Pulang sekolah Bunga memaksa Amira mengantarkannya ke swalayan entah apa yang ingin Bunga beli membuat Amira sungguh kesal.
Bagaimana tidak kesal jika dari tadi Bunga terus saja muter-muter bahkan belum ada satupun barang yang Bunga beli.
Padahal ini sudah satu jam lebih mereka berputar-putar bahkan sampai kepala Amira pusing sendiri.
"Apa sih yang kamu cari, dari tadi muter-muter terus. Ini mau hampir sore aku harus segera pulang!"
"Sabar dulu napa Ra,"
Dengan santainya Bunga menyuruh Amira santai sungguh punya sahabat benar-benar merepotkan.
"Ya sudah, aku mau istirahat bentar, kamu cari saja dulu apa yang kamu cari!"
Ketus Amira membuat Bunga mengerucutkan bibirnya. Tapi Bunga tak bisa protes jika Amira sudah seperti itu.
Kini Bunga mencari-cari apa yang ia cari namun Bunga tak menemukannya.
Sial, dimana aku harus mencari Suami. Kenapa di sini tak ada yang menjualnya. Aku kan sudah janji sama mama akan membeli Suami.
Mau nanya tapi malu, takut di ketawa in. Aisstt, apa yang harus aku lakukan!
Bunga terus saja menggerutu dalam hati karena sulit sekali mencari apa yang ia cari. Bahkan tak ada satupun barang yang berlebel Suami.
"Jika aku tak mendapatkannya mama pasti akan bilang aku payah!"
Bunga terus saja menggerutu sambil melihat-lihat dengan seksama takut ada yang ia lewatkan.
Bruk ...
"Awwss,"
Tanpa sengaja Bunga menubruk benda yang sangat keras bahkan sampai kepala Bunga terasa sakit.
"Sorry!"
Ucap seseorang merasa bersalah karena sudah menubruk Bunga sampai membuat Bunga mengusap-usap keningnya.
Bunga yang mendengar orang berkata sorry langsung mengangkat kepalanya.
Deg ..
Seketika Bunga terdiam dengan mata berkedip-kedip lucu menatap seorang dewa di depannya.
Badan tinggi dengan wajah tampan, di hiasi alis tebal, sorot mata meneduhkan, hidung mancung dan bibir seksi.
Bunga terpesona melihat orang di depannya yang menautkan kedua alisnya bingung karena melihat Bunga yang malah bengong.
Oh ya ampun mama, putrimu tak bisa menemukan Suami tapi putrimu bertemu dengan dewa Yunani. Dia sangat tampan melebihi ketampanan ayah!
Batin Bunga tersenyum sendiri mengagumi ketampanan orang yang ada di hadapannya.
"Hallo, dek .. hey ...,"
Ucap Raja bingung dengan tingkah gadis di depannya. Raja melambai-lambai tangan di depan wajah Bunga karena sendari tadi bengong.
Awwss ....
Bunga menjerit kesakitan ketika tiba-tiba hidungnya di cubit membuat Bunga langsung tersadar dari lamunannya.
"Dek, apa kamu tidak apa-apa maaf saya tak sengaja menabrak kamu!"
Ucap Raja merasa bersalah, Bunga hanya menggelengkan kepala cepat.
"Ta-tak apa,"
"Kalau begitu saya permisi!"
Ucap Raja sopan langsung pergi meninggalkan Bunga sambil mendorong trolinya.
"Ah, siapa dia kenapa tampan sekali. Apa dia dewa turun dari kayangan!"
Gumam Bunga sambil menepuk-nepuk pipinya yang terasa panas. Apalagi Bunga masih terngiang jelas suaranya yang begitu lembut menyejukkan hati.
"Dek, ah sungguh manis. Apa dia mau jadi kakak ku panggil aku adek segala!"
Oceh Bunga lagi sambil tersenyum-senyum sendiri bahkan tanpa sadar Bunga mengambil salah satu sarden.
"Sudah selesai belanjanya?"
Tanya Amira membuat Bunga terperanjat kaget karena Amira tiba-tiba muncul di depannya.
"Ah, su-sudah!"
"Apa yang kamu beli!"
"Ini!"
"What!!"
Pekik Amira membulatkan kedua bola matanya bahkan mata Amira hampir keluar.
Bagaimana tidak terkejut sendari tadi berkeliling berjam-jam hanya untuk membeli satu sarden bahkan ukurannya yang sangat kecil.
Amira memejamkan kedua matanya benar-benar merasa kesal dengan apa yang Bunga lakukan.
Tanpa berkata Amira langsung pergi membuat Bunga bingung.
"Ra, tunggu aku bayar dulu ini!"
Teriak Bunga berlari menuju kasir guna membayar sarden yang ia pegang.
Bahkan sang kasir pun melongo melihat Bunga menyerahkan tempat belanja sedang isinya hanya sarden saja bahkan sarden yang berukuran kecil.
"Mba, kembalinya gak usah, buat mba saja beli es krim!"
Seloroh Bunga sambil berlari membawa satu sarden. Bunga tak mau membuat Amira lama menunggu lagi.
Kelakuan Bunga sungguh mengundang gelak tawa pengunjung. Mereka tertawa karena kepolosan Bunga dan tingkah Bunga yang konyol bahkan sang kasir hanya bisa melongo memegang uang seratus ribu hanya untuk membayar satu sarden yang bahkan harganya cuma delapan ribu.
Tanpa Bunga sadari sendari tadi seseorang memerhatikan tingkahnya. Bahkan dia menyunggingkan senyum manisnya melihat betapa konyol dan lucunya tingkah Bunga.
"Menggemaskan!"
Gumam seseorang tersebut langsung berlalu pergi begitu saja.
.
"Ra sudah dong jangan marah, maafkan aku ya!"
Rengek Bunga dengan wajah memelasnya. Amira hanya diam saja fokus menyetir, Amira hanya ingin segera sampai mengantar Bunga kerumahnya. Rasanya kepala Amira mau pecah saja jika terus bersama Bunga.
Mang Supri membukakan gerbang ketika melihat nona mudanya sudah pulang sekolah. Namun mang Supri heran kenapa nona mudanya tak membawa barang belanjaan bukankah tadi pagi bilang dia akan belanja ke swalayan.
"Makasih Ra, hati-hati!"
Teriak Bunga pada Amira yang langsung pulang saja.
"Terimakasih mang Sup!"
Ucap Bunga tulus karena mang Supri sudah membukakan pintu untuk nya.
Bunga berlari menuju rumah karena ingin segera bertemu sang mama.
"Mama, Ayah. Bunga pulang!!!"
Seperti biasa pada pelayan menutup telinganya sendari tadi karena sudah siap pasti nona muda mereka berteriak dengan suara cempreng nya.
Itu sudah menjadi rutinitas mereka karena sudah terbiasa.
"Mba Kus, mama di mana?"
Tanya Bunga pada kepala pelayan karena Bunga tak menemukan sang mama dan sang ayah. Bukankah mereka harusnya sudah pulang kerja karena sekarang sudah sore.
"Nyonya dan tuan besar ada di taman belakang non!"
"Terimakasih mba!"
Bunga langsung berlari menuju taman belakang yang memang suka di pakai bersantai oleh kedua orang tuanya.
"Mama, Ayah!"
"Putrimu tuh Yah,"
"Putri kita sayang!"
Ucap Aldi meluruskan ucapan sang istri membuat Jelita mengerucutkan bibirnya.
Cup ...
"Oh ya ampun, kalian selalu menodai mata suci Bunga!"
Pekik Bunga kesal karena kedua orang tuanya selalu saja bermesraan di hadapan dirinya.
"Ada apa sayang, kenapa teriak-teriak. Anak perempuan gak boleh teriak-teriak pamali!"
"Habis mama sama ayah gak nyambut Bunga pulang!"
"Ya .. ya maafkan kami!"
Huh ....
Bunga menghela nafas berat lalu mendudukkan bokongnya di atas kursi dengan wajah di tekuk.
Aldi dan Jelita saling pandang satu sama lain bingung melihat perubahan raut wajah putrinya.
"Ada apa sayang, kenapa bete begitu!"
"Mama dan ayah tahu gak, dari tadi Bunga muter-muter mau beli sesuatu di swalayan tapi Bunga tak dapat-dapat. Bahkan Bunga sudah tiga jam mencarinya tapi tak ada juga!"
Cerocos Bunga mengadu kekesalannya.
"Emang kamu cari apa sayang, kenapa gak kasih tahu ayah saja biar ayah yang Carikan!"
"Tapi Bunga ingin cari sendiri, tapi tetap tak ada!"
"Emang apa yang kamu cari ayo katakan!"
"Suami!"
"Suami!"
Ucap Jelita dan Aldi berbarengan bahkan mereka saling pandang kaku.
"Iya, Bunga cari Suami tapi tak ada satupun barang yang bermerk Suami. Padahal Bunga ingin buktikan pada mama jika Bunga juga punya!"
Oh ya ampun Jelita dan Aldi tak bisa menahan tawanya lagi. Bagaimana bisa mereka punya anak se absurd begini.
"Aisstt,, mama dan ayah kok ketawa sih Bunga cape tahu carinya!"
Kesal Bunga karena kedua orang tuanya malah menertawakan dia.
"Maaf-maaf sayang, terus jadinya kamu beli apa?"
"Karena tak ada merk Sumai jadi Bunga beli ini! merk Sarden!"
Duarrr ...
Bersambung ...
Jangan lupa, Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments