Aku terdiam, lebih tepatnya kebingungan. Sofie gadis yang terkenal populer, tenang, dan dingin sekarang sedang tersenyum ke arahku bahkan memegang tangan kananku.
Untung saja situasi sedang sepi kalau tidak pasti banyak yang akan menatap cemburu. Aku bisa membayangkan tatapan cemburu mereka.
"Jadi bagaimana, Sebastian. Apakah kamu mau menjadi temanku?"
'Silau, senyuman itu terlalu silau, pipinya kini sedikit merona dan matanya agak bercahaya. Dia seperti tokoh komik yang biasanya aku baca'
"T-tentu saja kenapa tidak?"
Aku menjawab dengan sedikit terbata-bata, di jarak sedekat ini aku bisa mencium aroma wangi dari rambut panjang milik Sofie. Hal ini sedikit membuat hatiku hampir copot.
"Horee!!"
Sofie sangat terlihat senang, dia melompat kegirangan layaknya anak kecil
'Tunggu, di mana sikap dingin yang biasanya kamu gambarkan? Sofie kamu bukan orang yang segirang itu kan?' pikirku
Aku merasa sangat aneh. Bagaimana bisa orang tenang sepertinya dia bersikap kegirangan layaknya anak kecil. Maksudku lihatlah, Sofie sekarang sedang tersenyum sambil melompat karena kegirangan.
Sofie seharusnya adalah orang yang tenang, cool, pendiam, dan siapapun akan hanyut karena prilaku itu. Oleh sebab itu dia sampai disebut "bunga yang tak bisa digapai"
Tapi, orang seperti itu sedang lompat kegirangan hanya karena aku menjadi teman dengannya. Siapapun tak ada yang menyangka kalau seorang yang dingin seperti Sofie bisa seceria ini.
Setelah melompat kegirangan Sofie berjalan ke arahku, dia sekali lagi mengelus tanganku dengan jari-jari yang lembut.
Dia melakukan elusan itu dengan senyuman di wajahnya.
"A-apa yang kamu lakukan, Sofie?"
Tak menjawab, Sofie masih mengelus tangan kananku kemudian dia menatap ke arahku dengan wajah sangat ceria.
"Sudah kuduga!"
"Hah?"
Aku sangat kebingungan, dia tiba-tiba mengatakan hal yang tak bisa kupahami. Sebenarnya ada apa dengan gadis ini?
"Sebastian, kamu penulis kan?"
Aku menganguk berusaha melupakan Sofie yang masih memegang tanganku.
"Ya, seperti itulah."
"Wow hebat ya! Aku menyukai novel loh, biasanya apa yang kamu tulis? Apakah aku boleh membacanya lain kali? Ah aku suka cerita romance sih, kalau kamu pribadi bagaimana? Kalau lelaki pasti suka fantasi atau semacamnya?" Gadis ini terus mengoceh dan kegirangan.
Dia memberikan beberapa pernyataan tanpa henti dalam waktu singkat.
"...."
"Kenapa kamu diam saja?"
Aku menoleh ke arah lain. 'Itu karena senyumanmu terlalu silau' aku ingin mengatakan itu, tapi mana bisa seperti itu.
"....Tidak, aku cuma sedikit terkejut"
"mengapa kamu terkejut? Apakah aku melakukan sesuatu yang mengejutkanmu? Jika begitu, aku ingin meminta maaf, tetapi itu akan aneh untuk meminta maaf tanpa tahu alasannya." tanya Sofie, dia masih memang tangan dan tersenyum.
"Hah, lupakan tentang itu! Bisakah kamu melepaskan tanganmu?"
Aku tak mengatakan hal yang salah, seorang gadis populer tiba-tiba berprilaku seperti ini kepadaku siapapun pasti akan terkejut serta malu.
Tapi tampak ini juga berlaku bagi Sofie, seolah baru saja sadar sama yang dia lakukan. Sofie langsung tersipu malu dan melepaskan tanganku.
"M-maaf, ini karena kamu mencoba kabur, padahal aku belum selesai berbicara." Sofie melepaskan tanganku dia sedikit melangkah mundur.
"Jadi, bagaimana denganmu. Genre apa yang kamu suka? Fantasy? Romance? Dan juga aku ingin membaca buku yang kamu tulis!" Seolah lupa akan rasa malunya yang barusan Sofie kembali bertanya dengan senyuman lagi.
"Ya.... Aku lumayan suka dengan fantasy, tapi kalau harus ditanya aku akan lebih memilih Romance dan fantasy, kedua gabungan itu akan menghasilkan maha karya!"
Aku berbicara dengan lebih tenang sekarang dan mungkin kali ini sedikit bersemangat, karena sangat jarang aku memiliki teman yang mungkin satu frekuensi.
Jika dibilang aku juga seorang yang sedikit tenang walaupun tak separah Sofie yang hanya biasanya mengatakan "ya" dan "tidak" Setidaknya aku masih bisa bergaul normal dengan temanku. Tapi ini pertama kali seseorang sehobi denganku, tentu saja ini membuat sedikit bersemangat.
Sofie juga tampak terkejut dengan semangatku, dia tertawa kecil. "Sudah kuduga kamu memang menarik."
"Asal kamu tahu, sejak dulu aku sudah ingin berbicara seperti ini denganmu, tapi karena aku sedikit pemalu aku sedikit takut bila kamu orang yang susah didekati, tapi ternyata aku salah. Kamu orang yang menarik, jika bersama denganmu aku rasa aku bisa melakukan apapun tanpa cemas dan malu."
"Aku tak tahu apa alasannya, tapi saat aku bersamamu aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa harus malu." Sofie menjelaskan semuanya dengan panjang lebar.
"Sofie, kamu pemalu?"
"?"
"Apa tak terlihat seperti itu? Aku jarang berbicara karena sifat menyebalkan itu." Sofie memiringkan kepala tanda kebingungan.
"Jadi sifat tenang, dingin, dan pendiam itu hanya murni karena malu?" Aku syok. Ini fakta yang sangat mengejutkan.
Aku tak menyangka alasan seseorang seperti Sofie yang elegan, tenang, cool, dan menghanyutkan itu ternyata hanya karena malu. Aku dan semua orang berpikir bahwa Sofie memang memiliki sifat yang murni dari lahir, tapi ternyata salah.
Sofie menganguk, tapi dia terlihat sedikit terganggu ketika mendengar kata itu. "Aku tak terlalu suka dengan julukan itu, aku bisa seperti ini karena sifat menyedihkan ku. Aku ingin bisa seperti orang normal, tapi ketika aku denganmu aku bisa menjadi normal!"
"Aku tadi mengelus tanganmu untuk mengecek itu. Biasanya jika seseorang menatapku aku akan menjadi gugup, tapi sepertinya itu tak berlaku untukmu."
"Jujur saja saat kamu datang dan menatap aku yang membaca buku itu, aku sempat terkejut takut bila menjadi gugup, tapi aku tak menjadi cemas saat bersamamu."
...********...
'Ini sedikit aneh? Jika ini adalah novel maka plot ini adalah cerita dimana Sofie memiliki keterkaitan kepadaku, tapi ini bukan novel. Mana mungkin gadis populer memiliki perasaan terhadapku.' pikir Sebastian, pemuda itu sedikit kebingungan.
Tapi, dia menggelengkan kepala agar pikiran itu hilang, dia kembali menatap Sofie yang masih tersenyum. Dia mencoba untuk bertanya langsung ke Sofie.
"Kenapa kamu bisa tenang saat bersamaku?" tanya Sebastian.
Hanya satu kalimat yang normal, tapi Sofie bisa merasakan pipinya telah menjadi hangat hanya karena pertanyaan seperti itu. Dia memalingkan wajahnya dari Sebastian.
"Mungkin ini karena aku pernah bertemu denganmu sebelumnya?" Sofie berusaha menebak, tapi tak terlalu yakin.
Sebastian sedikit terkejut, pernah bertemu? Dia sangat yakin pertemuan dengan Sofie baru saja tahun ke tiga ini yaitu saat kelas 3 sekarang.
Sekolah Sebastian selalu berganti kelas ketika naik kelas, jadi bisa dikatakan bahwa sebelumnya Sebastian tak pernah bertemu langsung dengan Sofie. Dia hanya mendengar kabar angin.
Tapi gadis ini berkata bahwa dia pernah bertemu, tentu saja itu membuatnya terdiam dan kebingungan.
"Kita pernah bertemu? Maaf, tapi sepertinya kamu salah orang. Maksudku aku tak ingat pernah bertemu denganmu."
"....."
"Jadi begitu, kamu sudah lupa ya? Yah, wajar saja itu sudah sangat lama." Gumam Sofie.
Tapi itu tak sampai ke Sebastian, dia tak bisa mendengar Sofie dengan lebih jelas.
"Apa yang kamu katakan?" tanya Sebastian.
Sofie melirik dengan mata malas, dia menghela napas. Mungkin dia sedikit syok karena Sebastian melupakannya.
"Bukan apa-apa mungkin aku hanya salah orang. Karena orang yang kumaksud sangat keren, setelah dipikirkan lagi itu pasti bukan Sebastian. Aku sangat bodoh!"
Sofie terlihat sangat cemberut, pipinya yang merah mengembung. Dia marah karena si Sebastian lupa akan dirinya di masa lalu.
Orang yang dimaksud Sofie tak lain lagi adalah Sebastian, tapi Sofie menolak untuk mengatakan hal ini. Dia berpikir bahwa terlalu cepat untuk membahasnya. Jadi dia menyimpan masa lalu itu untuk diri sendiri, setidaknya untuk sekarang.
"...."
"Maaf ya kalau aku bukan orang keren. Pasti kamu kecewakan, orang biasa sepertiku ini memang menyedihkan."
"Itu benar, kamu menyedihkan! Tak keren!"
'Bisa-bisa lupa akan hari itu, kamu benar-benar yang terburuk.' Sofie sangat ingin mengatakan itu, tapi tertahan di hatinya.
Sofie sedang sangat cemberut dan pipinya sedikit mengembung, mungkin masih marah karena Sebastian tak ingat akan hari itu.
Sedangkan orang yang dimaksud malah celingak-celinguk menatap ke segala arah seperti orang hilang dan memastikan tak ada orang. Setelah itu dia tertawa kecil.
Dia mengelus kepala Sofie dengan sangat halus dan tersenyum menatapnya.
"Maaf, jangan marah seperti itu."
Sofie makin cemberut tak bisa menerima fakta bahwa orang yang membuatnya emosi sedang mengelus kepala dan dia menikmati itu. Dia menepis tangan dengan kasar dan memalingkan wajah.
"Jangan sentuh aku seperti anak kucing!" katanya dengan cemberut.
"Hahaha, maaf."
Sebastian, orang ini sekali lagi tertawa tanpa dosa,pemuda bodoh ini bahkan masih mengira bahwa orang yang dimaksud Sofie bukan dirinya.
Pipi Sofie makin mengembung tanda dia sangat marah, tapi itu malah membuat Sofie makin imut. Sebastian tak bisa menahan diri untuk tak mengelus kepala Sofie.
Dia sekali lagi membelai rambut indah milik Sofie dan meminta maaf, kali ini Sofie tak cemberut lagi dan menganggukan kepala.
"Tapi, aku masih tak menyangka kalau kamu orang yang pemalu.. Habisnya, pfft~ orang pemalu tak mungkin bicara panjang lebar seperti tadi kan? Apakah kamu punya alasan lain telah menjadi pendiam seperti itu?"
Sebastian bertanya dan tersenyum, dia hanya sedikit bercanda. Karena tak mungkin gadis populer seperti Sofie punya hal yang tragis.
Karena bagi Sebastian, dia orang beruntung. Tak seperti dirinya yang menyedihkan dan memiliki masa lalu yang ingin dilupakan.
Sebastian pernah dikhianati oleh orang-orang, dia terlalu mudah percaya dengan orang lain hingga sangat mudah diperdaya.
"Ya, aku punya alasan." Dengan nada ragu Sofie menjawab pertanyaan dari Sebastian. Dari ekspresi serius Sebastian tahu, bahwa Sofie tak bercanda.
Sofie terlihat sedikit lebih tenang kembali ke dirinya yang dingin seperti awalnya, Sebastian sedikit risih dengan sifat itu. Mungkin dia terlanjur nyaman akan sifat ceria milik.
"Ne, Sebastian. Apa menurutmu menjadi populer itu menyenangkan?" Gadis menundukkan kepala, tampak sedikit murung dari biasanya.
"Tentu saja, kenapa tidak?" Spontan Sebastian menjawab pertanyaan dari Sofie, namun jawaban itu malah membuat Sofie mencibirkan bibir.
"Tidak! Menjadi populer itu merepotkan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
ayuubee
Waduhh untung dia ga jantungan gegara dipegang si sofie😂
2023-05-21
1
Tanata✨
"menyidhkan" -> "menyedihkan"
2023-05-20
1
Tanata✨
nah nah nah😆
2023-05-20
1