Trik Imas

Sebelumnya :

"Saat moment menegangkan itu, tanpa sengaja mata indah bola ping-pongku berubah fokus ke arah pinggir jalan. Aku melihat laki-laki yang belum pernah aku lihat dari awal aku lahir hingga sekarang. Wajahnya ganteng, tinggi, pokonya mah ideal ajah. Dia melirik dan melihat kearahku dan dia segera menghampiriku. Hatiku berdegup kencang."

Di depan Rumah

Dengan hati yang ngagedur (berdebar-debar), aku mencoba menenangkan diri saat laki-laki itu semakin mendekatiku. Aku berusaha mencari tahu apakah aku mengenalnya atau tidak, tetapi wajahnya tetap asing bagiku. Dia mengenakan pakaian yang terlihat elegan dan sepertinya memiliki pesona yang tak terelakkan.

Laki-laki itu akhirnya berdiri di depanku dengan senyuman hangat di wajahnya. "Hai, apa kabarmu?" ucapnya dengan suara yang terdengar lembut.

Aku terkejut dan membalas sapaannya dengan sedikit gugup, "Hai, aku baik-baik saja. Tapi punten, aku tidak mengenalmu. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

Laki-laki itu tertawa ringan. "Tidak, kita belum pernah bertemu sebelumnya. Namaku Vey. Aku baru saja pindah ke sekitar sini."

Aku merasa lega bahwa dia adalah orang baru dan tidak ada hubungan masa lalu yang mungkin terlewatkan. Tetapi penampilannya yang menawan membuatku merasa seperti ada sesuatu yang spesial tentangnya. Aku merasa tertarik dan ingin lebih tahu tentangnya.

"Namaku Imas," ucapku dengan senyuman lebar. "Jadi, apa yang membawamu ke sini? Apakah kamu mencari petualangan seperti si Bolang atau mungkin cari harta karun tersembunyi?"

Vey bingung dan menggaruk kepalanya sejenak sebelum menjawab, "Sebenarnya, aku baru saja pindah ke lingkungan ini dan sedang mencari tempat untuk makan siang. Apakah kamu punya rekomendasi?"

Aku tersenyum dan menyarankan sebuah restoran di dekat sana yang dikenal dengan makanan lezatnya. Tapi, sesaat pikiran jahilku muncul, "Baiklah kisanak, aku akan mengantarmu dengan satu syarat." Jawabku dengan suara lebih dalam agar terdengar lebih macho.

Vey menanggapi tawaranku dengan senyuman. "Hahaha... gila, baru nyampe udah ditodong aja. wokeh lah, apa syaranya?"

"Aku ikut makan disana dan kamu bayarin, kebetulan aku belum makan." Ujarku sambil kudekatkan wajahku dan kugoyang-goyang.

Vey terkejut, mulutnya mangap dan matanya muter-muter terlihat berpikir kebingungan. Dalam kebingungannya, dia melanjutkan obrolan, "Ayo lah kalo cuma makan doang." Dia menjawab walaupun terlihat masih bingung dan terus garuk-garuk kepala. Mungkin dia belum keramas, pikirku.

Aku berjalan bersama Vey menuju restoran, sambil berbincang-bincang tentang minat dan kehidupan masing-masing. Semakin kami berbicara, semakin kami merasa nyaman satu sama lain. Percakapan itu berlanjut seolah kita sudah berteman lama.

Ketika kami tiba di restoran, Vey mengucapkan terima kasih padaku. "Terima kasih, Imas. Aku sangat menikmati percakapan kita. Mungkin kita bisa bertemu lagi suatu saat."

Aku tersenyum dan mengangguk. "Tentu, Vey. Aku berharap kita bisa bertemu lagi juga."

"Berharap makan gratis lagi?" Vey meledekku.

"Bahhaha... sue kamu, Vey." Ucapku.

Akhirnya kami berpisah dengan senyuman dan aku membiarkan mata indah bola ping-pongku melacak langkah Vey saat dia berjalan masuk ke dalam restoran. Aku merasa ada keajaiban kecil yang terjadi hari ini, dan siapa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Ibuuuu.." Aku berteriak girang, senang pokoknya mah.

Ibu muncul dengan muka heran, "Kenapa kamu berteriak lagi, Imas? Apa yang terjadi?"

"Aku dapat makan gratis, Ibu!" ucapku dengan riang.

Ibu memandangku dengan heran, "Makan gratis? Bagaimana bisa?"

Aku tersenyum genit, "Ya, aku mengantar tetangga baru ke restoran tapi dengan syarat dia harus membayarkan makananku. Dan dia setuju!"

Ibu terkekeh, "Nak, nak, nak... Kamu itu selalu punya trik jahil. Tapi, baguslah kalau kamu bisa menikmati makan siangmu dengan gratis."

Aku tertawa senang dan mengangguk, "Iya, Ibu. Itu adalah momen yang lucu dan menyenangkan. Siapa tahu, mungkin dia bisa menjadi teman yang baik dan juga sponsorku untuk makan gratis di waktu-waktu yang lain!"

Ibu menggelengkan kepala sambil tersenyum, "Nak, jangan terlalu serakah ya. Tetaplah berpikir tentang hubungan dan persahabatan yang lebih penting daripada makan gratis."

Aku mengangguk sambil berjanji, "Tentu, Ibu. Aku akan tetap menghargai hubungan itu. Tapi sesekali bolehlah sekedar mencoba keberuntungan untuk mendapatkan makan gratis, kan?"

Ibu hanya bisa menggelengkan kepala dengan senyuman.

Momen bahagiaku sedikit terganggu saat Ujang datang lagi kerumahku, kali ini wajahnya ditekuk menunjukan kesedihan yang eww banget lah.

"Imas, kamu mah tega ih, aku ajak jalan gak mau, giliran anak baru yang ngajak, kamu mau." Ujang makin cemberut, bibirnya semakin monyong maju kedepan.

Aku memandang Ujang dengan keheranan. "Ujang, jangan cemberut gitu ah! Aku kan tidak sengaja bertemu dengan Vey dan dia baru saja pindah ke sini. Lagipula, kamu kan sering banget ngajak jalan, jadi kali ini aku mau mencoba sesuatu yang baru."

Ujang heran dan menghitung jari, "Iya benar aku sering ngajak jalan, tapi kan kamu gak pernah mau, Imas. Kok aku jadi bingung sendiri ya?" Ujang clingak clinguk kebingungan.

Ujang lalu berusaha merayu dengan ekspresi memelas, "Dan, Imas... kita kan sudah lama berteman. Kamu harusnya memprioritaskan aku."

Aku merasa sedikit bersalah melihat wajah Ujang yang begitu sedih. Aku menghampirinya dan memegang bahu Ujang dengan penuh kasih sayang, "Maafkan aku, Ujang. Aku lupa kalo kita belum pernah jalan."

Ujang memandangku dengan wajah yang masih sedikit cemberut, tapi dia mulai melembutkan sikapnya. "Baiklah, Imas. Aku memaafkanmu. Tapi jangan lupa, kamu punya jadwal jalan-jalan denganku juga, ya?"

Aku tersenyum lega. "Ok, Ok."

Ujang akhirnya tersenyum kembali dan mengangguk. "Baguslah. Sekarang ayo, ceritakan lebih banyak tentang laki-laki baru itu. Apa dia ganteng seperti aku?"

"Nggak lah Jang, masih gantengan baju, ehh... gantengan kamu lah." Aku berusaha menggoda Ujang yang masih cemberut, agar dia mau tersenyum lagi.

Ujang mendengar kata-kataku dan akhirnya tersenyum kecil. "Ah, jangan bohong, Imas. Kamu tahu aku yang paling ganteng di antara dia dan aku!"

Aku tersenyum dan mengangguk setuju. "Iya, iya, kamu yang paling ganteng, Ujang. Tapi Vey juga punya pesonanya sendiri, kok."

Ujang memainkan rambutnya dengan bangga, mencoba menunjukkan betapa percaya dirinya. "Ya sudahlah, aku tetap yang paling keren dan lucu di mata kamu, kan?"

Aku tertawa dan mengangguk. "Tentu, Ujang. Kamu selalu keren dan lucu di mataku. Tidak ada yang bisa mengalahkan teman sebaik kamu."

Ujang tersenyum puas, merasa lega bahwa persahabatan kami tidak terganggu oleh kehadiran Vey. Kami melanjutkan obrolan dengan canda tawa seperti biasa, memperlihatkan betapa kuatnya ikatan persahabatan kami.

"Jang nanti temenin cari belut mau gak?" tanyaku.

"Astagfirullah, Imaaasss.. orang lain mah cewek itu diem dirumah kalau udah maghrib, kamu mah malah ngajak cari belut." Aneh pisan ih.

Aku mengedipkan mata dengan nakal. "Ya sudahlah, Ujang. Kamu kan teman pemberani. Ayo, kita cari belut bersama-sama. Pasti seru!"

Ujang melihatku dengan tatapan tidak percaya. "Serius nih, Imas? Kamu mau cari belut di malam hari?"

Aku mengangguk semangat. "Tentu saja! Kita bisa mengenakan pakaian keren dengan topi dan karetan di kaki. Seperti petualangan sungguhan!"

Ujang menggaruk-garuk kepalanya yang botak, masih ragu namun juga penasaran. "Baiklah, Imas. Karena kamu memaksa, aku akan ikut cari belut bersamamu. Tapi ingat, kalau ada belut yang mengejar kita, kamu yang bertanggung jawab, ya!"

Aku tertawa ceria. "Deal, Ujang! Persahabatan kita kuat, tidak ada belut yang bisa memisahkan kita."

Kami berdua pun bersiap-siap dengan semangat. Mengenakan pakaian yang siap kotor dan membawa ember serta senter, kami melangkah ke peternakan belut di tengah malam yang gelap.

"Ibuuuu... kami pergi cari belut! Do'akan semoga kita tidak ketemu pocong ya!" Aku berteriak dengan antusias, memancing gelak tawa ibu yang mendengarnya.

Terpopuler

Comments

Sava Yoean

Sava Yoean

bagus banget sama ceritanya tentang Imas Hatori 👍👍

2023-06-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!