Bab 3

"Sudah pergi mereka Erna?' tanya Idah sang ibu.

"Sudah bu, bikin keki aja mereka."kata Erna mengambil cobek untuk membuat sambal.

"Ibu kesal sekali dengan mereka, makanya tadi ibu tinggalin aja mereka di depan." kata Idah kesal.

"Iya, Bu. Orang orang kayak gitu emang harus digituin. Seenaknya datang mecari info untuk bahan gosipan mereka.''

"Pelan - pelan ulek sambalnya, Er. Bisa terbelah tuh cobek."kata Idah melihat reaksi Erna.

"Habisnya aku kesal, Bu.''

"Kesal boleh, tapi jangan sampai rusakin cobel ibu. Itu udah lima tahun loh, susah carinya di pasar yang kayak gitu.'' ucap Idah.

Huh, Bu. cobek ajah di jaga segala.

Mereka berdua langsung menyantap hidangan yang sudah dimasak. Daun singkong dan daging sapi goreng serta sambal menjadi menu malam itu.

"Nak, besok kamu kerja jam berapa?'' tanya Idah.

"Seperti biasa, Bu. Jam tujuh pagi.'' jawab Erna sambil mencuci piring.

"Habis itu istirahat." katanya.

"Iya Bu.'' jawabnya.

Seusai mencuci piring, Erna langsung masuk dan merebahkan diri di kamarnya. Karena udara terlalu panas di dalam kamarnya, dia membuka jendelanya sedikit agar angin bisa masuk.

Erna melihat ada mobil pick up yang membawa barang seperti orang pindahan.

"Kayaknya mau ada tetangga baru nih." katanya bicara sendiri.

Rumah di depan rumahnya itu baru saja laku terjual jadi pasti mereka yang menempatinya. Erna terus melihat melalui jendela kamarnya sambil membersihkan kutek pada kuku kakinya. Yang membuatnya sedikit terkejut adalah gerombolan para ibu ibu tukang julid yang berdiri dan melihat pekerjaan orang orang itu.

"Astaga, Ya Tuhan. Itu ibu ibu ngapain coba? Bikin malu aja deh.'' katanya geleng geleng gak habis pikir.

Pasti besok udah ada kabar terhangat yang akan mereka sajikan. Mereka memang tidak pernah ketinggalan berita. Kadang erna berpikir apakah mereka tidak tidur?Tidak memasak?Tidak mengurus rumah? Kerjaan mereka setiap hari hanya berkumpul dan bergosip tetangga yang merasa aneh di mata mereka, bahkan yang tidak aneh juga menjadi bahan gosipan. Karena merasa jengah, Erna menutup jendela kamarnya lalu tidur karena besok akan harus bangun pagi.

************

"Miraaa bangun, sudah jam 6 loh! Mau bernagkat kerja jam berapa kamu?''

Teriakan ibunya membuatnya kaget dari alam bawah sadar. Suara ibunya memang ajaib menembus hingga alam bawah tidurnya. Erna bangun seperti kesetanan dan langsung meraih handuk. Namun, saat dia melirik jam dinding yang berada di dalam kamarnya ternyata masih jam setengah 5.

"Astaga, Ibu!!" katanya kesal.

Matanya masih terasa berat dan masih ingin tidur. Tetapi dia urungkan niatnya karena lima menit lagi ibunya pasti akan berteriak dan akan menyiramnya jika tidak bangun. Erna langsung keluar kamar dengan rasa malas yang sangat amat. Rasanya baru saja ia tidur tapi sudah dibangunkan lagi dan sudah pagi aja.

"Malas sekali anak gadis ini. Rapihkan tempat tidurmu saja." kata Idah sambil membuat adonan kue.

"Malas ah," ucapnya lalu meringkuh di sofa.

"Cepat Erna, Jangan pemalas. Lobby hotel aja rajin kamu bersiin, masa kamar kamu gak?'' kata Idah.

Mau tak mau, Erna bangun dan langsung beres beres. Setelah itu, Ia mneyiapkan baju kerjanya dan semua perlengkapannya. Baru setelah selesai, Dia langsung menyambar handuk dan menuju kamar mandi.

Wangi kue yang dibuat ibunya sudah memenuhi rumahnya pagi itu dan membuat oerutnya lapar. Setiap pagi, ibunya selalu membuatkan kue, tidak untuk di jual hanya untuk di makan saja. Meski cuma tinggal berdua di rumah tetapi itu sudah menjadi kebiasaan mereka.

"Itu rumah yang di depan sudah ada yang menpatin?'' tanya Idah.

"Udah bu, Semalam aku lihat mereka pindahan." ucap Erna sambil makan kue pisang yang ada di meja.

"Ih, sana pakai baju dulu." usir Idah lalu mengambil piring yang berisi kue itu kembali, Ibunya geleng geleng melihat kelakuan anak semata wayangnya itu.

Erna langsung untuk menuju kamar dan berpakaian. Setelah setengah jam di kamar, dia keluar dengan tampilan yang sudah cantik.

"Dandannya lama bangat, Ibu piki kamu sudah berubah menjadi Asmirandah, Eh malah jadi Asmimiradang." kata Idah sembari melawak.

"Ih, ibu gimana sih, aku udah cantik begini malah dibidang gitu." kata Erna dengan mengerutkan bibirnya.

"Hehehehe.... Bercanda deh, Cepatan serapan." katanya.

Erna langsung duduk di meja makan dan mulai makan, pagi ini sudah terang meski baru jam 6 pagi.

"Pasti sebentar lagi udah pada reme tuh ibu ibu bahas tetangga baru." kata Idah.

"Ya pastilah bu. Mending ibu jangan ikut campur sama mereka ya." kat Erna mengingatkan ibunya.

"Iya lah Er, Ibu sibuk kerja. Jahitan ibu masih numpuk." jawab Ibunya.

Setelah selesai makan, Erna langsung berpamitan pada Idah dan pergi bekerja. Seperti biasa Erna berjalan kaki hingga ke depan gang untuk naik angkutan umum. Melewati warung julid tempat ibu ibu kurang kerajaan itu berkumpul dan ternyata memang sudah ramai. Dan benar saja, mereka sedang membahas tetangga baru yang pindah di depan rumahnya.

"Katanya dia janda ya, bercerai sama lakinya karena selingkuh.'' ucap bu Ria.

Astaga, Luas sekali wawsana mereka dalam hal mecari tahu privasi orang. Erna merasa sangat tak nyaman.

"Hei Erna, mau bernagkat kerja ya?'' tanya bu Nunung.

"Seperti itulah Bu.'' jawabnya asal.

"Udah tahu belum, tetangga depan rumah kamu itu janda kaya? Anak cowoknya tampan bangat loh." sembur bu Lala.

"Gak tau." jawabnya ketus.

"Payah kamu Er, coba deh dekatin, siapa tau nyangkut."  ujar bu Ria lalu mereka semua tertawa.

Erna tak lagi menghiraukan perkataan mereka dan terus berjalan. Mulut mereka sangat keterlaluan.

"Bugh!"

Hah? Siapa yang jatuh?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!