Gagal Total

Pagi ini suasana sekolah terlihat sedikit sepi. Ditambah suasananya nampak hening. Tidak seperti biasanya, dimana selalu terdengar hiruk pikuk suara para siswa.

Sengaja hari ini kelas sepuluh dan sebelas diliburkan. Hanya menyisahkan siswa kelas dua belas. Karena memang hari ini adalah jadwal dilaksanakannya ujian nasional.

"Ke kelas yuk" entah mengapa tiba-tiba Reza menarik tangan Bara dan membawanya menuju ruang kelas mereka.

"Apaan sih, gue masih mau diluar juga" Bara terlihat kesal dengan Reza. Karena sebenarnya dirinya masih ingin berada diluar kelas dan berkumpul bersama temannya yang lain.

"Emangnya mau ngapain diluar. Lagian bentar lagi juga udah waktunya masuk" Reza sengaja mengatakan itu agar sahabatnya ini tidak menaruh curiga.

Sebenarnya alasan mengapa Reza tadi langsung menarik Bara menuju kelas adalah karena dari kejauhan dia melihat Ica sedang berjalan beriringan dengan Kahfi. Dan sepertinya Kahfi hendak mengantar Ica menuju kelasnya.

Sebelum Bara menyaksikan secara langsung adegan itu dan berujung bisa membuat konsentrasi ujiaannya terganggung. Membuat seorang Reza langsung mengambil tindakan tersebut. Dia tidak ingin sahabatnya pagi-pagi sudah merasakan sakit hati karena melihat gadis pujaannya bersama pria lain.

"Aku balik ke kelas dulu. Semangat ujiannya" itu adalah kalimat yang diucapkan Kahfi saat dirinya sudah sampai didepan pintu kelasnya Ica.

Icapun hanya menanggapinya dengan tersenyum kikuk, karena tanpa disengaja dari dalam kelas ada dua sosok laki-laki yang tengah duduk di deretan bangku yang letaknya lurus pada pintu masuk sedang menyorotinya. Siapa lagi kalau bukan Bara dan Reza.

Bara sendiri yang melihat itu jadi mengerti, mengapa tadi sahabatnya ini tiba-tiba menariknya dan mengajaknya menuju kelas.

"Pagi Bar, pagi Za" Sapa Ica dengan wajah yang masih terlihat gugup. Entah mengapa Ica merasa dirinya saat ini sudah seperti seorang tersangka yang ketahuan berbuat salah.

"Pagi juga Ca" Bukan Bara yang menjawab sapaan dari Ica, melainkan Reza.

Sementara Bara hanya menanggapinya dengan tersenyum simpul saja tanpa mau sedikit saja mengucapkan sepatah kata.

Entah mengapa pasca melihat Ica lagi-lagi diantar oleh Kahfi, membuat bibirnya seketika menjadi kelu.

"Udah siap ujian Ca" Reza bertanya sengaja untuk memecah keheningan.

"Siap gak siap kan emang udah waktunya" jawab Ica sambil berusaha menampilkan senyum terbaiknya, meskipun senyum itu sebenarnya berat untuk dia lontarkan.

"Bener Za, siap gak siap jika memang sudah sampai pada waktunya maka mau tidak mau tetap saja kita harus bersiap menghadapinya. Sekalipun itu terasa berat" Entah mengapa tiba-tiba Bara mengatakan hal itu. Hingga membuat Reza dan Ica seketika saling menatap satu sama lain. Reza sangat mengerti maksud dari ucapan yang dilontarkan oleh Bara. Sementara Ica, entahlah hanya dia dan sang pencipta-Nya yang tau. Tak lupa juga Author🤭

Namun kendati keduanya tidak mengerti, mereka memilih diam. Apalagi Reza, pria yang biasanya suka sekali berkomentar dan memberi saran beserta masukan pada sahabatnya itu, kali ini memilih diam.

Reza faham betul bagaimana kondisi hati sahabatnya saat ini. Sakit, itu sudah pasti dirasakan Bara. Meski sudah berulang kali Reza mengingatkan agar mencoba perlahan menghapus rasa yang ada untuk Ica, namun yang namanya hati akan sulit diubah jika sudah terlanjur terisi. Mungkik hanya pencipta-Nya yang bisa membolak-balikkan isi dari pada hati sahabatnya itu.

"Kayaknya udah bel, duduk yuk" Beruntung saat dalam kondisi seperti itu bel tanda masuk sudah dibunyikan. Itu artinya sebentar lagi masuk waktu ujian, dan itu artinya juga Reza bisa mengalihkan topik agar tidak membahas hal yang hanya akan membuat Bara semakin sakit.

Benar saja, tak lama kemudian dua pengawas ujian sudah memasuki ruangan. Para siswapun nampak sudah mulai duduk dengan rapi di tempat yang sudah diurutkan berdasarkan nomer peserta masing-masing.

Suasana kelas seketika berubah menjadi hening. Semua terlihat fokus mengerjakan soal masing-masing. Hingga tanpa terasa waktu seratus dua puluh menit sudah berlalu. Itu artinya selesai tidak selesai, soal dan lembar jawaban sudah harus dikumpulkan. Dan setelahnya siswa diperbolehkan untuk beristrirahat sembari menunggu untuk mengerjakan mata pelajaran yang hendak diujian berikutnya.

Dan setelahnya satu persatu siswa mulai keluar meninggalkan ruang ujian mereka. Termasuk Reza, dia pergi kekantin sendiri karena Bara yang lebih memilih untuk tetap berada didalam kelas.

Hal itu juga dilakukan oleh Ica, gadis itu juga memilih membaca buku didalam kelas dari pada keluar bersama yang lain.

"Bar....tumben gak ke kantin" Ica berinisiatif menyapa lebih dulu.

"Lagi pengen dikelas aja. Kamu sendiri tumben gak kekantin bareng Fika" Bara nampak bertanya balik.

"Sama, gue lagi males keluar. Lagian masih kenyang juga"

Barapun menanggapi jawaban yang diberikan oleh Ica hanya dengan mengangguk-anggukkan kepala.

"Bar...."

"Ca....."

Entah ada angin apa kedua orang ini tiba-tiba kompak saling memanggil satu sama lain.

"Lho aja duluan" Ica memberi kesempatan Bara untuk berbicara lebih dulu.

"Kamu aja gak pa pa duluan. Ladies first kan" Barapun malah meminta balik Ica agar berbicara lebih dulu.

"Gak ah kamu duluan aja, aku belakangan. Biasanya cowok suka simpel kalau bicara" Ica masih saja enggan untuk berbicara lebih dulu.

"Ca....sebenarnya ada yang mau gue omongin sama lho" Bara terlihat sangat gugup sekali sekali saat dirinya mulai berbicara.

"Emangnya kamu mau ngomong apa" Ica begitu terlihat sangat antusias mendengar apa yang hendak Bara bicarakan.

"Gue mau bilang kalau sebenarnya gue...."

"Sayang....jadi kamu disini, pantesan aku cari dikantin gak kelihatan"

Belum selesai Bara berbicara, dari arah pintu terlihat Kahfi datang dan memanggil nama Ica. Dan yang paling membuat Bara sedikit tersentak hatinya, kali ini Kahfi memanggil Ica dengan panggilan sayang.

Icapun sampai dibuat kaget dengan kedatangan Kahfi yang tiba-tiba. Apalagi mendengar panggilan Kahfi yang disematkan kepadanya, sungguh telinga Ica rasanya geli sendiri. Selain itu tentu saja Ica merasa tidak enak hati pada Bara.

Tadinya Ica sudah sangat yakin jika Bara kemungkinan besar akan mengungkapkan perasaannya. Dan diapun juga akan jujur pada perasaannya selama ini. Namun sayang, semuanya gagal total karena kehadiran Kahfi yang tiba-tiba, hingga membuat Bara seketika diam membisu.

Bara sendiri memang bermaksud untuk mengungkapkan tentang perasaannya selama ini pada Ica. Dirinya sudah bersiap dengan apapun jawaban yang akan Ica berikan kepadanya. Namun bibirnya langsung kelu seketika melihat Kahfi datang dan memanggil Ica dengan panggilan sayang.

Bara jadi meyakini jika kali ini hubungan keduanya sudah berjalan begitu jauh Dan jika dirinya memaksakan diri itu sama saja dirinya menjadi perusak bagi hubungan keduanya.

Dengan hati yang lagi-lagi harus menahan luka, Bara lebih memilih berpura-pura sibuk membaca bukunya. Padahal saat ini dirinya sedang sibuk menguatkan hati agar bisa bertahan dari rasa sakit.

Bara yakin setelah ini dirinya harus menyaksikan drama sepasang kekasih yang ada dihadapannya saat ini.

"Ini aku bawaain minum. Kamu pasti haus" Benar saja, Kahfi terlihat menyodorkan cup berisi jus jeruk dan mengarahkannya pada Ica agar mudah untuk dia meminumnya.

"Ak-aku bi-bisa sendiri" Diperlakukan seperti itu, membuat Ica terlihat sangat gugup sendiri.

Namun Kahfi terlihat tetap memaksakan agar Ica mau meminum jus itu langsung dari tangannya. Hingga membuat Bara dengan terpaksa memilih untuk mengalihkan pandangannya agar tidak menyaksikan hal itu.

Dan tanpa diketahui saat ini didepan pintu berdiri Reza dan juga Fika yang tanpa mereka sadari juga menyaksikan drama itu.

Reza bisa membayangkan bagaimana perasaan sahabatnya kali ini. Sedang Fika, dia hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah sahabatnya.

Untuk menghentikan drama itu, Reza sengaja berdehem dengan sedikit keras. Hingga membuat pandangan ketiganya seketika langsung beralih kearah pintu.

"Lagi ujian kalian malah sempet-sempetnya pacaran" Bukan Reza yang mengatakan itu, tapi Fika yang merasa kesal sendiri.

"Maaf, gue cuman nganterin jus ini doang kok" Kahfi terlihat menepis tuduhan yang dilontarkan oleh Fika.

"Gue, balik dulu ya. Pulangnya gue jemput disini"

Setelah mengatakan itu Kahfi langsung meninggalkan ruang kelas itu. Sementara Ica, dia masih terlihat mematung ditempatnya tanpa berniat membuka suara.

Terpopuler

Comments

Apri - yani

Apri - yani

lanjut Thor 💪🙏

2023-05-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!