Regina terkejut ketika membuka pintu rumah. Wanita itu terpaksa terbangun dari tidurnya karena ketukan di pintu rumah sangat keras. Dia berpikir jika yang Ada di balik pintu adalah Melati ternyata yang ada orang lain. Regina berkali kali mengucek matanya untuk memastikan penglihatan nya.
"Maaf, apa benar ini rumah Melati?" tanya seorang pria muda yang ada di hadapan Regina. Regina menganggukkan kepalanya. Dan melihat pergelangan tangannya dimana jarum jam sudah menunjukkan angka satu dini hari.
"Mbak, silahkan ikut Saya ke mobil. Melati mabuk parah bersama dengan temannya. Kita harus membawa mereka masuk ke rumah."
Diantara sadar dan tidak sadar, Regina memperhatikan Mobil yang terparkir di depan rumah itu. Benar itu Mobil Kevin. Regina mengikuti langkah pria muda. Keraguannya akan perkataan pria muda itu terbantahkan dengan melihat Melati dan Kevin yang terkapar di bangku belakang.
Regina berdecak kesal bercampur kecewa melihat kondisi sahabatnya itu. Di saat dirinya harus melawan rasa jijik merawat mama Lena ternyata Melati bersenang senang di luar sana. Regina menarik Melati keluar dari mobil. Regina kembali hampir muntah karena mencium aroma alkohol itu dari deru nafas sahabatnya.
"Mas, Jangan dibawa ke rumah donk. Antarkan saja ke rumah nya," kata Regina kepada pria muda yang hendak mengeluarkan Kevin dari dalam mobil. Meskipun Kevin dalam keadaan mabuk. Regina berpikir bahwa tidak bagus Kevin tidur di rumah Melati. Apalagi tidak ada sosok Ayah di rumah itu.
"Maaf mbak. Saya juga butuh istirahat. Ini luar pekerjaan Saya. Saya mengantarkan mereka karena kasihan sebab mereka pengunjung terakhir di club. Lagipula Saya tidak mengetahui alamat laki laki ini karena dia tidak membawa kartu identitas," kata laki laki itu. Pria muda itu tidak berbohong. Ketika mendapatkan perintah dari atasannya untuk mengantarkan Kevin dan Melati pulang. Pria muda itu sudah mengecek kartu Kevin. Tidak ada kartu identitas di dompetnya.
Merasa kasihan dengan pria muda itu akhirnya Regina memperbolehkan Kevin dibawa ke dalam rumah. Terbersit di pikirannya untuk membiarkan Kevin tidur di Mobil saja, tapi rasa khawatir akan keselamatan Kevin membuat Regina harus mengijinkan laki laki mabuk itu tidur di rumah Melati.
Kevin ditidurkan di sofa sedangkan Melati dibawa hingga ke kamarnya setelah terlebih dahulu Regina menutup pintu rumah.
Baru saja, Regina membantu Melati berbaring di ranjang. Suara Kevin terdengar dari lantai bawah.
"Mel."
"Melati."
Regina mencoba untuk melihat ke bawah. Dia terkejut melihat Kevin yang berjalan sempoyongan di tangga. Sepertinya, kevin mabuk tidak separah Melati. Tidak ingin melihat laki laki itu terjatuh di tangga. Regina membantu laki laki itu hingga Naik ke lantai dua.
Baru saja kaki mereka menginjakkan kaki di lantai dua. Regina terkejut bercampur takut dengan perlakuan Kevin kepada dirinya. Kevin mengendus leher Regina dengan buas dan kemudian memeluk Regina dengan erat.
"Mel, aku sangat mencintai mu."
Regina berusaha sekuat tenaga melepaskan dirinya dari pelukan Kevin tapi tenaga wanita itu terlalu lemah dibandingkan tenaga Kevin. Mungkin karena pintu kamar Melati terbuka. Kevin membawa Regina ke kamar itu dengan paksa.
"Mel, jangan menolak," racau Kevin sambil menarik pakaian Regina dengan paksa tapi tidak berhasil. Regina sudah menyadari dirinya dalam bahaya. Wanita itu berteriak memanggil nama Melati.
"Mel, bangun mel. Tolong aku," jerit Regina sambil berusaha menjauhkan tubuh Kevin dari tubuhnya.
"Kevin, aku bukan Melati. Tolong jangan lakukan itu," jerit Regina lagi.
Otak Kevin tidak bisa bekerja dengan sadar. Gairahnya lebih besar daripada mengenali suara itu. Penciumannya menangkap jika wanita yang sedang dia peluk adalah kekasihnya Melati. Mendapatkan perlawanan dari Regina. Gairah laki laki itu semakin meledak dan tindakannya juga semakin ganas. Pengaruh alkohol itu membuat otaknya tidak bisa membedakan yang mana Melati dan yang mana Regina. Kevin membaringkan Regina di lantai kemudian menindihnya.
Melati menangis. Dia berusaha mendekatkan dirinya ke ranjang untuk menjangkau tubuh Melati tapi tubuh Kevin terlalu berat yang sedang menindih tubuhnya.
"Aku mohon, bebaskan aku Kevin." jerit Melati. Bukan kebebasan yang dia dapatkan melainkan pakaian atasnya sudah robek dan terlepas dari tubuhnya. Regina terus berusaha melepaskan dirinya. Dia meronta dan berteriak memanggil nama Melati.
Menyadari dirinya semakin bahaya, otaknya juga bekerja keras berpikir untuk melepaskan diri dari Kevin. Laki laki itu terlalu kuat untuk disingkirkan dari tubuhnya. Tangan kanan Kevin terlalu kuat memegang kedua tangan Regina sehingga wanita itu tidak leluasa bergerak mendorong tubuh Kevin dari tubuhnya.
Regina berteriak kesakitan ketika hal berharga yang menjadi kebanggaan semua wanita direnggut paksa oleh Kevin dari dirinya. Entah sudah berapa gigitan di bahu laki laki itu tapi laki laki itu tidak merasa kesakitan sama sekali. Usaha Regina berteriak minta tolong tidak berarti. Kevin sudah menancapkan alat tempurnya di area terlarang milik Regina.
"Mel, Aku mencintai mu."
Regina semakin menangis. Niatnya untuk membantu sahabatnya kini dirinya kehilangan hal berharga karena itu. Andaikan tangannya bisa lepas dari tangan Kevin. Regina ingin menampar mulut laki laki itu.
"Biadap."
Regina merasakan sulit bernafas karena mulut Kevin sudah menyumpal mulutnya. Laki laki itu sangat buas menggagahi tubuhnya.
Hampir satu jam, Regina tersiksa karena rasa sakit di inti tubuhnya karena permainan brutal laki laki itu. Bahkan ketika Kevin turun tubuhnya, Regina masih merasakan sakit yang luar biasa terutama di hatinya. Regina terus menangis dan memukul tubuh polos Kevin yang berbaring di sebelahnya. Lagi lagi pukulan itu tidak berpengaruh di tubuh laki laki itu yang ada Kevin bisa tertidur pulas setelah melakukan pemaksaan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Kasian nasib Regina
2023-05-26
2