Bunga dengan santainya makan tanpa memperdulikan tatapan sang mama.
Bunga terus saja melahap makanannya dengan rakus seolah sedang kelaparan.
"Nak, pelan-pelan makannya!"
Tegur Aldi membuat Bunga mengangguk saja dengan mulut penuh nasi.
Aldi mengelus punggung sang istri agar tenang jangan marah-marah mulu.
Huh ...
Jelita menghela nafas berat lalu memulai makan bersama sang suami.
Bunga memang sangat banyak sekali makan namun anehnya perutnya tak pernah membuncit. Perutnya tetap langsing dan seksi saja.
Terkadang Jelita dan Aldi takut dengan cara makan sang anak membuat Bunga menjadi jumbo tapi nyatanya sebanyak apapun Bunga makan tak pernah menjadikan Bunga menjadi jumbo.
"Aissttt, mama menyuapi ayah mulu tapi Bunga gak di suapin!"
Protes Bunga sangat kesal mama dan ayah nya selalu saja terlihat romantis di depan dia.
"Makannya cari suami, biar bisa kaya mama,"
Pancing Jelita menggoda Bunga, Jelita tahu putrinya sangat sensitif jika membahas kata suami.
"Ya .. Ya nanti Bunga beli di swalayan!"
Para pelayan yang mendengar ucapan nona muda membekam mulutnya agar tawa mereka tak keluar. Sungguh Bunga memang ajaib, memangnya ada suami di jual di swalayan.
Jelita dan Aldi lagi-lagi menahan nafas mendengar ucapan putrinya. Ingin tertawa namun kesal dengan ucapan absurd sang putri.
"Lihat saja besok, Bunga akan cari suami. Bahkan lebih dari ayah!"
"Sudah ah, Bunga kenyang Bunga duluan ma, yah!"
Bunga pergi begitu saja menyisakan kedua orang tuanya yang di buat bengong. Sungguh entah sipat siapa yang turun pada Bunga perasaan Jelita dan Aldi tidak seperti itu.
Bunga mengunci pintu kamarnya lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Tak lama Bunga bangun dan menatap ke sekeliling kamarnya yang nampak rapih.
"Aisst, kenapa mama suka sekali beres-beres padahal kan nanti berantakan lagi!"
Gumam Bunga kembali merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamarnya.
Bunga terdiam seolah sedang memikirkan sesuatu entah apa yang sedang Bunga pikirkan.
Tak lama Bunga tertidur dengan lasak bahkan yang tadinya tidur menyamping kini berputar seperti jarum jam saja.
Sungguh itu tidur anak laki atau anak perempuan kenapa sangat mengerikan sekali.
Bahkan Bunga sempat terjatuh namun bangkit dengan mata masih merem.
Bruk ...
Bunga menendang guling hingga guling yang asalnya Bunga peluk tergeletak tak berdaya di lantai.
Entah bagaimana jadinya jika Bunga besok benar-benar mendapatkan suami. Mungkin suaminya akan kabur atau pingsan melihat kelakuan Bunga.
.
Semilir angin sejuk masuk dari celah-celah jendela makar Bunga. Bunga menggeliat merasakan dingin pada kulitnya.
Emmz ...
Perlahan Bunga membuka kedua matanya lucu.
Akhh ...
Bunga menggeram merasakan sakit pada sekujur tubuhnya.
Bagaimana tak sakit jika Bunga tidur lasak bahkan sampai jatuh ke lantai dan sekarang Bunga bangun dalam posisi tidur di lantai.
"Oh my good!!"
Pekik Bunga membulatkan kedua matanya ketika melihat jam. Dengan cepat Bunga bangun beranjak ke dalam kamar mandi guna membersihkan tubuhnya.
Begitulah Bunga setiap paginya selalu rusuh dan tergesa-gesa bahkan sampai mem berantakan lemarinya ketika mengambil baju olahraga karena memang hari ini jadwal olahraga.
Bunga berlari menuruni anak tangga membuat Aldi dan Jelita melongo melihat penampilan putrinya.
"Ma, ayah. Bunga berangkat dulu, ini sudah telat!"
Ucap Bunga mencium punggung tangan Jelita dan Aldi yang masih bengong.
Bagaimana tidak bengong jika Bunga belum mengikat rambutnya, kaus kaki baru di pakai sebelah dan tas masih terbuka.
Mang Supri, sang supir menutup mulutnya melihat kelakuan nona muda yang setiap pagi pasti ada saja tingkahnya.
Bahkan kali ini ingin sekali tertawa melihat penampilan Bunga namun mang Supri tak seberani itu.
"Mah Sup cepetan dong, Bunga sudah telat nih!"
Teriak Bunga membuat mang Supri langsung tersadar dan bergegas masuk kedalam mobil.
Di dalam mobil Bunga membenarkan penampilannya agar terlihat rapi.
"Oh sial!"
Gerutu Bunga ketika melihat kaus kaki yang dia pakai dan dia pegang ternyata berbeda warna.
Tapi bukan Bunga namanya jika kelakuan dia tidak absurd. Dengan cepat Bunga memakai sepatunya tak peduli dengan kaus kaki dia yang berbeda sebelah. Untung hari ini olah raga jadi kaus kaki Bunga terhalang celana olah raga.
Bunga tak bisa membayangkan jika hari ini bukan olah raga yang ada dia akan menjadi bahan tertawaan.
"Mang Sup, nanti jangan jemput ya soalnya Bunga mau pulang sama teman Bunga!"
"Siap non!"
Bunga langsung melesat keluar dan menutup pintu dengan kencang membuat mang Supri terkejut sambil mengusap dadanya.
"Untung anak majikan, jika bukan sudah aku bejek-bejek!"
Gerutu mang Supri karena terkejut Bunga selalu saja seperti itu.
Bunga berlari menuju kelas untung saja belum masuk ada sisa waktu beberapa menit lagi.
"Tumben telat?"
"Biasa nonton horor jadi gini!"
Ucap Bunga terkekeh sendiri membuat Amira mendengus sebal.
"Hey, bar-bar sini loe!"
Teriak Fatih menatap tajam pada Bunga membuat Bunga menelan Slavina nya kasar.
Pasalnya siapa yang tak tahu seorang Fatih Al-biru si tukang buli.
"Fatih, apaan sih loe!"
Sentak Amira menatap tajam pada Fatih membuat Bunga terasa terlindungi. Andai saja Bunga tak berteman dengan Amira mungkin Bunga akan menjadi korban buli Fatih selanjutnya.
"Jangan ikut campur, Ra!"
"Berani sama Bunga lihat saja nanti!"
Fatih mendengus kesal menatap Amira karena Amira satu-satunya anak yang berani melawannya dan anehnya Fatih tak bisa menang jika berdebat dengan Amira.
Bunga menghela nafas lega karena Fatih selalu kalah dengan Amira membuat Bunga merasa terlindungi.
"Thank, Ra!"
"Hm,"
Bunga mengerucutkan bibirnya sahabat selalu saja bicara irit. Walau begitu hanya Amira yang mau berteman dengan dia.
"Ra, katanya ada murid baru kamu tahu gak?"
"Gak!"
"Aisstt, dia anak mana ya laki-laki atau perempuan!"
"Jangan sampai anak baru itu perempuan aku gak kebayang bagaimana nasibnya di buli sama Fatih!"
"Aku saja kesal sebel banget sama dia!"
Bunga terus saja ngedumel sambil bisik-bisik agar tak terdengar Fatih bisa mampus jika dia terus membicarakan Fatih.
"Kabarnya hari ini masuk, tapi kok belum datang juga!"
Amira menghela nafas berat karena Bunga selalu saja mengoceh. Bibirnya itu tak bisa diam sama sekali.
Entah terbuat dari apa orang tua Bunga mencetaknya kenapa bawelnya minta ampun.
"Semua kelas XI ngumpul di lapangan!"
Teriak salah satu murid anak kelas XI membuat Bunga mengerucutkan bibirnya. Artinya kelas olahraga akan segera di mulai.
Bunga paling malas jika olahraga yang harus panas-panas.
"Kenapa gak di kelas sih olahraga!"
"Kan panas, mana cape lagi bagaimana kulitku jika hitam!"
"Oh ya ampun Bunga!"
Geram Amira kesal karena dari tadi Bunga terus saja mengoceh tak jelas membuat kepala Amira mau pecah saja.
"Bisa diam tidak, mau aku bilangin Fatih agar kau jadi korban seperti dia!"
Geram Amira sambil menunjuk salah satu adik kelas yang sedang Fatih palak bahkan menyuruhnya push up.
"Jangan dong Ra, tapi ini bibir gak bisa diam sulit tahu!"
"Bahkan mama saja selalu pusing dengar suara aku!"
"Ayah juga dan mba-mba di rumah, tapi mereka sudah biasa!"
Amira menahan nafas mendengar ocehan Bunga sungguh sangat-sangat menjengkelkan sekali.
Karena saking kesalnya Amira berjalan mendahului Bunga karena jika terus di samping Bunga rasanya kepala Amira mau pecah saja.
"Ra, Amira tunggu!"
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments