Ji San pun melihat tanggal di jam tangannya sembari berbincang di telepon selulernya dengan Seo Nu.
"Satu minggu dari sekarang, zat stimulan dalam parfum itu akan bekerja, lambat laun akan menjalar ke otak mereka, semakin mereka hirup maka mereka akan semakin agresif," ujar Ji San sembari bersandar di kursinya dengan santai.
Seo Nu yang mendengar itu tersenyum puas, tapi ia tetap harus waspada.
"Lalu jika kemungkinan terburuknya polisi menemukan kejanggalan dalam parfumku dan harus mengecek-nya ke laboratorium, bagaimana?"
Terdengar Ji San tertawa kecil di seberang telepon.
"Aku tidak sebodoh itu Nu ..., zat itu efeknya akan bertahan selama dua minggu saja dalam botol, zat itu akan bekerja lebih lama bila berada di dalam tubuh manusia, jadi polisi akan kesulitan menemukan sumber keanehannya dari mana."
Senyum Seo Nu makin mengembang, ia makin rilex bersandar di kursi bahkan memutar ke kiri dan kanan kursi kantornya itu di belakang meja.
"Dua Minggu zat itu bertahan dalam botol, sementara itu satu minggu efeknya mulai bekerja ... itu artinya sisa satu minggu lagi aku akan melihat kekacauan yang terjadi ..., hmm ...., itu cukup waktu bagiku," ujar Seo Nu yang memainkan ballpoint di jemarinya.
"Ya ... cukup sebelum mereka menyadari apa yang terjadi ... detektif pasti mulai sadar saat itu tapi sayang buktinya akan lenyap," timpal Jee Yeon yang sedari tadi mendengarkan Seo Nu, ia tertawa kecil.
Seo Nu pun mengakhiri panggilan teleponnya, ia berdiri dari duduknya, dan berjalan ke arah jendela sembari memasukkan tangan ke saku celananya.
Jee Yeon hanya duduk di kursi kantor di depan meja Seo Nu sembari menatap CEO-nya yang sekarang tengah berdiri menatap ke luar jendela dengan memunggunginya.
'Kau memang memberiku segalanya, tapi aku tahu kau akan mengorbankan ku jika sesuatu terjadi ..., kau telah berubah Nu, kau telah di butakan kekuasaan, kau bukan sahabatku seperti dulu,' batin Jee Yeon sembari menatap Seo Nu.
Seo Nu masih memandangi ke luar jendela melihat pemandangan kota Seoul, baik ketika penat maupun ketika merasa puas dengan pekerjaan di perusahaan.
Namun beberapa tahun terakhir ini ia sering memasukkan tangan ke sakunya ketika berhadapan dengan orang lain, yang menurut psikolog itu merupakan gestur seseorang yang tak percaya pada siapapun.
'Aku begitu mempercayaimu Jee Yeon, aku tentu berhati-hati agar perusahaan kita tak pernah terkena dampak hukum, namun begitu teganya kau menggelapkan uang perusahaanku ... kau pikir aku tak tahu Jee Yeon?' Seo Nu berbalik badan menatap Jee Yeon di belakangnya yang masih duduk di sana sembari batinnya bergejolak menyembunyikan amarahnya.
Jee Yeon dan Seo Nu adalah sahabat semasa di bangku kuliah, mereka sama-sama membangun perusahaan ketika masih seadanya dulu.
Mereka hanya bisa menyewa kantor kecil dengan luas 10m² . Mereka menjual apapun dan membuat aplikasi marketplace sendiri.
Mereka begadang bekerja lembur bersama, makan teokboki dan kimbab bersama di kantor itu.
"Seo Nu, ini kimbab khusus untukmu, ibuku yang membuat. Tak ada timun di dalamnya tenang saja," ujar Jee Yeon kala itu sembari memberi sekotak kimbab bekalnya.
"Terima kasih, ibumu sudah seperti ibuku saja, ia hafal betul aku tak suka timun," jawab Seo Nu yang begitu lahap memakan kimbab dari Ibu Jee Yeon.
Seiring berjalannya waktu perusahaan mereka semakin berkembang, Seo Nu begitu banyak memakai tabungannya untuk membangun bisnis ini dari nol. Bahkan Seo Nu berani melakukan perdagangan ilegal demi membuat perusahaannya menjadi kian besar seperti sekarang. Ia berkomplot dengan para mafia setempat agar bisnisnya lancar tak tercium oleh hukum.
Kesibukan kantor telah membuat jarak antara Seo Nu dan Jee Yeon. Namun begitu banyak hal buruk yang Seo Nu lewatkan karena begitu mempercayai sahabatnya sendiri.
"Nu, by the way kita sudah lama tak makan siang bersama. Apa kau punya waktu sekarang tanpa membahas pekerjaan?" tanya Jee Yeon yang memecah lamunan Seo Nu.
"Oh, itu ide bagus. Ayo makan siang bersama," jawab Seo Nu yang berjalan mendekati Jee Yeon.
Mereka berdua keluar ruangan menuju restoran perusahaan, semua karyawan executive membungkuk hormat ketika Seo Nu lewat.
Lantai kantor executive hanya berada di lantai paling atas, beserta executive lounge tempat makan para pegawai executive. Hanya mereka yang berada di zona executive yang bisa bertemu langsung dengan Seo Nu.
Lantai istimewa itu di jaga ketat oleh security profesional, tak ada sembarang orang yang boleh masuk lantai ini. Semua Seo Nu rancang agar privasinya tetap terjaga. Termasuk lift executive-nya pun hanya boleh di gunakan oleh Seo Nu.
Terlihat Jee Yeon dan Seo Nu sedang duduk menghadap jendela sembari menyantap makanannya.
*Executive Lounge
"Sudah lama kita tak berbincang sembari makan siang seperti ini," ujar Jee Yeon dengan nada bicara yang tenang.
Seo Nu sedang mengunyah makanannya dengan tenang ketika ia mendengar Jee Yeon berbicara. Namun ia tiba-tiba menghentikan kegiatannya itu, meletakkan alat makannya di atas meja makan dan menatap Jee Yeon penuh misteri.
"Tumben sekali kau mengajakku makan siang bersama, apa ada hal yang ingin kau utarakan?" Seo Nu menatap tajam Jee Yeon menebarkan kesan dingin pada suasana siang itu.
Jee Yeon merasa tatapan Seo Nu tidak sehangat dulu, kini tatapan sahabatnya bagai memandang lawan di depannya.
"Tak ada apa-apa, aku hanya mengingat kebiasaan yang kita lakukan sedari dulu ..., kebiasaan yang sudah mulai hilang, dan mungkin kau lupakan ...," ujar Jee Yeon dengan nada suara yang tetap tenang namun penuh penekanan.
Seo Nu mengangguk tipis menatap Jee Yeon, ekspresinya seolah tak tertarik dengan apa yang Jee Yeon bicarakan, lalu ia melanjutkan kembali menyantap makanannya.
"Kita bukan lagi remaja yang harus lengket dengan temannya, kita sekarang adalah pria dewasa yang sudah di sibukkan dengan pekerjaan ...," jawab Seo Nu tanpa menatap Jee Yeon dan terfokus memotong beef steak dengan tingkat kematangan rare di piringnya.
Jee Yeon membuang nafas tipis lalu melanjutkan pula makannya.
"Ya, kurasa bukan kau yang berubah, mungkin memang aku yang tak mengenali siapa dirimu sebenarnya."
Dinner knife di tangan Seo Nu memotong daging yang terlihat masih merah, seolah seseorang yang mengendalikan pisau sedang melampiaskan amarahnya pada daging setengah matang itu.
Seo Nu mendengar semua perkataan Jee Yeon dalam diamnya, ia menatap Jee Yeon sekali lagi sembari menyeka bibirnya dengan serbet.
"Aku sudah selesai makan, lain kali mungkin kita pergi minum bersama agar kau lebih tau siapa aku atau mungkin sebaliknya ...," ujar Seo Nu tersenyum dingin dan sedikit minum, lalu berdiri sambil menepuk pundak Jee Yeon.
Jee Yeon hanya terdiam melihat Seo Nu yang pergi meninggalkan sisa makanannya juga meninggalkan dirinya dengan perasaan kesal.
'Kau tak mengenal diriku? Atau aku yang tak mengenal dirimu hingga sampai tega kau hianati aku dan perusahaan ini dengan menggelapkan uang perusahaan? Dasar berengsek!' batin Seo Nu sembari berjalan kembali ke ruangannya.
. . . ⇢ Bersambung ࿐ྂ
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments