Di sela-sela pemaksaan mereka, tiba-tiba datang 2 mobil mewah terparkir tepat di depan halaman rumah Marun.
Semua orang langsung mengalihkan pandangan mereka saat melihat orang-orang yang menumpangi mobil itu keluar.
1 orang pria berjas Rapih keluar dari dalam mobil mendekati rumah milik Marun dengan tatapan tak bersahabat dari mereka.
Diikuti oleh 6 pria bertubuh tinggi dan sangat berotot dengan wajah menyeramkan mereka.
"Hajar mereka, lindungi Nona Marun. " Titah Max yang langsung dituruti oleh ke 6 pria itu.
"Siapa kau! Berani-berani nya datang kemari! Apa kalian tau ini wilay-! " Belum selesai Bos Firdaus bicara, salah satu pria berotot itu langsung memukul wajahnya dengan sangat kuat hingga membuat dia langsung ambruk ke atas tanah.
kedua lubang hidung dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.
Kedua anak buahnya menatap ngeri kearah ke 6 pria berotot itu. Tubuh mereka bergetar, dan tanpa aba-aba langsung kabur dari tempat itu meninggalkan Bos mereka.
Marun yang melihat hal itu menutup mulutnya menggunakan tangan kanannya. Max pun mendekatinya dengan senyuman semanis gula dan secerah matahari.
"Maaf Nona, membuat Anda takut. Tapi saya hanya ingin membantu Anda. Nama saya Max, dan Anda? " Tanya Max dengan sangat sopan.
Marun yang masih kaget dan syok menjawab pertanyaan Max dengan mulut bergetar.
"Marun." Jawabnya singkat.
Max kembali tersenyum. Dia mendekati Bos Firdaus dan menyimpan koper di sampingnya. "Ini adalah uang untuk melunasi semua hutangnya. Jadi semua hutangnya lunas, dan kau tak bisa menagih apa-apa lagi padanya. " Ucapnya membuka koper yang berisi uang miliaran.
Lalu kembali berbalik menatap Marun yang terlihat kaget saat dia memberikan uang sebanyak itu pada Bos Firdaus.
"Tuan Max, padahal anda tak perlu melakukan itu. " Ucap Marun merasa tak enak karena hutangnya di bayar oleh orang yang baru dia kenal.
"Tidak papa Nona, ini juga salah perintah dari Bos kami. Dia ingin menemui anda. " Jelas Max.
"Bos kalian? " Marun mengerutkan kening.
Max mengangguk. "Iyah, dia ingin bertemu denganmu. "
"Baiklah, aku juga ingin berterimakasih padanya karena mau dengan senang hati membayarkan hutang ku. " Jawab Marun polos tanpa ada sedikitpun rasa curiga.
Maaf Nona, aku terpaksa berbohong agar tak memaksamu. Lagipula Bos gilaku akan lebih gila jika tak bertemu denganmu. " Gumam pria itu mengarahkan Marun agar menuju mobilnya.
Di perjalanan, Marun duduk di kursi paling belakang. Di depan ada 2 orang, dan Max yang menyetir. Dia pun kini tengah menunggu sang Bos agar mengangkat telponnya.
"Aku sudah mendapatkan nya Bos. Tanpa perlawanan. " Ucap Max pada inti yang langsung membuat pria di sebrang tersenyum senang.
“Bawa ke apartemen ku. Kerja bagus, gaji mu ku naikkan dua kali lipat. ” Balas Aaron.
"Baik, Bos! "
Sesampainya di apartemen milik Aaron, Max langsung menuntun Marun untuk turun dari mobil. Marun pun masih tersenyum ke arah Max tanpa rasa curiga lagi.
Mereka berjalan masuk ke dalam apartemen menuju lift agar sampai di kamar Bosnya itu.
Tak lama, Lift pun sampai di lantai kamar Aaron. Marun dan Max pun keluar dari dalam Lift menuju ke arah kamarnya.
Pria itu membuka kata sandi dari kamar tersebut dan membuka pintu kamar.
"Ayo masuk, Nona. " Ajak nya masih tersenyum begitu manis pada Marun.
Marun mengangguk pelan. Dia pun masuk lebih dahulu ke dalam kamar dengan ragu yang di ikuti oleh Max dari belakang.
"Bos, Dia sudah aku bawa. " Ucap Max pada pria yang duduk membelakangi mereka.
"Hem, kau bisa keluar. " Jawab Sang Bos.
"Baik." Max menunduk Hormat. Lalu kembali tersenyum pada Marun.
"Tenanglah." Ucapnya lagi pada Marun melihat wajah ketegangan nya.
Lagi-lagi anggukan pelan yang dia dapat. Pria itu kembali berbalik dan berjalan keluar dari kamar.
Maaf Nona, jika memang benar kau masih perawan. Kau bisa datang padaku besok dan memukuli ku sebanyak dan sekuat yang kau bisa. Walaupun aku tau apa yang kau balas tak sebanding dengan apa yang Bos gilaku renggut darimu. " Gumam Pria itu keluar dari dalam Kamar.
Kini tinggallah di kamar hanya ada Marun dan pria yang Max panggil dengan sebutan Bos gila. Entah kenapa, situasi di sana tiba-tiba saja terasa tegang karena tak ada satupun di antara mereka yang bicara.
Sampai akhirnya, Kursi itu pun berbalik dan memperlihatkan seorang pria tampan dengan tubuh besar tengah duduk di sana dengan santainya dan tersenyum kearah Marun.
Marun tercengang saat mendapati seorang pria tampan lah yang tengah duduk di kursi itu. Dia pikir Bos yang Max panggil adalah seseorang yang sudah berumur, tapi ternyata pria yang kira-kira baru berkepala 3.
Aaron menatap wanita itu dari atas sampai bawah seperti apa yang dia lakukan tadi saat baru pertama kali melihatnya. Lagi-lagi, si Junior tak bisa diam dan kembali merengek melihat wanita di hadapannya dari dekat.
****! Dia lebih indah dari dekat! Ada apa dengan mu Aaron? Padahal apa yang di ucapkan Max benar, kalau dia hanyalah seorang wanita sederhana yang tak cantik maupun jelek. Tapi kenapa Junior ku ini begitu mendamba ingin masuk ke dalam kenikmatan wanita itu?! " Aaron bergumam sendiri sembari mengapit kedua kakinya agar bagian tengahnya yang menggembung tak terlihat.
Melihat Pria di hadapannya hanya diam sembari terus menatap dirinya dari ujung kaki dan kepala, membuat Marun jadi merasa sangat canggung dan malu. Dia berusaha agar tak terlihat salah tingkah dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Nama mu Marun? " Tanya Aaron memulai pembicaraan melihat wanita yang akan dia jadikan miliknya itu terlihat canggung dan malu karena ulahnya.
Marun mengangguk. "Iyah Tuan, nama saya Marun. Saya ke sini karena Tuan Max bilang kalau anda ingin bertemu dengan saya. Saya juga ingin berterimakasih pada anda karena mau membayar semua hutang saya. Terimakasih Tuan. " Jawab Marun panjang lebar sembari menganggukkan kepalanya tanda hormat dan terimakasih.
Melihat sesuatu yang bergaris di tengah dada wanita itu membuat Aaron semakin tak bisa mengendalikan diri.
Oh, ****!! Aku tak kuat lagi!! "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments