
Usai bel berbunyi, semua siswa pun keluar dari gerbang sekolah. Mereka berhamburan keluar dengan berbagai tingkah. Mereka melangkah riang, ada yang sambil tertawa mengerjai temannya, ada juga yang asyik bercerita sepanjang langkah.
Sementara itu Viona pun mengendarai scooternya meninggalkan sekolah. Hari ini banyak pengalaman yang di dapatnya.
Dia mengendarai scooternya dengan wajah yang diselimuti kebahagiaan. Hari ini begitu berarti baginya karena dia benar-benar bersyukur dapat bersekolah di SMA Garuda yang sangat sempurna di matanya.
Hari ini dia sudah mengetahui setiap beluk sekolah barunya.
Baru saja Viona menjalankan scooter nya setengah perjalanan tiba-tiba, scooternya itu berjalan oleng yang mengakibatkan Viona hampir saja terjatuh.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Az-Zahra
lanjut kak
2023-05-22
0
Az-Zahra
panitianya lupa, Ray...
hahahha
2023-05-22
0