Gadis Dingin Yang Ceria
Sofie Auliana. Dia selalu duduk tepat di pojok kiri kelas berdekatan dengan jendela, keberadaannya sangat mudah menarik perhatian orang-orang. Rambut hitam yang terurai panjang, pupil mata yang terlihat tenang dan indah serta pipi cuby yang membuat dia tambah imut.
Tak ada yang tidak mengenal gadis itu. Dia bisa dibilang top idol sekolah ini. Sifat tenang, dingin, dan diamnya membuat sebagian besar orang terpesona.
Dia bahkan tak akan berbicara bila tak diajak, dan meskipun Sofie berbicara mungkin hanya sekitar beberapa kata saja. Seperti "Ya" "Tidak" atau kata lainnya. Intinya dia sangat pendiam, tapi sifat itulah yang membuat Sofie menjadi populer.
Sofie sangat sering ditembak oleh siswa di sini baik itu para cogan dan orang cukup ber uang, tapi siapapun Sofie pasti akan menolak. Dia akan menjawab dengan satu kata "Tidak" dengan wajah datar.
Bahkan sekarang pada waktu ini Sofie sedang ditembak oleh seseorang yang terbilang populer, saat ini semua pandangan kelas menatap ke dua siswa itu.
"Sofie," sapa seorang murid laki-laki yang terlihat cukup ganteng, dia memiliki wajah yang cukup idol dan atletis.
"Apa?" Sofie menoleh, dia menatap kosong ke pemuda itu.
"Aku mencintaimu, maukah kamu menjadi pacarku?" Wajah pemuda itu menjadi merah padam karena mengatakan hal yang dia inginkan, tapi sangat disanyangkan jawaban dari Sofie sudah jelas.
"Tidak." Hanya satu kata yang keluar dari gadis itu, setelah menjawab dia kembali menatap ke jendela.
pemuda yang baru saja ditolak hanya bisa tersenyum paksa melihat Sofie, sungguh lelaki yang menyedihkan. Dia masih terdiam dan menatap Sofie berharap dapat mendapatkan jawaban yang lebih baik.
Tapi-
"Nice Trey bro." Salah satu temannya menepuk pundaknya, dia memberikan senyuman dan jempol ibu jari.
"....."
Pemuda itu tak menjawab, dia terdiam dalam kesakitan hati karena baru ditolak.
"Yang ceria lah, bro! Aku akan teraktir makanan nanti, jadi ayo!"
Beruntung dia memiliki teman yang peka, dia mengeret pemuda itu untuk menjauh dari Sofie.
Kejadian ini sudah ketiga kalinya untuk hari ini. Mungkin Sofie tak memiliki niat yang buruk, dia hanya muak akan semua kelakuan yang berlebihan ini, coba bayangkan saja kamu ditembak tiga kali hanya untuk satu hari dan tak berhenti di situ bahkan setiap hari Sofie akan mendapatkan surat cinta dari siswa lainnya, walaupun berakhir di tolak.
Sifat Sofie memang sangat dingin. Aku sudah tak bisa menghitung berapa kali dia menolak seseorang, yah. Tapi akan aku tulis kejadian ini di buku ah.
Aku mencatat semua kejadian yang terjadi, segala tentang Sofie, sifat, dan lain-lain aku selalu menulis di buku karena aku penulis.
Tapi tolong jangan salah paham, bukan berarti aku orang mesum yang menulis biografi orang tanpa ijin, ini ada alasan yang sangat penting.
Karena diriku yang seorang penulis, aku terpaksa melakukan pekerjaan tabu ini, hampir semua orang yang meminta kepadaku untuk menulis segala hal tentang Sofie, mungkin karena aku satu kelas Dengan Sofie serta status sebagai penulis maka dari itu aku diminta tolong.
Awalnya aku mencoba menolak karena ini merupakan hal melanggar privasi, namun pada akhirnya aku adalah siswa SMA aku butuh uang tambahan jadi aku terpaksa menulis hal tabu ini.
'Maaf Sofie, ini semua demi uang.. Bukan ini demi literasi membaca sekolah ini naik..'
Berpikir seperti itu aku masih menulis kejadian yang baru saja terjadi. Sampai istirahat berakhir.
Ting
Ting
Jam istirahat berakhir sekarang adalah waktunya pelajaran dimulai. Aku menutup buku yang kutuliskan itu dan menaruhnya dalam laci.
Kemudian aku mengambil buku mapel MTK di tas dan menaruhnya di meja. Aku menghentikan aktivitas menulis dan fokus ke pembelajaran.
Saat sedang fokus entah kenapa aku merasakan bahwa seseorang sedang menatap ke sini, jadi aku menoleh ke arah kiri dan mendapatkan bahwa Sofie sedang menatap ke arahku.
Dia tak mengeluarkan ekspresi satu pun, hanya kosong. Aku sempat berpikir mungkin dia sedang menatap sesuatu hal lain.
Tapi, dia tak berhenti menatap. Mata kami bertemuan untuk beberapa menit.
'Kenapa dia menatapku?'
'Apa ada yang aneh dengan wajahku?'
Aku bertanya kepada diri sendiri. Sebelum menyadari bahwa pipiku telah memanas, jika aku bercermin mungkin akan terlihat seperti tomat.
"SEBASTIAN GILANGSYAH!"
suara sangat nyaring terbunyi. Aku spontan menoleh ke arah pak guru yang terlihat marah, mungkin karena aku tak terlihat memperhatikan.
"A-apa pak guru?" tanyaku dengan senyuman gugup.
"Apa? Dengkulmu! Perhatikan pelajaranku! Aku tahu bahwa Sofie cantik, tapi jangan terus menatapnya!" Pak guru menaikan nada membuat semua orang tertawa.
"M-maaf."
Aku hanya bisa menundukkan kepala karena malu jadi bahan candaan. Kemudian sekali lagi aku menoleh ke Sofie mencoba mencari tahu apa reaksi dia.
Dan sangat diluar dugaan dia masih menatapku tanpa ekspresi apapun.
'Asal kamu tahu pak, justru Sofie yang menatapku.'’
...****...
Langit telah menjadi orange waktu pulang telah dimulai.
Tanpa basa-basi aku pulang ke rumah sendiri. Ya, sendiri itu adalah hal normal bagiku.
Aku berjalan kaki dari sini karena memang jarakku antar rumah cukup dekat, aku juga yakin bahwa beberapa siswa juga sama, karena kebanyakan siswa di sekolah ini memiliki jarak rumah yang dekat.
waktu lima menit berlalu, aku sampai ke rumah dan langsung merobohkan tubuh ke kasur di kamar.
Aku berpikir kenapa Sofie tadi menatapku, tapi tak peduli seberapa keras berpikir aku tak tahu jawabannya.
"Huh.." Aku menghela napas.
Kalau berbicara tentang Sofie, aku harus menuliskan sesuatu tentang dia, atau teman-temanku, tidak kusebut saja para brengsek itu tak emosi dan kecewa.
Aku mencari buku itu di sekujur tas, namun tak bisa kutemukan.
"Loh Kenapa tidak ada?"
Aku makin panik, keringat bercucuran di wajah, mungkin kini aku terlihat pucat.
Tunggu ini aneh aku tak sebodoh itu hingga lupa dengan hal penting.
Aku sangat yakin sudah memasukkan semua ke tas-
Ingatan kecil melewati kepalaku. Aku ingat aku menaruh buku itu di laci kelas.
"Sial! Betapa bodohnya aku!"
"Ini beneran gawat buku itu tertulis namaku, jika seseorang melihat pasti aku akan dikira orang mesum."
Frustasi, aku menjambak rambutku hingga tenang. Setelah itu berlari dengan cepat menuju sekolah.
Setelah berlari beberapa saat akhirnya aku sampai sekolah. Segera menaiki tangga dan menuju kelasku.
Tapi langkah terhenti. Aku dibuat terkejut dengan sosok yang berdiri di depan jalanku.
Dia adalah gadis yang sangat imut, dia adalah Sofie. Sofie terlihat berdiri dan membaca buku itu.
Dan buku itu adalah barang yang kucari, sudah berakhir.
Aku menulis hal pribadi tentang seseorang dan orang tersebut mengetahuinya, aku pasti akan dianggap mesum apalagi Sofie adalah perempuan.
Jadi ini adalah balasan bagi orang rakus, seharusnya aku menolak pekerjaan tabu itu. Maaf ibu, ayah. Sepertinya anakmu akan berakhir mengenaskan setelah ini.
Bertarung dengan pikiranku sendiri tanpa kusadari Sofie berjalan ke sini, wajahnya yang datar entah kenapa kini sedikit tersenyum.
"Kamu tahu banyak tentangku ya?"
Sofie berjalan makin dekat dan sedikit sangat sedikit menyeringai.
Jleb. Kalimat barusan sedikit menusuk, kalau seperti ini aku terlihat seperti stalker. Yah, walaupun kenyataan memang seperti itu, aku sempat menstlakingnya untuk beberapa hari, karena butuh informasi untuk ditulis.
Aku terdiam dan berencana untuk membalikkan badan.
"Kamu juga sepertinya mengikutiku untuk beberapa hari ini."
Jleb. Serangan ke dua. Jadi Sofie sadar dan dia diam saja? Kalau begini dilihat bagaimanapun aku adalah orang mesum.
"Maaf!"
Aku membalikkan badan dan langsung berlari, takut bila dia marah. Namun sesuatu yang lembut menghentikanku, Sofie menyentuh tangan kananku agar aku bisa berhenti.
"Ne, Sebastian." ucap Sofie berusaha menghentikanku. Tak tahu bagaimana ekpresi gadis ini, tapi aku yakin dia pasti marah.
Dengan wajah yang terasa berat aku menoleh "A-apa?" sahutku. Aku benar-benar merasa bersalah mungkin setelah ini aku berhenti menulis saja ah.
Saat aku menatap Sofie, dia tak terlihat marah satu pun malah justru sebaliknya. Dia tersenyum dengan sangat manis, orang sedingin Sofie baru saja tersenyum untukku.
"Maukah kamu menjadi temanku?" Dia tersenyum sangat riang tak seperti Sofie yang biasanya.
Aku mematung dan terdiam, tak tahu apa yang harus kulakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Tanata✨
Selamat, aku tak tahu apa pesonamu. tapi dianrara keringat para lelaki yang mengejar sofie sampai berdarah-darah,
hanya kamulah satu-satunya lelaki beruntung, yang bisa mendengar ucapan sofie selain "ya" dan "tidak"
2023-05-20
1
Tanata✨
Kalau ditemukan oleh sofie, bagus tuh🤣 terjadilah pertemuan yang mendebarkan
2023-05-20
1
Tanata✨
Kena ciduk gk tuh, malunya sampai susah napas😂
2023-05-20
1