Sesampainya di rumah, rumah sederhana yang tidak begitu besar, terlihat kumuh tetapi tetap bersih. Terbuat dari setengah beton dan setengah papan. Clarissa langsung masuk ke kamar dengan kondisi yang sangat kotor, melihat itu Ibu Clarissa langsung murka.
"Ada apa dengan mu? Kenapa pulang dengan kondisi seperti ini? Apa yang kau lakukan di luar sana? Teriak Ibu Clarissa.
" Iya bu tadi sewaktu di jalan Clarissa... " Belum sempat Clarissa menjelaskan sang ibu langsung menghempaskan ember yang dipegang nya, hingga air di dalam ember tersebut tumpah tak bersisa, sebelum nya sang ibu ingin mengepel lantai karena tidak sabar menunggu Clarissa pulang. Clarissa pun sontak kaget, ibu nya sangat galak, ini bukan hal yang pertama kali, bahkan sudah berkali-kali. Clarissa selalu salah di mata sang ibu. Apapun yang di lakukan Clarissa selalu salah dan selalu mendapat amukan dari sang Ibu.
"Kau lihat ini pukul berapa? Kenapa baru pulang? Tidak tahu kah kau Ibu mu sedang sakit? Tidak bisa membantu? Pergi saja dari rumah ini. Sang ibu terus marah-marah.
" Maaf Bu ada yang merusak sepedaku sehingga aku tidak bisa sampai rumah tepat waktu, aku harus berjalan kaki dari sekolah hingga kerumah bu. " Clarissa menjelaskan
"Kau terlalu banyak alasan, tidak bisa kah kau mengerti bahwa aku sedang sakit. Tidak bisa kah sedikit saja meringankan bebanku di rumah ini. Kau selalu membuat aku marah." Bentak sang ibu.
"Maaf ibu... " Mata Clarissa mulai berkaca-kaca. Clarissa sangat takut Ibu nya akan memukul nya. Karena selama ini setiap dia berbuat kesalahan selalu mendapat pukulan dari sang ibu terlebih di saat ayah nya tidak ada dirumah. Tapi Clarissa tidak pernah mengatakan apapun pada ayahnya. Karena sang Ibu mengancamnya.
"Sekarang bersihkan semua nya, dan selesaikan semua pekerjaan di rumah ini. Jangan makan dan istirahat jika pekerjaan mu belum selesai. " Sang ibu dan langsung meninggalkan Clarissa.
Clarissa sangat sedih, mendengar sang ibu terus marah-marah, padahal sama sekali belum mendengarkan penjelasan dari Clarissa. Clarissa tidak pernah habis fikir kenapa ibunya selalu marah dan tidak pernah lembut kepadanya. Sangat berbeda dengan ayah nya. Ayah selalu menjadi tempat bermanja seorang Clarissa, tidak pernah marah dan selalu sabar. Sosok yang sangat Clarissa cintai. Clarissa juga sangat menyayangi ibunya, dia yakin bahwa ibunya sering marah karena terlalu lelah bekerja. Clarissa mencoba untuk tidak menangis. Dia langsung mengganti pakaian dan segera menyelesaikan semua pekerjaan rumah walau sebenarnya dia sangat lelah dan lapar.
Setelah selesai Clarissa terkulai lemas di dalam kamarnya. Clarissa demam tinggi. Teddy sang ayah tiba dirumah dan langsung mencari buah hatinya yang tidak biasanya tidak menyambut kedatangannya.
"Dimana Clarissa? " Tanya Teddy kepada Clara yang tak lain adalah sang istri.
"Kau mencarinya seolah hanya dia yang paling berharga dihidup mu. " Ketus Clara.
Alis Teddy berkerut mendengar perkataan istrinya.
"Ada apa dengan mu? Kau menghukumnya lagi?" Tanya Teddy dengan tegas.
"Bagaimana bisa aku menghukum putri kesayangan mu, jangan asal menuduh ku, mungkin dia sedang bersantai di kamarnya. " Jawab Clara santai.
Teddy langsung pergi meninggalkan Clara dan segera mencari Clarissa ke kamarnya.
"Cla,,, " Teddy mengetuk pintu kamar Clarissa yang terbuat dari papan yang sudah mulai kropos. Tidak ada jawaban Teddy pun langsung membuka pintu yang tidak di kunci. Tidak ada cahaya karena Clarissa tidak menghidupkan lampu kamarnya.
"Sayang,,, kenapa tidur begitu cepat? Dan kenapa lampu nya tidak di hidupkan? Tanya Teddy sambil menghidupkan lampu kamar Clarissa. Teddy melihat Clarissa tertidur pulas dengan nyaman. Teddy mendekatinya dan duduk di samping ranjang. Tersenyum sambil membelai rambut putri kesayangannya. Dan betapa terkejutnya dia mendapati Clarissa yang demam tinggi setelah menyentuh keningnya.
"Kenapa panas sekali? Clarissa bangun nak.,, " Teddy panik setengah mati.
"Clara,,,Clara,," Teddy berteriak memanggil istrinya.
"Kenapa harus berteriak?" Clara datang dengan wajah kesal.
"Ambil air untuk mengompres Cla, dia demam tinggi. Cepat,,, " Perintah Teddy yang masih terlihat panik.
Clara semakin kesal karena lagi-lagi Clarissa mencari perhatian suaminya. Dia beranjak mengambil air dan membuat ramuan obat dari rempah-rempah yang biasa mereka racik ketika ada yang demam tinggi.
"Nak bangun, bangun sayang, ini ayah" Teddy terus mengelus tangan Clarissa yang dingin.
"Ayah,,, " Igau Clarissa dengan lembut.
"Iya sayang ini ayah, bangunlah nak. "
Clarissa membuka mata nya. Terlihat sangat pucat.
"Kenapa bisa sakit seperti ini sayang? "
Clarissa tersenyum.
"Tidak apa-apa ayah. " Jawab Clarissa dengan suara yang sangat lemah.
Tidak lama kemudian Clara pun datang membawa air kompres, ramuan untuk menurunkan panas dan juga semangkuk bubur hangat.
Teddy pun mengompres kening Clarissa, menyuapi obat ramuan agar panas nya segera turun. Tidak lama kemudian keringat Clarissa pun keluar tanda jika panas nya sudah mulai turun. Teddy pun dengan telaten menyuapi Clarissa makan bubur buatan ibunya. Melihat itu membuat Clara semakin kesal. Suami nya selalu mengabaikannya dan selalu menomor satukan Clarissa. Padahal dia pun sedang sakit tetapi suami nya tidak menunjukkan perhatian yang sama seperti saat Clarissa sakit. Dia pun segera bergegas meninggalkan mereka.
"Aku ingin bicara dengan mu." Ucap Teddy sinis.
Clara menghentikan langkahnya.
"Baiklah." Clara menjawab dengan getir dan kembali melanjutkan langkahnya.
"Istirahatlah, ayah akan kembali, ada sedikit yang perlu ayah bicarakan dengan ibumu. " Mengelus lembut kepala Clarissa.
"Ayah aku mohon jangan marah pada ibu, ini bukan kesalahan ibu, aku sakit kerena aku kelelahan berjalan kaki sepulang sekolah karena sepedaku rusak. Tolong ayah jangan buat ibu semakin marah padaku." Mohon Clarissa dengan suara yang masih lemah.
"Tidak, ayah hanya akan bicara santai. Kau tenang saja ya. Istirahat agar cepat pulih"
Jawab Teddy meyakinkan dan Clarissa pun mengangguk yakin. Teddy pun meninggalkan Clarissa dan segera menghampiri istrinya yang sedang beristirahat dikamar. Teddy berdiri di samping ranjang dengan wajah kesalnya. Clara yang sedang memejamkan mata pun langsung terbangun menyadari kedatangan suaminya.
"Apa yang kau lakukan pada Clarissa. " Tanya Teddy ketus.
"Aku tidak melakukan apapun, hanya menyuruhnya menyelesaikan pekerjaan rumah seperti biasa. Aku juga sedikit menegurnya karena telat pulang dari sekolah, entah apa yang di lakukan putrimu di luar sana, hingga pulang dalam keadaan kotor." Jawabnya tak suka.
"Kau memarahinya tanpa mendengar penjelasannya? " Nada suara Teddy mulai meninggi.
"Sudahlah, aku lelah, aku juga sedang tidak sehat, jangan ajak aku berdebat, aku tidak punya tenaga untuk itu. "
"Tapi kau punya tenaga untuk memarahi Clarissa dan menghukumnya hingga dia sakit seperti itu" Bentakan Teddy membuat Clara terkejut.
"Kau membentak ku hanya karena ini?" Clara mulai berkaca-kaca.
"Aku tau apa yang kau perbuat pada Clarissa disaat aku tidak ada. Kau menyuruhnya layaknya seorang pembantu dirumah ini, menghukumnya jika dia berbuat yang menurutmu semua salah, jangan mengelak lagi Clara."
Clara terkejut setengah mati karena memang benar yang di katakan suaminya. Dia selalu menyiksa Clarissa disaat suami nya tidak dirumah.
"Dia mengadu padamu? Dasar anak tidak tau diri." Clara tersenyum kecut.
"Claraaa... " Teddy membentak istrinya dengan kuat hingga sampai ke telinga Clarissa yang sedang memejamkan matanya. Clarissa pun terbangun, mengetahui jika ayahnya sedang bertengkar dengan ibunya. Dia pun pelan-pelan bangkit dari ranjang walau kepalanya masih sempoyongan. Dia bergegas kedapur untuk mengambil semangkuk bubur untuk ibu nya karena dia tau ibu nya juga sedang tidak sehat. Dia juga ingin merawat ibu nya seperti ibu nya merawatnya ketika sakit. Ketika sampai di depan pintu kamar langkahnya terhenti mendengar suara tangisan sang ibu.
"Apa? Terus saja menyalahkan ku, karena aku memang tidak pernah baik dan benar di matamu, kau selalu menganggapnya benar dan aku selalu salah. " Clara menangis.
"Selama ini aku menahan segalanya, aku berusaha untuk bisa menjadi ibu dan istri yang baik. Tapi apa? Sedikitpun kau tidak pernah melihatku. Setiap pulang bekerja yang kau cari hanya dia, tanpa bertanya keadaanku lebih dulu, Clarissa, Clarissa dan hanya Clarissa. Aku hanya pajangan dirumah ini. " Clara semakin menangis histeris.
"Apa yang kau katakan, mengapa kau berfikir sepicik itu? Aku tidak pernah membeda-bedakan kasih sayangku terhadap mu ataupun Cla. Kau istri ku dan Clarissa anak kita. Kalian harta yang paling berharga untukku. "
"Tapi kau tidak pernah menunjukkannya padaku. Kau hanya menyayangi putrimu dibanding aku. "
"Clarissa putri kita jangan katakan itu." Jawab Teddy dengan lembut, dia tau istrinya sedang cemburu.
"Clarissa bukan putriku dan juga bukan putrimu." Jawab Clara tegas.
Dari depan pintu kamar Clarissa mendengar segalanya. Clarissa sangat terkejut dan hatinya terasa teriris, dia memegang dada nya yang sesak karena tidak menyangka dengan kebenaran ini, dia pun menangis terduduk tanpa suara.
Tanpa sadar tangan Teddy melayang ke wajah mulus istrinya. Teddy pun menampar Clara. Clara kaget bukan main, selama menikah dengan Teddy sedikitpun dia tidak pernah melakukan kekerasan padanya. Tapi saat ini. Dia ditampar oleh suaminya hanya karena membela putrinya.
"Kau menamparku? Ini pembuktian kalau kau memang bukan Teddy ku yang dulu. Kau berubah. " Clara semakin histeris sambil memegang pipinya.
Teddy masih syok dan menatap tangannya yang sudah berani memukul istrinya, hati nya di penuhi rasa bersalah.
"Maafkan aku sayang. " Segera Teddy mendekati Clara ingin memeluknya.
Clara menyingkirkan tangan Teddy dengan kasar.
"Menjauhlah, aku memang bukan apa-apa di mata mu, kau hanya menganggap Clarissa berharga. Padahal kau tau sendiri dia bukan putri kita. " Tangis Clara semakin pecah.
"Jangan katakan begitu, Clarissa putri kita, dia buah hati kita yang kita rawat dan sayangi sedari kecil. Dia pelengkap hidup kita sayang. Jangan katakan seperti itu hatiku sangat sakit mendengarnya. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
my name
clarisa anak siapa 🤔
2023-08-04
0