Lagi-lagi melihatnya

Benar saja, saat jam pulang terlihat Kahfi sudah duduk didepan kelas Ica. Kahfi yang pada dasarnya seorang idola sekolah, tentu saja keberadaannya selalu mengundang kehebohan kaum hawa.

Banyak dari mereka yang saat lewat menyempatkan berhenti meski hanya sekedar menyapa. Bahkan ada juga yang dengan tidak tau malunya malah duduk disebelahnya.

Namun bagi Kahfi ini suatu hal yang dianggap biasa saja. Namun tidak bagi Ica, dia yang melihat pemandangan itu merasan risih sendiri. Bukan karena cemburu, namun dirinya merasa kurang nyaman saat berada dalam kondisi seperti itu.

Ica merasa was-was sendiri, dia takut kalau hubungannya dengan Kahfi malah akan menjadi sorotan diantara para penggemar Kahfi. Tentu saja ini akan membuatnya kurang nyaman. Apalagi sebenarnya Ica menerima Kahfi ini lantaran dia terpaksa karena Kahfi yang terkesan terus memaksanya.

"Udah selesai....." Kahfi langsung berdiri begitu Ica sudah berada diluar kelas. Padahal sejak tadi Ica sebenarnya sudah berada disitu, hanya saja Kahfi yang tidak menyadarinya. Bahkan Ica menyaksikan langsung bagaimana respon Kahfi pada gadis-gadis yang dari tadi mencoba mendekatinya. Ica sendiri hanya menaggapi pertanyaan Kahfi dengan anggukan kepala saja.

Tepat dibelakang Ica, saat ini juga tengah berdiri Bara dan juga Reza. Dua sahabat itu sepertinya keluar kelas karena memang sudah mengerjakan ujiannya.

"Bar....bisa nebeng pulang, mobil gue tiba-tiba mogok" Ucap Nesa, yang entah dari mana munculnya, karena tiba-tiba saja gadis itu sudah terlihat berdiri disamping Bara sambil tangannya bergelayut manja.

"Eits gak bisa, Bara udah gue booking. Soalnya gue gak bawa motor" Bukan Bara, tapi Reza yang menyela perkataan Nesa barusan.

"Gue gak nanya sama lho" Jawab Nesa ketus

"Dibilangin gak percaya amet. Tapi kalau lho tetep mau bareng gak pa pa sih. Kita bisa boncengan bertiga. Gue gak keberatan kok, malah gue ikhlas banget" Reza mengatakan itu sambil nyengir kuda.

"Lho ikhlas, gue yang keberatan. Gila aja gue deket sama lho. Yang ada kulit gue bisa gatal-gatal" Nesa Bahkan terlihat bergidik ngeri sendiri.

"Gila mulut ini anak, ngomongnya pedes banget. Kayaknya mak lho waktu lagi hamil lho ngidam makan cabe sekebon. Makanya mulut anaknya pedes bener" Reza terlihat begitu kesal pada Nesa yang terang-terangan seperti sedang mengejeknya.

"Udah gak usah ribut kayak bocil aja. Dan maaf Nes, gue bareng sama Reza. Lagian gue sama Reza juga masih ada kepentingan sepulang sekolah" Bohong Bara pada Nesa. Karena jujur, sebenarnya Bara sendiri merasa Risih saat Nesa terus menerus mendekatinya.

Sebenarnya Nesa gadis yang baik. Dia juga cantik, hanya saja dia terlihat sedikit centil. Dan Bara kurang menyukai gadis yang seperti itu. Atau mungkin karena memang hatinya sudah diisi penuh oleh nama Ica, hingga tak ada cela sedikitpun untuk gadis lain bisa masuk kedalamnya.

Setelah mengatakan itu Bara langsung menarik Reza, Dia ingin buru-buru pergi dari sana karena tidak ingin terlalu lama menyaksikan kedekatan Ica dan Kahfi. Matanya terlalu sakit jika harus berlama-lama melihatnya.

Tanpa memperdulikan rengekan Nesa, keduanya tetap memilih beranjak. Tujuannya sebenarnya satu, pulang ke rumah masing-masing dan beristirahat. Karena masih tiga hari lagi mereka harus melewati ujian ini. Dan setelahnya hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja.

Setelah mengantar Reza kerumahnya, Bara langsung pulang. Namun sialnya, dijalan dia harus kembali melihat Ica bersama Kahfi sedang berhenti disalah satu lapak penjual jajanan.

Bara memilih terus melajukan motornya. Tujuannya satu, dia ingin segera sampai rumah, mandi dan istirahat. Hari ini tubuh dan fikiran Bara benar-benar lelah. Belum lagi ditambah hatinya yang juga sudah ikutan letih lantaran setiap hari harus menahan berat akibat rasa yang tak pernah bisa tersampaikan.

"Sudah pulang nak" ucap bu Tika, begitu melihat putranya baru masuk rumah. Kebetulan saat itu Bu Tika habis dari luar.

"Sudah bu" Barapun kemudian mencium takdzim tangan ibunya.

"Gimana ujiannya tadi" Tanya bu Tika kemudian

"Lancar bu" Jawab Bara singkat.

Dan setelah mengatakan itu, Bara langsung meminta izin untuk pergi kekamarnya.

Entah kenapa saat bu Tika menatap wajah putranya, sepertinya dia melihat ada kegelisahan yang sedang dirasakan putranya. Namun untuk bertanya bu Tika sengaja mengurungkannya mengingat putranya ini sedang ujian akhir.

"Ra...habis mandi ajak kakakmu makan bareng" Ucap bu Tika pada Fara, adiknya Bara.

Bu Tikapun memilih pergi kedapur untuk menyiapkan makan siang untuk kedua anaknya.

Dikamar Bara tak lantas langsung membersihkan dirinya, dia memilih merebahkan diri sambil menatap langit-langit kamarnya.

Entah berada dimana fikirannya saat ini, Barapun tidak tau dan tidak mengerti mengapa bisa seperti ini.

"Aku sadar Ca, sampai kapanpun aku gak akan pernah bisa menggapaimu. Tangan ini terlalu pendek untuk bisa menjangkau bintang dilangit sana"

Bara terlihat sedang bermonolog sendiri. Entah kenapa sangat sulit Bagi Bara untuk bisa menghapus bayangan Ica.

Berkali-kali Bara berusaha mencari kesempatan untuk bisa menyatakan perasaannya. Namun setiap kali dirinya ingin mengutarakan, selalu ada saja hal yang membuatnya urung untuk mengungkapnya.

"Huft.......Sepertinya Rasa ini lebih suka berdiam diri tanpa mau dirinya diketahui oleh pemiliknya" Lagi-lagi Bara bermonolog sendiri. Bahkan kali ini Bara sampai menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Suara ketukan pintu kamarnya seketika membuyarkan lamunannya. Dia bahkan sampai kaget begitu namanya berulang-ulang kali dipanggil.

Dengan langkah malas, Barapun membuka pintu kamarnya.

"Kak Bara lagi ngapain sih didalam. Dari tadi ku gedor-gedor pintunya gak kedengeran juga" Suara cempreng adiknya langsung terdengar tanpa jeda begitu Bara membuka pintu kamarnya.

"Berisik sih dek, emang ada apa" Berbeda dengan adiknya, Bara memang memiliki karakter yang sedikit kalem

"Sama ibu kalau kak Bara udah mandi disuruh makan siang bareng. Tapi kayaknya kak Bara belum mandi ya, padahal aku udah laper banget ini" Lagi-lagi adiknya ini bicara tanpa jeda hingga membuat telinga Bara sedikit panas mendengarnya.

"Yaudah kamu makan dulu aja gih. Lagian kakak belum lapar" Ucap Bara jujur, karena memang dirinya saat ini tidak merasa lapar sama sekali.

"Tapi Ibu nyuruhnya kita makan bareng kak" seketika wajah Fara terlihat seperti sedang ditekuk.

"Ribet bener dah ini anak. Yaudah kakak mandi bentar, habis ini kita makan bareng" Tak ingin adek bawelnya ini bertambah ribet, Barapun memilih langsung bergegas menuju kamar mandi.

Dan benar saja, tak butuh waktu lama Bara sudah nampak menyelesaikan kegiatan mandinya. Setelah berganti pakaian dia langsung menuju meja makan dan disana sudah terlihat adiknya tengah duduk dengan wajah cemberut.

"Udah, itu muka jangan ditekuk mulu. Gak baik pasang wajah cemberut didepan rezeki" Bara menasehati adiknya.

Keduanyapun langsung makan, dan terlihat Fara makan dengan begitu lahapnya.

Dari pintu kamarnya bu Tika nampak tersenyum sambil geleng-geleng kepala sendiri melihat interaksi kedua anaknya. Sudah pada besar namun tingkah putrinya masih seperti anak kecil. Sementara Bara, dia selalu berusaha menjadi kakak yang baik. Dia sering memberi nasehat jika adiknya melakukan kesalahan meskipun pada akhirnya selalu berakhir dengan Fara yang selalu ngambek.

Terpopuler

Comments

Apri - yani

Apri - yani

lanjut Thor 🙏💪

2023-05-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!