“Abangg, sini deh” panggil Aqila kepada Iqbal yang ada di balik rak buku-buku di hadapan nya.
“Ada apa?” sautnya dari sebrang sana.
“Sini dulu” ucap Aqila.
Iqbal yang ingin menghampiri Aqila tak sengaja menabrak seseorang.
BRUKK
“Astagfirullah, afwan ana tak sengaja” ucap Iqbal membantu membawakan buku yang terjatuh.
“Emm i-iya” sautnya gugup.
“Nih, sekali lagi afwan, ana benar-benar tak sengaja” ucap Iqbal dan memberikan bukunya kepada gadis di hadapannya saat ini yang sedang menunduk.
Iqbal sesaat terdiam melihatnya hingga bukunya di tarik yang membuatnya sadar, Iqbal menggelengkan kepalanya, “Astagfirullah” gumamnya pelan.
“Ehh ini” lanjutnya dan di terima oleh gadis bercadar itu.
“M-makasih” sautnya pelan.
Mereka sama-sama terdiam hingga suara Aqila menyadarkan Iqbal, “Abang” panggil Aqila melihat Iqbal yang sedang berhadap-hadapan dengan seorang wanita bercadar.
“E-eh i-iya” sautnya gugup.
“Abang kenapa?” tanya Aqila mendekati mereka.
Lalu Aqila menoleh ke arah wanita itu yang hanya menunduk saja, “Lho ka Syifa, ka Syifa ada di sini juga?” tanya Aqila pada gadis bercadar tersebut.
Syifa menatap Aqila, “Ehh Qila, iya” jawabnya lalu kembali menunduk saat pandangannya tak sengaja bertemu dengan Iqbal.
“Sedang mencari buku juga ya?” tanya Aqila lagi.
“Iya” jawabnya lagi yang terus menunduk.
“Ohh sama dong, oh ya ka, kaka masih inget gak sama abang Iqbal?” tanya Aqila.
“Iya” jawabnya mengangguk.
“Nah sekarang abang Iqbal sedang ada di depan ka Syifa, dia baru saja pulang kemarin pagi” ucap Aqila menatap Iqbal, Syifa pun hanya mengangguk saja.
“Abang masih inget dengan ka Syifa?” tanya Aqila beralih ke Iqbal, dan di balas gelengan oleh Iqbal.
“Abang lupa, ihhh itu lho, ka Syifa ini anaknya pak kyai guru ngaji kita dulu, ka Syifa ini yang selalu mencubit abang kalau abang nakal sama ka Ilham, hehe Qila masih inget lho” ucap Aqila terkekeh ketika mengingat masa lalunya, sedangkan Syifa tambah menunduk malu.
“Qila sudah” ucapnya pelan menyenggol lengan Aqila pelan juga, dan Iqbal yang melihatnya tersenyum tipis hingga tak terlihat senyumannya saking tipisnya.
“Abang ingetkan?” tanya Aqila lagi.
“Inget” jawabnya.
“Hei, kalian ini di cari kemana-mana ternyata di sini” saut Ilham menghampiri mereka.
“Ehh ada ukhty Syifa, assalamualaikum ukhty” ucap Ilham menangkupkan lengannya.
Sedangkan Iqbal dan Aqila yang melihatnya memutarkan bola matanya malas.
“Waalaikummussalam” jawabnya dan menangkupkan lengannya juga.
“Hmm, ya sudah kalau begitu ana duluan, assalamualaikum” salamnya lalu segera pergi.
“Waalaikummussalam” jawab mereka.
Iqbal terus menatap Syifa hingga dia menghilang di belokan, “Woii, Iqbal lo lihat apa sih?” tanya Ilham yang membuat Iqbal tersadar dan segera memalingkan wajahnya.
“Gak lihat apa-apa” jawabnya ketus lalu segera pergi meninggalkan mereka berdua, Aqila dan Ilham saling pandang dan mengangkat bahunya acuh lalu mereka menyusul Iqbal.
***
Setelah cukup lama mereka mencari dan sudah menemukan apa yang mereka butuhkan, mereka segera membayarnya dan langsung pulang.
Di dalam mobil,
“Abang, ayo kita beli es krim juga, bukankah abang sudah bilang mau belikan Qila es krim” ucap Aqila menatap Iqbal.
“Iya, tapi jangan banyak-banyak” sautnya yang membuat senyuman Aqila mengembang.
“Siap komandan, gak akan banyak-banyak ko cuman lima aja” ucap Aqila dan di akhiri kekehan.
Sesampainya di supermarket terdekat mereka kembali keluar dan masuk kedalam, “Cepat mau apa, abang tunggu sini” ucap Iqbal sembari menunggu di depan kasir, sedangkan Aqila dan Ilham yang mendengarnya langsung lari untuk mengambil makanan sebanyak-banyaknya, tekor dah tuh isi kantong Iqbal.
Iqbal yang menunggunya kesal, dia tau apa yang akan di lakukan oleh kedua makhluk itu, apalagi kalau bukan untuk menghabisi isi kantongnya, sudah biasa ya kata itu pas sih.
Tak lama kemudian Aqila datang dengan sekeranjang penuh tak terkecuali Ilham yang juga sama, lebih parahnya Ilham bukan sekeranjang melainkan dua keranjang, Iqbal yang melihatnya di buat menganga, kaget pastilah, sudah di pastikan uangnya akan RIP.
“Yang benar saja, sebanyak itu?” tanya Iqbal tak percaya, dan di angguki oleh keduanya.
Iqbal menghela nafas kasar, “Katanya eskrim aja” ucap Iqbal kepada Aqila, sedangkan Aqila hanya nyegir tanpa dosa.
“Kan tadi abang bilangnya cepat mau apa aja, abang tunggu di sini gitu katanya, ya udah kita ambil apa aja yang kita mau ya kan ka Ham” ucap Aqila meniru Iqbal dan di angguki oleh Ilham.
“Iya betul, lo gak percaya, kalau gak percaya lo bisa cek CCTV deh” ucapnya sembari menunjuk ke arah CCV.
Iqbal lagi-lagi menghela nafas kasar, “Iya deh” ucapnya pasrah, Aqila dan Ilham lalu memberikan barang belanjaannya kepada Iqbal lalu mereka segera pergi meninggalkan Iqbal yang hanya menatap mereka dengan tatapan dingin.
“Sabar, Iqbal sabar” gumam Iqbal lalu menuju kasir untuk membayarnya.
***
Iqbal keluar dari supermarket dengan menenteng barang belanjaanya, dan yang membuatnya semakin kesal yaitu ketika dia melihat Aqila dan Ilham sedang asik-asiknya makan batagor yang ada di depan supermarket, lalu dia menghampiri mereka dengan tatapan membunuhnya.
“Ekehemm” dehemnya menatap mereka berdua dingin.
“E-eh abang, udah bang?” tanya Aqila tersenyum kikuk.
Iqbal hanya diam saja lalu memberikan dengan kasar barang belanjaan kepada Ilham, “Ambil sendiri” ucapnya ketus lalu pergi masuk ke dalam mobil.
Sedangkan mereka berdua saling pandang lagi, “Qi singa marah deh” ucap Ilham menatap Aqila.
“Iya ka, tapi ini bukan salah kita ko, ini salah ab-” ucapan Aqila terpotong oleh suara klakson mobil.
TIN... TIN....
Iqbal mengelakson ketika melihat kedua human itu hanya diam dan malah mengobrol, Iqbal menurunkan kaca mobilnya, “Naik atau naik taxi” ancamnya yang membuat kedua human itu segera masuk setelah membayar batagornya.
Iqbal langsung menjalankan mobilnya untuk pulang, dia ingin segera pulang dia sudah penat menghadapi kedua makhluk ciptaan Tuhan itu.
“Abang mau batagor?” tanaya Aqila menyodorkan batagornya.
“Gak” jawabnya singkat.
“Lo bener kagak mau, ini enak Lho” saut Ilham.
“Gak” sautnya lagi.
Setelah itu tidak ada suara lagi dan hanya ada keheningan selama perjalan pulang.
***
Setelah menempuh perjalan yang cukup melelahkan akhirnya mereka sudah sampai, Aqila langsung keluar dari mobil, begitu pun dengan kedua pria tampan itu.
“Huh, alhamdulillah udah sampe” gumam Aqila.
“Abang makasih ya, udah mau antar Qila juga jajanin Qila, Qila pulang dulu ya” ucap Aqila menatap Iqbal.
“Iya” jawabnya singkat.
“Ya udah, abang jangan lupa istirahat dan jangan lupa pikirin Qila juga ya” ucap Aqila terkekeh.
“Ehh itu sih mau lo” saut Ilham lalu masuk terlebih dahulu.
“Dadah abang, jangan kangen Qila” teriak Aqila melambaikan tangannya yang penuh dengan barang belanjaanya.
Iqbal memutar bola matanya malas lalu segera masuk kedalam rumah setelah memastikan Aqila masuk kedalam rumahnya dengan aman.
Ya memang rumah mereka bersebelahan, jadi sangat dekat dan mudah bagi Aqila untuk melihat sang pujaan hati.
***
“Assalamualaikum” salam Aqila memasuki rumahnya.
“Waalaikummussalam, udah pulang nak?” tanya bunda Asih.
“Ya yang bunda lihat” jawab Aqila santai.
“Ya sudah pulanglah” jawab sang bunda.
“Ya berarti Qila sudah pulang bunda gimana sih” ucap Aqila lalu menyalami bundanya setelah menyimpan barang-barangnya.
“Ayah dimana bun?” tanya Aqila ketika tak melihat sang ayah.
“Biasalah ayah pergi dengan Ustadz Syam” jawab bunda.
“Ohh gitu, ya udah bun Qila ke kamar dulu ya” pamit Aqila, setelah mendapat anggukan dari sang bunda Aqila segera masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan tubuhnya di kasur empuknya.
“Huh cape juga” gumam Aqila.
“Tapi gak papa asalkan sama abang” lanjutnya lagi lalu tersenyum-senyum sendiri sembari mengguling-gulingkan badannya di kasurnya.
Sedangkan di kamar lain, lebih tepatnya di kamar Iqbal, pria itu sedang duduk di tepi ranjangnya sembari meregangkan otot-ototnya yang pegal tapi tiba-tiba pikirannya teringat tentang gadis bercadar itu alias Syifa.
“Syifa” gumamnya pelan sembari tersenyum membayangkan Syifa tapi setelah itu dia menggelengkan kepalanya.
“Astagfirullah Iqbal kamu ini, dia bukan mahrammu kenapa kamu memikirkannya” gumamnya tapi tak urung dia kembali tersenyum dan membaringkan badannya.
Sedangkan Ilham pria itu sedang di kamar mandi tadi setelah dia makan banyak perutnya tiba-tiba sakit, mungkin karma, hehe.
**To Be Continue....
***
Terimakasih udah mampir dan selamat membaca di bab selanjutnya, bye-bye**....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments