Bugh!!!!
Erna yang kaget dengan bunyi keras itu langsung menoleh mencari sumber suara. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat yang menjadi sumber suara adalah bu Nunung.
"Awwhh, Tolong dong. Jangan dilihatin aja, sakit nih bokongku." katanya pada ibu ibu yang lain.
"Astaga, Nunung. Ngapain kamu pake acara jatuh segala.'' kata bu Ira.
Mereka lalu beramai ramai membantu Nunung untuk berdiri. Terlihat sekali wajah kesalnya karena wajahnya yang sangat memerah.
Erna yang tidak ingin ambil pusing langsung saja pergi dari tempatnya berdiri , karena bisa juga kena semprot dari ibu ibu tukang julid itu.
Hari ini Erna naik angkot untuk ke tempat kerjanya. Perjalanan lancar jaya karena masih pagi, di dalam angkot si supir memutar lagu lawas untuk menemani dan menghibur perjalanan para penumpang. Tetapi Erna tak merasa terhibur sama sekali, melainkan mengantuk sepanjang perjalanan.
"Pagi, Erna." sapa Tikno saat sudah sampai di hotel.
"Pagi, Tikno." sapanya balik.
Tikno adalah teman seperjuangan Erna disini, nama yang unik menurut Erna. Setiap kali menyebut namanya, Erna selalu terkenang dengan majalah anak anak sewaktu dia TK. Nama majalah itu adalah Tiko dan hampir saja dengan nama temannya itu Tikno.
"Kenapa kamu lihatin aku kayak gitu?" tanyanya.
"Aku lihatin kamu?" tanya Erna sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya ya lah." jawabnya dengan wajah sedikit melotot heran ke arah Erna.
"Males bangat aku lihatin kamu, Tik." ujarnya.
"Ihh, Jangan bilang kamu naksir sama aku ya, Er. Aku tuh udah punya gebetan." katanya dengan sedikit bangga.
"Idiihh... Kepedena kamunya, Tik. Eh, btw gebetan kamu siapa?'' tanya Erna penasaran sambil senyum senyum melihat Tikno.
"Mau tau?'' tanyanya.
"Ho'oo.'' angguk Erna.
"Tapi setelah tahu kamu jangan jadi pelakor ya." katanya dengan begitu Pede.
Erna menepuk jidatnya lalu meletakkan barangnya di dalam lemari loker. Setelah itu dia berjalan keluar untuk bekerja.
"Gebetan aku tuh biduan kondangan.'' ucapnya.
" He'eh. Kalian cocok.'' kata Erna mulai menyapu.
Tikno hanya tertawa lalu mulai mengelap kaca. Mereka berdau bekerja dalam diam sambil sesekali berhenti kala ada tamu yang lalu lalang.
Awhh!!!
Erna yang sedang asyik mengepel dikejutkan dengan suara teriakan seorang wanita.
"Astaga, ada tamu jatuh Er," kata Tikno dengan panik.
Bergegas Erna melempar alat pel dan lari menuju wanita yang terjatuh itu.
"Maaf, Bu. Ibu gak apa apa? Biar saya bantu berdiri.'' kata Erna lalu membantunya berdiri.
"Bu ba bu ba, saya bukan ibumu!'' hardiknya kesal saat Erna menyebutnya dengan panggilan ibu.
"Ma...Maaf,'' ucapnya menunduk karena takut.
"Kalo jadi babu kerjanya yang beres dong. Saya akan laporin kamu ke atasanmu." katanya menunjuk kepala Erna lalu ditoyor ke belakang.
"Maaf, Bu. Eh, Nona, eh salah Nyonya,'' ucapnya sambil mengatupkan tangan di dada.
"Ini kesalahan saya, jadi saya mohon maafkn saya.'' kata Erna memohon.
"Minggir, mana atasan kamu? Bisa saya beri rating 1 nih hotel gara gara babu gak becus kayak kamu!'' katanya lagi.
Untung saja lobby masig agak sepi. Jika tidak, sudah bisa dipastikan Erna akan menjadi bahan tontonan.
"Maaf permisi, Bu. Ini ada apa ya?''
Suara Pak Danung yang muncul dari belakang Erna membuatnya kaget setengah mati.
"Kamu atasan babu ini?'' tunjuk wanita bergincu merah tebal itu.
Pak Danung menoleh ke arah Erna tetapi dia kembali menunduk. Ah, serendah inikah pekerjaannya di mata para tamu hotel? Padahal dia merupakan lulusan sarjana. Tetapi mau bagaimana lagi, mereka sudah beranggapan seperti itu.
"Iya, Bu. Ini ada apa ribut - ribut? Apa pegawai saya membuat kesalahan?'' tanya pak Danung.
"Iya, dia membuat kesalahan besar. Saya terjatuh gara - gara lantainya licin. Sudah tau ini tempat lalu lalang orang, masih saja dipel, apa sengaja ya?'' tuturnya panjang lebar hingga muncrat.
"Baiklah, Bu. Saya mohon maaf untuk ketidaknyamanan ini. Akan saya peringatkan pada pegawai saya.'' kata pak Danung dengan sopan.
Terlihat wanita itu menatap marah ke arar Erna. Dasar, sudah tahu area yang dia bersihkan di pasang tanda rambu hati hati, ia main nyelonong aja. Sudah minta maaf pun ia sepertinya tetap tak terima.
"Awas kamu babu.'' katanya pada erna lalu berjalan.
"Rani?'' teriak seorang lelaki dari pintu lobby.
Wanita itu rupanya benrnama Reni, ia nampak tersenyum manja ke arah lelaki itu. Ah, pasti itu selingkuhannya. Mereka berdua berjalan menuju lift dan hilang di sana.
"Erna, segera selesaikan tugasmu dan datang temui saya di ruangan.'' ujar pak Danung.
'' Baik, Pak.'' jawabnya.
Setelah pak Danung pergi, Ernaa dengan cepat menyelesaikan tugasnya. Dia pikir beliau akan memarahinya di depan para tamu tadi tapi ternyat tidak. Langkah kaki itu membawanya hingga ke depan ruangan pak Danung.
Tok tok tok tok.....
Erna mengetuk pintu sebelum masuk.
"Masuk,'' ujar suara daari dalam.
"Permisi Pak,'' ucap Erna sedikit menunduk saat masuk.
"Oh ya, silahkan duduk Erna." katanya. "Duduk." tunjuknya pada kursi di seberang mejanya.
"Maaf sebelumnya. ada apa bapak memnggil saya?'' tanya Erna langsung to the point.
"Saya hanya ingin memperingati kamu untuk berhati hati dalam bekerja. Perhatikan lagi agar tamu kita tidak jatuh atau terpeleset.'' ujarnya tegas.
"Baik, Pak.'' jawabnya.
"Ya sudah, saya harao tidak ada lagi kejadian seperti tadi. Kalau tamunya mau mengerti baik, tetapi jika tidak maka kamu bisa saya pecat.'' kata pak Danung.
"Iya, Pak. Lain kali saya akan lebih berhati hati lagi.'' jawab erna.
"Baiklha. Saya harap juga begitu. Ya sudah, silahkan lanjutkan peerjaanmu." katanya.
"Baik, Pak. saya permisi.'' ucapnya lalu keluar dari ruangan pak Danung.
Huuuffffttt......
Erna manrik nafas panjang lalu menghembuskannya ke atas hingga poninya ikut terbang. Lega sekali rasanta, Dia kira dia akan dicecae habis habisann, namun ternyata hanya dikasih peringatan. Ya, sebaiknya dia harus lebih berhati hati dalam bekerja. Dia tidak mau dipecat hanya gara gara lalai.
Jam istirahat siang telah tiba, Erna langsung menuju pantry khusus karyawan untuk makan siang. Bersama para pekerja lainnya, mereka duduk makan sambil bercerita.
"Tadi kamu dimarahin sama pak Danung?'' tanya Tikno dengan mulut penuh nasi.
"Gak, Tik. Aku hanya dikasig peringatan agar lebih berhati hati.'' jawabnya.
"Syukurlah, Er. Aku takut kamu dimarahin apalagi sampai dipecat.'' katanya.
"Amit amit deh, Tik. Aku masih butuh pekerjaan.'' jawabnya.
"Iya, Er, ini juga jadi pembelajaran untuk aku juga.'' katanya.
''Iya, Tik. Ambil pelajarannya aja.''
Setelah makan, Erna kembali bekerja. Kali ini dia membersihkan toilet wanita. Dia mengambil sampah disetiap bilik dan membersihkan lantai toilet. Dia mengelap kaca dan mengganti pengharum ruangan. Saat tengah mengelap kaca dia dikagetkan dengan hadirnya wanita yang jatuh tadi pagi.
"Heh, awas!! Aku mau dandan.'' ucapnya songong.
Tanpa berkata, Erna langsung mundur ke belakang meski pekerjaannya belum kelar. Saat wanita itu melihat Erna, ia sedikit terkejut.
"Ketemu kamu lagi... kamu lagi, dasar babu kerjaan gak becus!!'' ucapnya sambil memakai gincu merah menyala.
Jika Erna perhatikan, wanita itu seperti sebaya dengannya tetapi dandanannya seperti biduan dangdut kelas bawah. Erna diam tak menanggapi perkataannya, tak ingin mencari ribut.
"Honey, sudahkah?'' ketukan pintu dari luar membuatnya mempercepat riasannya.
"Bentar lagi.'' jawabnya sambil memakai anting.
"Awas sana!!'' katanya sambil mendorong bahu Erna lalu ia lewat begitu saja.
"Dasar songong!'' umpat Erna pelan sehingga ia tidak mendengarnya.
Saat membuka pintu, Erna sempat melihat keluar dan di sana ada seorang lelaki dewasa.
"Perasaan tadi pagi bukan sama cowok itu deh. Mungkin saja ia sejenis perempuan panggilan atau bagaimana. Astaga, aku harus lebih bersyukur karena meski pekerjaanku seperti ini setidaknya masih halal." gumam Erna mengelus dadanya sendiri sambil geleng geleng kepala. Dia kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda karena wanita sialan itu. Setelah semua bersih, lalu Erna keluar dan melakukan pekerjaan lainnya. Sebentar lagi tanggal gajian dan itulah yang membuatnya semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments