Kampung Perjulidan Tetangga

Kampung Perjulidan Tetangga

Bab 1

Citt citt citt.....

Pagi hari kembali menyapa di kampung ini. Suara kicauan burung kembali menyapa pagi Gadis desa itu. Setelah siap dengan setelan kerjanya, Erna segera berpamitan kepada ibunya.

"Bu.... Ibu....'' teriaknya yang tak kunjung mendapat sahutan.

"Iya, Er," jawab ibunya yang tergopoh gopoh dari belakang.

"Dari mana bu? Erna mau pamit pergi kerja." ucapnya.

"Oalah, ibu kira ada apa Er. Ibu habis metik daun singkong di kebun belakang rumah." jawab ibunya.

"Iya, Bu. kalau gitu Erna pamit ya, Bu. Ibu hati hati di rumah."

"Kamu juga hati hati ya, Nak."

Erna lalu berjalan kaki menuju ke depan gang untuk menunggu angkutan umum. Erna baru saja lulus kuliah dan bekerja di salah satu hotel di kota ini. Meski jurusan dan pekerjaannya tidak sama, tetapi untuk menghidupi kehidupan Dia dan Ibunya, Erna tetap menjalaninya.

Berjalan kaki ke depan melewati warung julid tempat berkumpulnya ibu ibu di kampung itu.

"Hei, Erna. Kamu mau kemana?" tanya Bu Nunung.

"Kerja Bu." jawab Erna tersenyum.

"Kerja dimana emang?'' tanyanya lagi.

"Di hotel Bu." jawab Erna kembali.

Langsung saja terdengar bisik bisik seperti suara lebah. Padahal Ern masih disitu tetapi mereka sudah bergosip ria tentangnya.

"Bukannya kamu waktu kuliah ambil jurusan guru ya? Mengapa kerja di hotel?'' tanya Bu Ria.

"Cari kerja sekarang susah Bu. Jadi dapat yang di hotel aja udah bersyukur." ucap Erna sabar.

Mereka pun hanya ber oh ria dan Erna langsung melanjutkan perjalanannya.

Itulah kebiasaan para ibu ibu di kampungnya. Pagi hari bukannya memasak di dapur dan mengurus anak, tapi malah sibuk berkumpul dan bergosip. Mata mereke seperti kamera CCTV. Apapun yang mereka lihat langsung saja digosipkan. Seperti Erna hari ini.

"Ojek Neng Erna?'' tanya Mang Bayu.

"Gak Mang." jawabnya tersenyum.

Sesampainya di depan, Erna berdiri di depan konter pulsa agar tak terkena panas. Tak lama sebuah mobil berhenti di depannya.

"Erna." sapa si pengemudi saat menurunkan kaca mobilnya.

"Eh, Shita." balasnya senyum.

"Mau kemana?'' tanyanya.

"Ke tempat kerja." jawabnya.

"Yuk masuk, biar aku anterin.''

Ah, ini mah namanya rejeki anak sholeh. Lumayan lah ongkos pagi ini tidak keluar. Erna langsung membuka pintu mobil, tapi belum sempat ia masuk, ia dikejutkan dengan suara Bu Nunung.

"Widihhh, Naik mobil kamu Er, siapa itu?'' tanyanya.

Astaga! Dari mana ia muncul? Benar benar meresahkan ibu ini.

"Teman, bu." katanya.

"Laki laki atau perempuan? Tua apa muda?'' tanyanya lagi.

"Saya berangkat dulu, Bu." pamit Erna lalu masuk.

"****, ayo jalan." kata Erna kepada Shita.

"Siapa itu, Er?'' tanya Shita.

"Tetanggaku, ****."

"Kepo amat jadi orang." ujar Shita geleng geleng.

"Gitulah tetanggaku, buat risih aja."

Tiga puluh menit berkendara, akhirnya Erna tiba di tempat kerjanya.

"Jangan lupa sama tawaranku ya, Er. Kalau kamu mau nambah nambah penghasilan dan jika kamu tertarik, hubungin aku ya." kata Shita saat Erna turun dari mobil.

"Oke, ****. Nanti aku kabari ya."

Setelah mobil Shita pergi barulah Erna masuk ke dalam. Tadi diperjalanan menuju ke hotel tempat Erna bekerja, Shita menawarkan bisnisnya jual pakaian online. Katanya lumayan untuk nambah penghasilan. Erna juga seperti tertarik untuk bergabung. Lumayan untuk bisa nambah nambah penghasilannya. Erna berniat untuk menyicil motor agar tidak terlalu kesulitan, mungkin dengan ikut bisnis itu, dia biss mewujudkan impiannya.

Erna langsung menuju ke ruangan kerjanya, Dia bertugas sebagai office girls dan dia bertugas membersihkan loby depan dan kamar mandi di lantai satu.

Dengan gaji yang lumayan besar, Erna berani mengambil pekerjaan itu. Meski sering menjadi bahan omongan orang dia tidak peduli. Jika.masih gengsi dengan pekerjaan dan terlalu pemilih, bisa bisa mati kelaparan.

*********

Hari sudah sore dan waktunya untuk Erna pulang. Seperti biasa, di menunggu angkot di halte dekat hotelnya. Tidak lama kemudian angkot datang dan dia langsung masuk. Capek dan lelah itulah yang dia rasakan setiap harinya. Tapi demi hidup dan mewujudkan impiannya, dia akan tetap kuat.

"Kiri, bang." kata Erna saat sudah sampai di gang rumahnya. Dia langsung membayar ongkos dan segera turun. Dia langsung berjalan melewati gang itu menuju rumahnya.

Seperti biasa, di warung julid sudah berkumpul ibu ibu komplek. Dari jauh saja Bu Nunung sudah meneriaki Erna.

"Hey, Erna. Kok jalan kaki lagi?'' tanyanya.

"Emang biasa juga kan jalan kaki bu." timpal bu Ria.

"Tapi tadi saya lihat dia berangkat naik mobil bagus." sahut bu Nunung.

"Mobil siapa, Er?'' tanya bu Lita.

"Mobil teman, bu. Kebetulan ketemu di depan."

"Cowok apa Cewek temannya?'' tanyanya lagi.

"Ce----"

"Itu teman Erna cowok. Tadi saya lihat sendiri pas sampai di depan." potong bu Nunung.

"Uhuuuyy..... Teman apa demen?" sorak ibu ibu yang lain.

Telinga Erna sudah sangat panas mendengarnya. Badannya sudah capek di tambah lagi seruan panas yang mempermasalahkan mobil Shita yang dia tumpangi. Lagian bu Nunung keterlaluan deh, hal sepele gitu aja dijadikan bahan omongan.

Jika gosip itu makanan, mungkin saja mereka semua kenyang dan tak perlu makan nasi.

Erna yang malas mendengar omongan mereka langsung saja berjalan tanpa menghiraukan mereka.

"Eh, ini anak ditanyain main pergi aja, Erna!" teriak bu Nunung.

"Ada apa lagi sih bu Nunung?'' tanya Erna mulai ketus.

"Temanmu itu kerjanya apa sih? Mana mungkin seumuran kalian, dia udah punya mobil bagus kayak gitu? Apa jangan jangan pergaulannya gak beres ya?'' cecarnya dengan berbagai pertanyaan.

"Ya, mana aku tahu bu. Di kasih tumpangan ya aku bersyukur aja." jawabnya.

"Awas loh kamu Erna terjerumus kedalam hal yang gak baik. Apalagi kamu kerja di hotel tempat orang orang main api." timpal bu Rida.

"Bisa kebakaran dong tuh hotel kalau mereka main api." tambah bu Ria.

"Astaga Ria, maksudnya biasa kan banyak yang selingkuh di hotel hotel gitu.

"Oooooo." ucap mereka serempak seperti paduan suara kodok.

Tak salah memang kampung ini diberi nama Kampung Perjulidan Tetangga. Kerjaan ibu ibu disini bukan mengurus suami dan anak, tetapi mengurus jalan hidup tetangga.

Seandainya Erna duku tidak hidup disini, mungkin saja tidak akan mendengar julid tetangga setiap hari.

"Sore, Bu." salam Erna saat sudah sampai di rumah. Dia duduk di teras dan melepas sepatunya.

"Ibuuuu...." panggilnya lagi.

Sepertinya besok dia harus membawa ibunya ke dokter THT. Pasalnya ia selalu tak mendengar meski sudah diteriaki.

Erna berjalan dari teras menuju ke belakang yang terhubung dengan dapur dan mendapati ibunya di sana sedang asyik memotong daging sambil mendengarkan musik di radio.

Klik

Erna mematikan radio ibunya dan ia terkejut berhenti dari nyanyiannya.

"Eh, udah pulang anakku sayang?" kata ibunya tersenyum.

"Udah dari seminggu lalu bu." jawab Erna berlalu ke dapur.

"Lah kok gak bilang ibu?''

Terpopuler

Comments

Syhr Syhr

Syhr Syhr

Ibu ibu julid.

Keren nih, 👍

2023-05-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!