Cerita tentang jin yang mengaku bernama pak Hanif sempat menjadi tranding topik selama beberapa hari sebelum kemudian memudar dengan sendirinya. Abhi tak lagi memikirkannya, ia fokus pada sekolahnya. Hari itu, kelasnya kedatangan murid baru. Cukup mengherankan sebab, saat ini mereka telah berada di kelas tiga SMA yang mana sebentar lagi ujian kelulusan sekolah, bagaimana bisa murid pindah sekolah di saat seperti itu? terlebih, ini sudah separoh jalan, bukan pas kenaikan kelas. Pak guru tidak memperkenalkan murid baru itu di depan kelas layaknya murid-murid baru sebelumnya sehingga Abhi, belum mengetahui siapa namanya?
"Tidak masalah, nanti saat jam istirahat, aku akan mengajaknya berkenalan," benak Abhi.
Waktu pun berlalu dan tibalah saat jam istirahat. Abhi yang saat itu diajak Arif ke kantin, menolak dan balik mengajak Arif untuk menyapa teman baru mereka. Arif sempat bingung sebab ia, tidak tahu kalau ada teman baru di kelas mereka.
"Sepertinya dia jalan ke taman, kita ke sana Rif!" ajak Abhi.
"Teman baru yang mana sih? perasaan di kelas tenang-tenang saja tadi."
"Pak guru memang tidak mengenalkannya ke depan. Wajar kalau kamu tidak tahu. Makanya ayo ikut aku! kita samperin dia dan kenalan sama-sama!"
"Kalau memang teman sekelas kita, ya sudah nanti pas jam masuk saja kan pasti ketemu juga. Sekarang makan dulu lah kita!"
Abhi terdiam sebentar lalu menyetujui ajakan Arif. Keduanya pun mengurungkan niat dan mengganti tujuan menuju salah sudut sekolah, di dekat area kantin, tempat biasa Abhi dan teman-temannya nongkrong sembari berbincang ringan yang perlahan menjadi semi serius ketika Abhi dan teman-temannya membahas tentang perguruan tinggi, impian mereka. Sebagian teman Abhi tak memiliki harapan yang besar sebab ekonomi keluarga kurang memadai. Mendengar hal tersebut, Abhi memikirkan dirinya yang tak jauh berbeda dengan teman-temannya. Ekonomi keluarga Abhi pun sepertinya tidak mampu jika harus membiayai kuliah secara keseluruhan. Cara satu-satunya yang bisa Abhi lakukan adalah mengejar bea siswa. Berusaha masuk perguruan tinggi melalui jalur prestasi. Meski pun hal ini juga terbentur dengan otaknya yang tidak bisa dikatakan pandai juga. Sedang-sedang sajalah, kiranya itu ungkapan yang pas untuk dirinya. Entah apa yang akan menjadi jalan takdirnya nanti. Yang terpenting saat ini, Abhi berusaha semaksimal mungkin.
...🌟🌟🌟...
Setelah bel masuk berbunyi, para murid bergegas kembali ke kelas masing-masing. Begitu pun dengan Abhi dan juga Arif. Abhi sempat melihat bangku murid baru yang masih kosong. Ia pikir, sebentar lagi si murid baru akan menyusul tapi ternyata hingga separuh pelajaran, ia tidak muncul juga. Di tengah pelajaran, Abhi meminta izin untuk pergi ke toilet, pak guru mengizinkan. Kamar mandi sekolah berada di belokan pertama sisi kanan kelas Abhi. Ia masuk ke sana lalu lekas kembali usai buang air kecil. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat seklebatan yang terlihat menyerupai murid baru di kelasnya. Abhi yang penasaran, lantas memeriksanya. Ternyata benar, dia adalah murid baru yang sedari tadi, belum kembali.
"Hei! assalamualaikum!" sapa Abhi.
Murid baru itu pun menoleh.
"Waalaikumsalam," jawabnya.
"Kamu anak baru ya? kuta sekelas tadi? kenapa gak balik ke kelas? jam istirahat sudah selesai. Ohya, namaku Abhi, namamu siapa?"
"Tirta," jawab si murid baru dengan singkat.
Abhi terdiam sesaat mendapati respon yang begitu datar. Meski begitu, Abhi memahaminya sebab, Tirta masih baru di sekolah itu. Wajar jika masih canggung atau pun malu-malu. Abhi lantas mengajak Tirta untuk kembali bersama ke dalam kelas. Tirta hanya mengangguk sembari mengikuti Abhi dari belakang. Anehnya, pak guru seakan biasa saja melihat Abhi kembali bersama Tirta. Hal ini terasa aneh bagi Abhi karena sedari tadi, Tirta belum kembali ke kelas. Selain itu, Tirta adalah anak baru. Seharusnya, pak guru menyapanya, menanyainya atau apalah itu. Pikiran Abhi jadi melayang, menebak-nebak apa alasan dibaliknya?
"Hemm, apa mungkin orang tua Tirta ini donatur di sekolah? jadi, para guru sudah mengenalnya lebih dulu dan berlaku lebih longgar kepadanya. Meski pun kembali ke kelas terlambat pun, tidak apa-apa," ucap Abhi di dalam hati.
Abhi menggelengkan kepala lalu kembali fokus ke pelajaran.
...🌟🌟🌟...
Ketika bel pulang dibunyikan, semua murid menyambutnya dengan antusias. Para murid berhamburan sementara Abhi kembali menoleh ke bangku Tirta.
"Ke mana lagi dia? kok sudah gak ada? kapan keluarga?" Abhi bertanya-tanya.
"Ayo Bhi!"
"Iya Rif."
Abhi dan Arif pun berjalan bersama, keluar sekolah. Tak lama, Achmad yang berada di kelas berbeda, menyusul keduanya. Mereka bertiga pun berjalan kembali ke pesantren bersama-sama. Rutinitas ini, selalu mereka lakukan.
...🌟🌟🌟...
Sesampainya di pesantren, Abhi melakukan aktivitas hariannya seperti biasa hingga kemudian, Abhi melihat Tirta mondar mandir di depan kamarnya. Abhi mendekat guna memastikan dan cukup heran juga, bagaimana bisa Tirta sampai di sana?
"Tirta, bagaimana kamu bisa masuk ke sini? apa kamu santri juga di sini?" tanya Abhi.
"Aku ikut kamu," jawab Tirta dengan wajah datarnya.
"Maksudnya bagaimana? kamu ngikutin aku sejak dari sekolah atau kamu mau ikut aku nyantri di sini juga?"
Sekali lagi Tirta menjawab.
"Aku ikut kamu."
Abhi semakin dibuat bingung dengan jawaban Tirta.
"Gimana sih maksudnya?"
"Aku ikut kamu," sekali lagi, Tirta memberikan jawaban yang sama.
Abhi memasang raut bingung ketika sesaat kemudian, seorang teman memanggil namanya. Reflek Abhi menoleh sembari menyahutinya. Namun, saat Abhi kembali menoleh ke arah Tirta, Tirta sudah tidak ada.
"Loh, ke mama tuh anak? cepet banget ngilangnya?" gumam Abhi sambil celingukan.
Abhi mengerutkan dahi lalu beranjak menuju ruangan untuk menerima pelajaran dari ustad di pondok. Di sela-sela belajar inilah, Abhi bercerita kepada Arif kalau barusan, ia melihat Tirta di depan kamar mereka. Arif yang sama sekali belum pernah bertemu dengan Abhi lantas bertanya.
"Tirta siapa sih sebenarnya? anak baru yang kamu ceritain di sekolah tadi ya?"
"Iya Rif."
"Tapi.. aku kok gak lihat siapa pun ya di kelas. Maksudku, di kelas gak ada murid baru. Ya hanya murid-murid lama saja. Hanya teman-teman kita yang biasanya."
"Pas jam istirahat memang Tirta telat masuk tapi pas aku habis dari kamar mandi, dia ikutan balik ke kelas kok," jelas Abhi yang kian membuat Arif garuk-garuk kepala.
"Gak ada deh Bhi. Dedemit (setan) kali yang kamu lihat," ledek Arif sembari menahan tawa.
"Hemm.. jelas-jelas orang kok. Ya kamu itu, dedemitnya."
"Hati-hati loh Bhi! serius aku. Kalau gak gitu, kamu berhalusinasi kayaknya. Narkoba kamu ya?"
"Astaghfirulloh hal adzim! jangan nyebar fitnah kamu!"
Arif cekikikan puas melihat Abhi yang panik. Abhi pun turut tertawa juga.
...🌟 BERSAMBUNG 🌟...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Ali B.U
next.
2024-04-18
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑨𝒃𝒉𝒊 𝒊𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒑𝒆𝒔𝒆𝒏 𝒑𝒂𝒌 𝒌𝒊𝒂𝒊 𝒃𝒂𝒄𝒂 𝒂𝒚𝒂𝒕 𝒌𝒖𝒓𝒔𝒊
2024-04-09
0
Putrii Marfuah
nah Khan ganti lagi demitnyA. mana diajak lagi sama Abhi, jadi ya ngikut deh
2023-06-15
0