Melati terlihat gelisah. Sudah dua hari Regina tidak masuk kampus tanpa ijin. Dirinya juga tidak bisa menghubungi sahabatnya itu. Pesannya juga tidak dibaca bahkan hingga saat ini puluhan pesannya hanya centang satu.
Di bawah pohon rindang di halaman kampus nya itu. Melati duduk di kursi besi. Tempat favoritenya bersama Regina. Jarang jarang dirinya duduk sendirian seperti saat ini karena biasanya dia selalu bersama sama dengan Melati. Di kampus, dirinya dan Regina seperti amplop dan perangko. Selalu lengket meskipun hanya sekedar ke kamar mandi. Mereka berpisah jika hendak mau pulang saja. Regina akan pulang terkadang bersama kekasihnya yang juga kuliah di kampus yang sama sedangkan Melati juga terkadang akan pulang dijemput oleh Kevin.
Melati sangat mengkhawatirkan sahabatnya itu. Dalam hal apapun, Regina akan mengabari dirinya termasuk jika tidak bisa masuk kuliah seperti hari ini. Tapi tidak dengan dua hari ini. Jangankan mengabari, Regina seakan menutup diri dari dirinya.
Tidak ada cara lain untuk mengetahui kabar sahabatnya selain bertanya kepada Reza kekasih sahabatnya. Tapi sepertinya, Reza baru masuk ke dalam ruangannya. Itu artinya dirinya harus menunggu Reza satu setengah jam lagi. Dan sepertinya itu tidak mungkin karena sebentar lagi. Kevin sudah ada di jalan untuk menjemput dirinya.
Dan benar saja, baru saja Melati memikirkan kekasihnya itu. Mobilnya sudah terlihat memasuki area parkir kampus itu. Melati pura pura tidak melihat supaya Kevin turun dari mobil. Melati berencana untuk mengutarakan niatnya untuk menunggu kekasih sahabatnya itu.
Apa yang dipikirkan oleh Melati akhirnya terjadi juga. Kevin turun dari Mobil. Hal yang tidak biasa dilakukan oleh laki laki itu jika menjemput Melati.
"Mel."
"Mas Kevin Sudah datang?. Tumben turun," kata Melati sambil tersenyum dan hatinya sangat senang. Dia sengaja bergeser duduk seakan mempersilahkan kekasihnya itu untuk duduk.
"Apa kamu keberatan?"
"Tidak, tidak mas. Aku senang. Apalagi jika kamu bersedia menemani aku duduk disini menunggu seseorang."
"Menunggu sahabat mu itu?" tanya Kevin. Sebenarnya, dia juga turun karena tidak melihat Melati bersama sahabatnya. Kalau kemarin dirinya bersikap cuek karena tidak melihat Melati bersama Regina. Entah mengapa, hari ini dirinya merasa penasaran karena tidak melihat Regina.
Melati menggelengkan kepalanya sedih. Hal itu membuat Kevin mengerutkan keningnya. Dia ingin bertanya dimana Regina tapi sengaja menahan diri.
"Bukan Regina mas. Tapi kekasihnya. Regina tidak masuk dua hari ini dan tidak membalas pesanku."
Mendengar perkataan Melati, Kevin sudah bisa menduga jika Regina tidak dalam keadaan baik setelah malam ini. Kevin semakin yakin, wanita yang dia buka segelnya malam itu adalah Regina. Menyadari hal itu, Kevin mengusap wajahnya dengan kasar. Hatinya seketika dilanda kecemasan dan kekhawatiran. Dia khawatir di hari mendatang. Regina menuntut pertanggungjawaban kepada dirinya.
Kevin menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin hal itu terjadi yang akan mengakibatkan hubungannya dengan Melati hancur. Dia sangat mencintai Melati. Bagaimana pun hanya wanita itu yang harus menjadi tanggung jawabnya bukan wanita lain meskipun itu Regina sahabat Melati yang sudah dia nodai.
"Kenapa mas. Kok mendadak pucat seperti itu. Kamu sakit?" tanya Melati. Ternyata dia bisa melihat perubahan dalam diri kekasihnya itu.
"Tidak sayang. Hanya saja aku kepikiran pekerjaan. Demi kamu aku meninggalkan pekerjaan ku tadi," jawab Kevin beralasan. Tentu saja Kevin berbohong. Perubahan wajahnya hanya karena memikirkan hal yang membuat dirinya takut bukan karena pekerjaan.
"Ya ampun mas. Kamu meninggalkan pekerjaan demi menjemput aku. Jangan seperti itu mas. Tidak seharusnya seperti itu. Jika kamu dipecat karena tidak disiplin waktu bagaimana masa depan kita nanti mas. Bukankah kita akan menikah setelah aku lulus nanti mas?"
Sebenarnya Melati merasa bahagia karena pengorbanan Kevin. Tapi dia lebih memikirkan kelangsungan hidupnya nanti setelah menikah dengan laki laki itu. Posisi Kevin saat ini dalam posisi yang aman dan nyaman. Melati berharap jika sudah menikah nanti. Posisi Kevin bukan lagi hanya seorang manager.
Kevin hanya tersenyum sambil mengulurkan tangannya mengelus punggung tangan Melati.
"Jadi aku harus bagaimana sekarang?" tanya Kevin.
"Kembali ke kantor mas. Aku bisa pulang sendiri setelah bertanya kabar kepada Reza."
"Daripada menunggu. Bukankah lebih baik aku mengantarkan kamu menemui dia?.
"Kamu bersedia mengantarkan aku mas. Kenapa tidak kepikiran dari tadi ya."
Kevin menganggukkan kepalanya. Di tengah rasa khawatir, Kevin juga merasa penasaran dengan keadaan Regina saat ini.
"Ayo mas," ajak Melati bersemangat. Bahkan wanita itu yang berjalan mendahului langkah Kevin. Di belakang Melati, Kevin menyesali perkataannya sendiri yang menawarkan mengantarkan Melati ke rumah Regina.
Bagaimana pun Regina pasti mengetahui dengan pasti perbuatannya itu. Dan ketakutan kini melanda hati Kevin. Dia takut jika dirinya bertemu dengan Regina saat ini. Wanita itu bisa saja membocorkan perbuatannya malam itu.
Kevin tidak siap akan hal itu. Dia berhenti melangkah dan hanya menatap Melati yang sudah semakin dekat dengan mobilnya.
"Mas, cepat," panggil Melati. Kevin tersadar dan akhirnya melangkah mendekati Mobil.
Kini mereka sudah di dalam mobil. Perjalanan itu terasa cepat bagi Kevin dan terasa lama bagi Melati.
"Mas, jalannya kok lambat?" tanya Melati. Hans sengaja mengurangi kecepatan mobilnya supaya semakin lama sampai di rumah Regina.
"Sengaja supaya lebih lama bersama kamu. Nanti aku tidak ikut masuk ke dalam rumah sahabat mu itu ya."
"Kenapa mas."
"Aku tidak nyaman saja. Aku hanya nyaman jika bersama mu saja."
Melati tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Baginya tidak masalah Kevin tidak ikut masuk ke dalam rumah Regina karena dirinya juga tidak bisa berlama lama di rumah sahabatnya itu. Mama Lena butuh dirinya saat ini karena pembantunya masih belum kembali dari kampung.
Tiba di rumah Regina, Melati terkejut melihat kondisi sahabatnya yang terlihat sedih dan pucat.
"Ada apa dengan kamu Re?" tanya Melati khawatir. Saat ini mereka ada di kamar Regina. Kebetulan sekali hanya Melati yang ada di rumah Karena kedua orangtua Melati sedang bekerja dan kedua adiknya juga sedang di sekolah.
"Kamu putus dengan Reza?" tanya Melati. Biasanya orang yang baru putus cinta akan seperti ini kan. Terlihat putus asa dan tidak semangat menjalani kehidupan.
Regina menggelengkan kepalanya. Dia menatap wajah sahabatnya. Dia ingin mengatakan yang sebenarnya tapi takut sahabatnya itu terluka.
"Lalu karena apa kamu seperti ini?" tanya Melati lagi dengan nada yang sangat lembut. Di tengah rasa sedihnya. Regina mencari alasan yang masuk akal tapi otaknya serasa buntu karena tidak mendapatkan alasan apapun. Kesedihan kehilangan kesuciannya membuat otaknya tidak bisa berpikir.
"Mel, pulanglah. Kasihan tante Lena tidak ada teman di rumah. Besok aku akan kembali kuliah."
"Benar Re?. Regina menganggukkan kepalanya dan Melati tersenyum.
"Tahu gak kamu Re. Aku sangat khawatir karena kamu. Jika ada yang menyakiti kamu. Beritahu aku Re. Kita hajar sama sama orang itu," kata Melati sambil mengepalkan tangannya. Regina hanya tersenyum miris. Dia tidak yakin jika Melati bersedia menghajar Kevin jika mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Anonymous
jahat bgt astaga
2023-06-25
0
Yusria Mumba
kasiang Regina
2023-05-31
1
Hasrie Bakrie
Kenapa tdk Jujur aj ma Melati, Re.
2023-05-26
1