Debat teroosss

“Assalamualaikum, abanggg” salam Aqila dan memanggil Iqbal tepat di depan rumahnya.

“Assalamualaikum...” salam Aqila lagi karena belum ada jawaban.

“Waalaikummussalam” sautnya dari dalam dan tak lama kemudian pintu rumah terbuka dan memperlihatkan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.

“Ehh umi” ucap Aqila dan menyalami tangan umi Fatimah.

“Ehh Qila, ayo masuk-masuk” ucap Umi Fatimah mempersilahkan Aqila masuk, Aqila pun masuk dan duduk setelah di persilahkan untuk duduk.

“Ada apa nak?” tanya umi Fatimah menatap Aqila.

“Ohh ini umi, Qila membawakan ini dari bunda untuk umi” ucapnya sembari memberikan sebuah rantang kepada umi Fatimah.

“Terimakasih ya nak, bilang kepada bundamu” ucapnya tersenyum.

“Iya umi” sautnya dan tersenyum juga.

“Ohh iya umi, hmmm abang nya ada?” tanya Aqila menatap umi Fatimah.

“Ohh Iqbal?” tanya umi Fatimah yang membuat Aqila mengangguk cepat.

“Iqbal ada di kamarnya bersama Ilham” lanjutnya sembari manatap ke lantai dua di mana kamar Iqbal berada.

Aqila mengangguk, “Emang kenapa nak?” tanya umi Fatimah.

“Hmmm tadinya Qila mau minta tolong abang untuk mengantar Qila ke perpustakaan, soalnya minggu depan Qila mau ujian” jawab Aqila, umi Fatimah mengangguk.

“Ya udah sebentar ya, umi panggilkan Iqbal nya dulu” ucap umi Fatimah yang membuat Aqila tersenyum dan mengangguk cepat.

Umi Fatimah menaiki tangga untuk memanggil Iqbal, dan tak lama kemudian turun lagi dengan dua pria tampan di belakangnya, setelah itu umi Fatimah langsung menuju dapur untuk mengalihkan makanan di rantangnya sedangkan kedua pria tampan itu menghampiri Aqila yang sedang duduk.

“Ada apa?” tanya Iqbal dingin.

Aqila menatap Iqbal dengan wajah berbinar, “Hmmm abang antar Qila yu” ucap Aqila tersenyum.

“Kemana?” tanyanya tanpa menatap Aqila.

“Ke toko buku” jawabnya dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajah cantiknya.

“Gak bi-” ucapan Iqbal terpotong cepat oleh pria di sebelahnya.

“Ayo” sautnya cepat.

“Ihh kapan ada ka Ilham di sini?” tanya Aqila menatap Ilham sepupunya Iqbal.

“Ehh, sedari tadi gue berdiri disini, masa lo kagak liat gue segede gaban gini” ucapnya kesal menatap Aqila.

Sedangkan Aqila hanya mengangkat bahunya acuh, “Ayo bang, kan udah di iyakan sama Ka Ilham” ucap Aqila menatap Iqbal.

Sedangkan Iqbal menatap datar ke sepupunya itu yang hanya tersenyum tanpa dosa, “Gak bisa” ucapnya ketus.

“Ihh ko gitu” ucap Aqila cemberut.

“Ayolah” lanjutnya menunjukan pupy eyesnya.

“Iya Bal, ayo kan lu juga baru sampe Indonesia jadi kita sekalian jalan-jalan gitu” saut Ilham.

“Gak bi-” lagi-lagi terpotong.

“Udah Iqbal sekali-kali” saut umi Fatimah yang baru datang dengan membawa rantang yang tadi Aqila bawa.

“Tuh bang, umi juga boleh” ucap Aqila tersenyum menatap umi Fatimah yang memberikan rantang kepadanya.

Iqbal menghela nafas pelan, “Baiklah” jawabnya malas.

“Yeayy” seru Aqila tersenyum senang.

“Ohh iya, makasih ya makanannya” saut umi Fatimah.

“Iya umi sama-sama” jawabnya.

“Ya sudah kami langsung berangkat saja umi” ucap Iqbal menyalami tangan uminya, yang di susul oleh Ilham dan Aqila.

“Assalamualaikum” salamnya.

“Waalaikummussalam” jawab umi Fatimah lalu menunutp pintu ketika mobil Iqbal keluar dari pekarangan rumah.

“Abang tunggu, Qila mau nyimpan ini dulu” ucap Aqila berlari kedalam rumahnya.

Tak lama kemudian Aqila datang lagi dengan tas selendang boneka kecil di lengannya, “Nah ayo bang” ucapnya ketika sudah masuk dan duduk di belakang.

“Udah?” tanya Iqbal, dan di angguki oleh Aqila.

“Udan Bal, jalan” saut Ilham.

“Bismillahirohmanirrohim” ucap Iqbal dan Aqila bareng.

Ilham yang mendengarnya berdehem-dehem, sedangkan Aqila dia sudah tersenyum malu-malu, dan Iqbal? Pria itu tentu saja hanya diam dan memutar bola matanya malas.

***

Selama perjalanan hanya ada keheningan dan itu membuat Aqila sangat bosan, “Abang nyalakan audionya dong” pinta Aqila pada Iqbal.

“Nyalain sendiri” sautnya ketus dan hanya fokus menyetir.

Aqila cemberut lalu dia menatap Ilham yang hanya main ponselnya saja, “Ka Ilham tolong nyalain dong, Qila lagi PW nih” ucap Aqila yang tersenyum ke arah Ilham.

“Hah apa Qi gak denger nih?” ucapnya pura-pura tak mendengarnya.

Dan itu membuat Aqila semakin kesal, “Ka Ilham budeg ya, kan Qila minta tolong nyalain musik” ucapnya kesal dan bersedekap dada.

“Hah apa?” tanyanya di sengaja.

“Amiinn Ya Allah, huhh... Ka Ilham yang baik, ganteng, dan tidak sombong, Qila mau minta tolong dong buat nyalain audionya” ucap Aqila berusaha sabar agar tidak menampol Ilham yang sangat menyebalkan.

Sedangkan Ilham yang mendengar dirinya di puji tersenyum senang, “Ohhh, bilang dong dari tadi kalau minta tolong, kan biar gue nyalain audionya” ucapnya dan menyalakan Audio, sedangkan Aqila memutar bola matanya malas.

“Bilang apa Qi?” tanya Ilham melihat Aqila yang duduk di belakang.

“Makasih ka Ilham” jawabnya tersenyum paksa, dan Ilham yang melihatnya tersenyum senang, dia paling suka jika mengerjai gadis itu apalagi sampai menangis.

Sedangkan Iqbal hanya diam saja dan fokus untuk menyetir tanpa memperdulikan dua human yang sedari tadi ribut.

“ANA UHIBUKAFILLAH, KU MENCINTAIMU KARENA ALLAH” Aqila ikut menyanyi ketika bagian reffnya tak lupa dengan melirik ke arah Iqbal yang terus fokus kedepan.

“JIKA DIA YANG TERBAIK UNTUKKU, DEKATKANLAH HATI KAMI YA ALLAHH.....” Aqila terus menyanyi dengan suar khasnya yaitu CEMPRENG.

“ANA UHI- lah kenapa di matiin?” tanya Aqila ketika lagunya tiba-tiba di matikan oleh Iqbal.

“Berisik” jawabnya ketus.

“HAHAHAHA, mangkanya kalau suaranya ke radio butut mending kagak usah nyanyi dah” Ilham ketawa terbahak-bahak mengejek Aqila, sedangkan Aqila langsung menekuk wajah nya.

“Kalian jahat, Qila gak suka” ucapnya

bersedekap dada dan memalingkan wajahnya keluar jendela.

“Bodo amat” saut Ilham kembali mengejek.

“Pak amat aja gak bodo, emang ka Ilham bodo, bodo Ilham wlee” ucap Aqila menjulurkan lidahnya pada Ilham yang melotot ke arahnya.

“Apa hah?” tanya Aqila ketika Ilham terus saja menatap ke arahnya.

“Apa?”

“Apa, ka Ilham yang apa?”

“Elo...”

“Ka Ilham...”

“Aqila jelek”

“Ka Ilham jelek, bau asem, suka ngeces”

Mereka terus saja adu mulut tanpa ada yang mau mengalah, sedangkan Iqbal telinganya sudah kebal mendengar perdebatan mereka, dia sudah di latih sejak kecil.

“Ka Ilham... Hiks... Huwaaa abang ka Ilhamnya nakal” pecah sudah tangis Aqila, dan Iqbal menghela nafas pelan.

“Dasar cengeng” ejek Ilham yang membuat tangis Aqila semakin keras.

“Huwaaaa abanggg ka Ilham nakal, bilang Qila cengeng. Qila gak cengeng, Qila cuman nangis aja” ucapnya dengan polosnya.

“Sama aja t0l-” ucapannya terhenti ketika Iqbal menatapnya tajam.

“Maksud gua tolong” lanjutnya tersenyum canggung, Iqbal lalu kembali fokus untuk menyetir.

“Udah jangan nangis lagi, bentar lagi sampe, kalau masih nangis kita puter balik” ancam Iqbal yang membuat tangis Aqila berhenti.

“Nah gitu dong” lanjutnya ketika tak mendengar isakan gadis di belakangnya.

“Tapi beli es krim” saut Aqila cepat, sedangkan Ilham lagi-lagi ketawa ketika melihat wajah suram Iqbal.

“Hmm” jawabnya malas.

“Turun” lanjutnya ketika mereka sudah sampai di parkiran depan toko buku.

Mereka akhirnya turun, dan mulai memasuki toko buku tersebut, dengan Aqila yang paling depan dan di ikuti kedua lelaki di belakangnya.

“Abang, ayo bantu Qila cari, Qila mau cari buku ini, kata teman Qila buku ini berguna biar kita tambah pintar” ucap Aqila menunjukan foto buku di ponselnya.

Iqbal dan Ilham melihatnya lalu mengangguk, “Qi emang lo udah pintar ya, beli buku itu biar tambah pintar?” tanya Ilham yang lagi-lagi mengejeknya.

“Ehh enak aja, ya Qila pintar lah, buktinya Qila dapat peringkat satu terus di kelas, emang ka Ilham ke satu dari belakang” jawabnya kesal.

“Enak aja Lo, gue i-” lagi-lagi terpotong oleh Iqbal.

“Mau debat atau mau cari buku?” tanya Iqbal dingin, yang membuat kedua human itu langsung jalan mendahuluinya.

Sedangkan Iqbal yang melihatnya menggelengkan kepalanya lalu menyusul mereka, dan mereka mulai mencari buku yang mereka butuhkan, Ilham juga sama mencari buku karena dia mau skripsi sedangkan Iqbal membantu mereka berdua, karena Iqbal sudah lulus kuliah lebih cepat di bandingkan Ilham.

**To Be Continue....

***

Jangan lupa di like ya dan kasih dukungan agar author tambah semangat nulisnya.

Terimakasih sudah mampir dan selamat membaca di bab selanjuynya, bye-bye**....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!