Clarissa terus berjalan ke arah belakang sekolah dekat toilet yang jarang di gunakan oleh murid di ikuti Lucy yang terus mengejarnya.
"Hei... Mengapa jalan mu cepat sekali sweety."
Sesampainya di belakang sekolah Clarissa kembali duduk dengan tatapan kosong.
"Kau biasa mengunjungi tempat ini Cla?" Lucy melihat sekeliling tempat yang biasa di datangi Clarissa untuk menenangkan diri.
"Hmm." Jawab Clarissa singkat.
"Tempat ini menyeramkan dan kau merasa nyaman berada disini? Ayo kita pindah tempat saja." Lucy merasa tempat ini sangat horor.
"Pergilah jika ingin pergi, aku akan tetap disini hingga bel berbunyi. " Jawab Clarissa lembut.
Mau tidak mau Lucy ikut duduk walaupun bulu roma nya sedikit berdiri.
"Are you oke baby? " Tanya Lucy dengan sayang.
Clarissa tersenyum singkat, sangat manis dengan mata yang kembali berkaca-kaca.
"Apa aku tidak layak berada di tengah-tengah mereka semua Cy? Apa status ku tidak layak berada di tengah kalian? Clarissa bertanya miris.
" Kenapa mengatakan seperti itu? Kau sangat manis, sangat baik. Semua orang menyayangi mu, kecuali mereka yang iri padamu seperti makhluk-makhluk tadi. " Kesal Lucy.
"Apa yang mereka lihat dari ku, tidak ada yang lebih untuk bisa iri. Aku tidak memiliki apapun untuk dibanggakan. Apa karena aku hanya anak seorang petani miskin? " Clarissa menundukkan kepala nya.
"Hei,,, apa yang kau katakan, kau begitu spesial sweety." Lucy memeluk Clarissa.
"Kau pintar, cantik seperti dewi, baik hati dan pasti nya tidak sombong. Hanya saja mereka tidak bisa melihat itu" Sambil bersandar di bahu Clarissa.
"Kau mencoba menghiburku nona?" Clarissa bertanya dengan tersenyum sumringah.
"Tidak Sweety. Itu kebenarannya" Jawab Lucy meyakinkan.
"Peluk aku." Clarissa merentangkan kedua tangannya. Dan Lucy dengan cepat menyambutnya.
"Sweety pie ku. Jangan bersedih lagi ya, aku tidak kuat melihat wajah sedih mu. Tersenyum lah dan semua orang akan tau kau begitu manis." Mengelus punggung Clarissa
"Tidak perlu seperti itu di hadapan orang lain. Itu bukan diriku. " Jawab Clarissa kecut dan seketika wajah nya berubah dengan senyuman manis.
"Tapi aku heran, mengapa sekarang Leon begitu banyak berubah ya. Bukankah dulu dia begitu menggilaimu Cla." Lucy berfikir secara serius sambil mengingat bagaimana dulu saat SMP dia selalu mengejar Clarissa kesana kemari walau selalu mendapat penolakan dari gadis itu.
"Apa karena kau menolaknya? " Tanya lucy menuntut.
"Mungkin karena dia tau aku anak petani miskin, dia menjauh dan tidak sudi berteman dengan ku. Aku lebih pantas di bully daripada di kejar. " Clarissa kembali tertawa
"Kalau begitu dia picik sekali. Perasaannya tidak pernah tulus. Dia memang layak di tolak. " Mereka pun tertawa bersama.
"Terima kasih. " Ucap Clarissa tulus.
Lucy memukul kepala Clarissa dengan kipas yang dipegang nya.
"Mengapa berterima kasih, kita ini sahabat seperti saudara. Dalam hubungan saudara tidak ada kata Terima kasih maupun kata maaf. "
"Baiklah, tetaplah bersama ku, karena hanya kau gadis bodoh yang mau dan setia berteman dengan ku." Menatap mata lucy dengan sendu.
"Aku tidak bodoh, malah sangat beruntung." Jawab lucy sambil menepuk bahu Clarissa.
Mereka pun tertawa dan kembali berpelukan.
Lucy sangat menyayangi Clarissa yang sudah di anggapnya seperti saudara sendiri begitupun dengan keluarga Lucy yang sudah menganggap Lucy seperti Putri mereka sendiri. Walau ekonomi keluarga Lucy lebih baik tetapi dia tidak pernah membeda-bedakan teman. Lucy yang merupakan anak dari Kepala Desa, gadis itu baik hati dan periang merupakan satu-satunya teman Clarissa dalam keadaan apapun.
Bel pun berbunyi, mereka kembali ke kelas mereka masing-masing. Jam belajar pun berlangsung.
**
Hari demi hari berlalu, suasana sekolah begitu tenang, begitu pun dengan Clarissa, gadis itu dapat bernafas lega karena untuk beberapa hari ini Leon dan teman-teman nya tidak mengganggu nya, tapi bukan waktu lama, saat pulang sekolah Leon kembali membuat onar, Leon melepas ban sepeda Clarissa sehingga gadis itu kebingungan tidak menentu, bingung bagaimana dia pulang kerumah. Bisa-bisa Orang tua nya panik jika Clarissa pulang terlambat terutama sang ayah. Ibu nya juga pasti akan marah besar jika Clarissa pulang tidak tepat waktu.
"Ya Tuhan apa lagi ini. Bagaimana cara nya aku bisa pulang tepat waktu dengan kondisi seperti ini." Clarissa mencoba untuk memperbaiki sepedanya sendiri tetapi dia tidak mahir dalam hal ini. Dia pun terduduk pasrah. Mau minta tolong pada Lucy juga pasti gadis itu sudah pulang lebih dulu karena Clarissa keluar kelas menunggu sekolah sunyi. Namun ternyata kejadiannya seperti ini. Clarissa berfikir jika jalan kaki juga pasti akan memakan waktu yang lama untuk bisa sampai ke rumah. Tapi jika menunggu disini juga pasti membuang waktu. Mau tidak mau Clarissa memutuskan berjalan kaki untuk pulang kerumah. Clarissa menitipkan sepeda pada tukang parkir sekolah.
"Kenapa dengan sepeda nya Nona? Apa ini ulah mereka? " Tukang parkir tau betul ini perbuatan siapa. Clarissa hanya bisa tersenyum.
"Boleh aku titip sepeda lagi Pak?" Mohon Clarissa.
"Pasti nona cantik. Tenang saja kapan pun kau butuh bantuan, aku pasti akan membantumu selagi aku mampu. Kebetulan aku biasa memperbaiki sepeda seperti ini. Nanti setelah selesai bekerja akan aku perbaiki. Bagaimana?" Sang tukang parkir menawarkan.
"Dengan senang hati pak." Clarissa tersenyum senang.
"Terima kasih pak, semoga Tuhan selalu memberimu kebahagiaan." Ucap Clarissa tulus.
"Kau terlalu berlebihan nona. Aku sangat senang membantumu. Pergilah, semoga kau tidak terlambat sampai rumah."
"Baiklah, sekali lagi aku ucapkan Terima kasih. Aku pulang dulu. " Clarissa sedikit menunduk dan bergegas pulang.
"Hati-hati nona... " Teriak sang tukang parkir sambil melihat Clarissa yang sudah berlari. Dia sangat iba melihat gadis itu, seberat apa pun dia di bully tetapi tidak pernah mencoba melawan.
Diperjalanan Clarissa sedikit memperlambat langkahnya karena dirinya mulai kelelahan. Dia tidak bisa naik angkutan karena tidak memiliki uang, Clarissa hanya pasrah melewati setiap jalanan. Panas terik menghantam seluruh tubuh putih nya. Perjalanan yang memakan waktu 15 menit menggunakan sepeda dan 45 menit berjalan kaki.
'Apa lebih baik datang ketempat ayah bekerja saja ya, apalagi jarak nya lebih dekat, tapi aku sudah berjanji pulang tepat waktu pada ibu. ' Batin Clarissa bimbang.
Clarissa pun melanjutkan perjalanan menuju rumah nya melewati kebun tempat ayah nya bekerja yaitu Mansion mewah satu-satu nya yang ada di desa ini. Dia tidak jadi menghampiri ayahnya karena sudah berjanji pada ibu nya akan langsung pulang kerumah, Clarissa harus membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah, apalagi saat ini ibunya sedang tidak enak badan.
Saat jarak rumah tinggal beberapa ratus meter lagi Clarissa pun duduk sejenak di trotoar jalan untuk melepas penat dan lelah kaki yang sedikit sakit karena terlalu lama berjalan. Clarissa membuka sepatunya dan benar saja, kaki nya lecet. Clarissa mengernyit kesakitan. Clarissa pun kembali memakai sepatunya, saat akan berdiri, ada sebuah sepeda motor yang lewat dengan kecepatan tinggi melewati genangan air yang ada di dekat pinggiran Trotoar tepat di samping Clarissa, air itu pun terciprat ke seluruh tubuh Clarissa hingga seluruh pakaiannya kotor.
"Heeiii..... " Clarissa meneriaki orang yang sudah mulai jauh itu. Clarissa juga tau siapa yang melakukan itu, karena dia mengenali sepeda motor siapa itu.
'Kau banyak berubah Leon.' Batin Clarissa..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments