Dengan berderai air mata. Regina menunggu pagi hari tiba. Sepanjang malam itu, Regina menangis di ruang tamu. Dia jijik kepada dirinya sendiri yang tidak suci lagi. Dia membenci laki laki itu. Jika tidak memikirkan hukum. Ingin rasanya Regina membunuh laki laki yang tertidur pulas itu.
Regina terus menangis. Harapannya ingin mempersembahkan kesuciannya kepada Reza kekasihnya pupus sudah. Mengingat Reza. Tangis Regina semakin pecah. Di ruang tamu rumah Melati. Regina menekuk kakinya sambil menangis. Entah bagaimana dirinya bisa menjelaskan kepada Reza nantinya.
Bukan hanya kepada Reza. Regina sangat merasa bersalah kepada kedua orangtuanya dan juga adik adiknya. Malam ini, dirinya tidak bisa menjaga diri dan gagal memberikan contoh yang baik bagi kedua adiknya. Membayangkan kekecewaan di wajah ke dua orangtuanya. Regina menjerit, tapi sayangnya siapa pun tidak mendengar jeritan itu karena Kevin dan Melati kini terlelap karena pengaruh alkohol. Walaupun mama Lena mendengar jeritan itu. Wanita itu pasti tidak bisa berbuat apa apa.
Pagi pagi sekali, Regina meninggalkan rumah Melati. Dia tidak sanggup untuk berlama lama di rumah itu apalagi jika harus melihat wajah laki laki yang merampas paksa kesuciannya. Regina juga tidak ingin melihat Melati. Dia khawatir keadaannya saat ini menjadi tanda tanya bagi Melati. Jika jujur, Regina sangat yakin Melati akan kecewa atau bahkan memusuhi dirinya. Tidak, Regina tidak akan membiarkan persahabatannya dengan Melati hancur karena perbuatan laki laki itu.
"Mbak, kamu kenapa?" tanya Rani. Wajah dan kedua mata Regina yang sembab tidak bisa menutupi hal buruk itu dari Rani.
"Tidak apa apa dek. Aku mau tidur dulu ya!.
"Tunggu mbak. Apa yang terjadi. Mbak baru menangis kan?" tebak Rani. Regina memalingkan wajahnya. Dia tidak bisa menghindar dari Rina Dia menyesali dirinya yang langsung pulang ke rumah. Harusnya dia menunda untuk pulang supaya kesedihannya tidak diketahui oleh keluarga.
"Mbak menangis karena melihat kondisi tante Lena yang sangat memprihatinkan dek. Aku cepat cepat pulang karena tidak tahan melihat kondisinya," jawab Regina beralasan. Kata kata itu begitu saja meluncur dari mulutnya. Sungguh dia ingin secepatnya masuk ke dalam kamar dan menyembunyikan tangisannya di sana.
"Apa sampai sesedih itu mbak?.
Regina menganggukkan kepalanya kemudian masuk ke kamarnya. Regina menahan rasa sakit di area terlarang miliknya dan berusaha berjalan normal supaya Rani tidak curiga jika dirinya sudah melepaskan segel tadi malam karena dipaksa. Untung saja, dirinya dan Rani mempunyai kamar masing masing sehingga Regina bisa leluasa meluapkan kesedihannya di kamar itu.
Di kamar itu, Regina menangis sambil menggigit bantal. Dia membenturkan kepalanya berkali kali ke dinding. Sepertinya, mati adalah jalan terbaik bagi dirinya daripada menanggung aib itu.
Di rumah Melati. Beberapa menit setelah Regina pergi dari rumah itu. Kevin terbangun. Dia terkejut melihat dirinya terbangun dengan tubuh yang polos dan berada di bukan kamarnya.
Kevin memijit kepalanya yang masih terasa pusing. Dan mencoba mengingat apa yang dia lakukan tadi malam. Kevin memukul kepalanya ketika bayang bayang kegiatan tadi malam itu terlintas di kepalanya. Meskipun mabuk ternyata samar samar dirinya mengingat jika dirinya melakukan hal yang tidak sepantasnya tadi malam.
Tapi bukan bersama Regina yang ada di kepalanya. Dia berpikir jika dirinya melakukan itu bersama dengan Melati.
Kevin mengedarkan kepalanya mencari keberadaan Melati. Kevin tersenyum melihat Melati yang berbaring di ranjang. Dia berpikir tidak masalah mereka melakukan hal itu tadi malam karena Kevin akan senang hati bertanggung jawab jika Melati mengandung anaknya. Dirinya sudah cukup umur dan mapan untuk menikah. Tidak masalah dengan usia Melati yang masih dua puluh dua tahun. Justru Kevin sangat menginginkan seorang istri yang jauh lebih muda daripada dirinya. Selain itu, Kevin juga sangat mencintai Melati.
Setelah memakai pakaiannya. Kevin menghampiri Melati di ranjang. Kevin memeluk wanita itu. Kevin ingin berlama lama di kamar itu bahkan ingin mengulang kisah tadi malam tapi Kevin tidak bisa. Hari ini dia harus bekerja.
Kevin memeluk Melati kemudian mencium kening wanita itu. Dia semakin yakin jika mereka tidak terpisahkan lagi. Melati tidak akan lama lagi menjadi miliknya karena Kevin sudah lama menginginkan Melati menjadi istrinya. Kevin yakin. Melati tidak bisa menolak menikah dengan alasan apapun termasuk alasan kesehatan mama Lena.
"Mel, sayang. Bangun," kata Kevin. Tangannya mengusap wajah Melati supaya wanita itu cepat terbangun.
Melati menggeliat. Dia membuka mata dan melihat wajah kekasihnya di hadapannya.
"Kamu kok, disini Kev?" tanya wanita itu sambil berusaha duduk. Tangannya memijit kepalanya yang terasa berat karena sebenarnya Melati masih mengantuk.
"Kita mabuk tadi malam Mel. Aku rasa pegawai club yang mengantarkan kita berdua ke rumah ini."
"Ya ampun. Tapi kamu tidak tidur di kamar ini kan Kev?" tanya Melati khawatir.
"Tidur di kamar ini sayang. Kenapa?. Kamu tidak senang?"
"Bukan masalah senang atau tidak senang Kev. Sahabat ku Regina ada di rumah ini. Aku pasti malu jika Regina mengetahui kita mabuk dan tidur satu kamar."
"Abaikan orang lain sayang. Fokus lah untuk kelangsungan hubungan kita. Oya, terima kasih atas tadi malam ya. Aku semakin mencintai kamu sayang. Aku siap menikahi kamu secepatnya jika kamu menginginkan," kata Kevin sambil tersenyum manis. Tangannya mengusap perut Melati dengan lembut. Dia berharap apa yang dia lakukan tadi malam membuat wanita hamil. Dengan demikian, hal itu akan mempercepat pernikahan mereka.
"Sama sama Kev. Kamu tahu. Aku sangat senang dan kapanpun kamu mengajak aku ke sana. Aku akan senang," jawab Melati. Melati berpikir jika kata terima kasih yang diucapkan Kevin karena mereka ke club tadi malam.
"Maksud ku bukan itu Mel. Tapi kegiatan kita tadi malam. Kamu lupa Mel?"
"Tidak. Mana mungkin aku lupa. Kita tadi malam minum bersama dan menari. Mana mungkin aku melupakannya. Yang ada aku ingin mengulangnya. Tunggu Kev!. Jangan pulang dulu. Aku ke kamar Mandi sebentar," kata Melati. Wanita itu turun dari ranjang. Panggilan alam itu mendesak membuat wanita itu berlari ke kamar Mandi.
Kevin memperhatikan pergerakan kekasihnya itu. Dirinya siap menggendong Melati ke kamar mandi. Tapi dirinya tidak melihat Melati merasakan sakit sedikit pun. Otaknya berusaha mencerna kondisi Melati dan mengingat kejadian tadi malam. Samar samar, dia juga mengingat tangisan. Hal yang wajar katanya ketika seorang wanita melepaskan segelnya.
"Mel, apa kamu tidak mengingat apa yang kita lakukan tadi malam di kamar ini?" tanya Kevin untuk memastikan. Dia sangat yakin jika kenikmatan yang dia rasakan tadi malam bukan mimpi melainkan kenyataan.
"Kita melakukan sesuatu?. Sepertinya tidak Kev. Aku tidak merasakan apa apa. Lagipula kalau kita melakukan hal diluar batas. Pasti kita terbangun dengan tubuh polos kan. Kita masih suci Kev. Tenang saja. Pergaulan boleh nakal tapi kita tetap menjaga kesucian. Aku berharap kamu masih perjaka ketika menikahi aku nanti Kev."
Kevin menatap wajah kekasihnya. Dia sangat yakin dirinya melakukan hal itu tadi malam. Jika bukan dengan Melati. Lalu siapa wanita itu?.
Kevin merasakan jantungnya berdetak sangat kencang ketika mengingat adanya sahabat Melati di rumah ini.
"Ya ampun. Jangan sampai aku melakukan dengan wanita itu," kata Kevin dalam hati. Merasa yakin jika bukan Melati wanita yang dia tiduri tadi malam. Kevin berharap kegiatan nikmat tadi malam hanya mimpi belaka. Sungguh, dia sangat mencintai Melati. Dan tidak ingin kehilangan wanita itu karena apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Atun Nasa
kasihan regina 😥
2023-07-07
1