PAK HANIF

Malam harinya, tarawih pertama dimulai. Para santri menjalankan solat sunnah yang hanya ada di bulan ramadhan itu dengan senang hati. Suasana khusuk dan hikmat hingga selesai. Setelah itu, semua santri kembali untuk beristirahat. Namun, Abhi beserta beberapa temannya, memilih untuk bersantai sejenak di teras masjid sembari berbincang. Tak lama kemudian, satu persatu temannya, kembali ke kamar hingga tinggallah ia bersama Achmad di sana.

"Bhi, tungguin sebentar ya! aku mau kencing!" pinta Achmad.

"Iya Mad, aku tungguin!" jawab Abhi.

Setelah itu, Achmad pun berjalan menuju kamar mandi masjid. Sementara Abhi, tetap berada di teras. Beberapa detik kemudian, ia melihat seorang laki-laki berjalan ke arah Abhi. Kian lama kian mendekat hingga terlihat jelas rupa lelaki tersebut. Ia mengenakan setelah kaos dengan bawahan sarung. Stelan yang lelaki itu gunakan, terlihat bersih meski terlihat lintingan di sarungnya. Sepertinya sarung itu memang telah lama tidak disetrika. Setelah jarak diantara mereka dekat, lelaki itu pun mengucapkan salam.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!" jawab Abhi, segera.

"Perkenalkan, nama saya Hanif! saya ke sini hendak meminta paket takjilnya," jelas seorang lelaki di hadapan Abhi.

"Pak Hanif mohon maaf! ini kan untuk takjil, tentu saja besok, baru akan dibagikan," tolak Abhi sehalus mungkin.

"Iya mas tapi saya.. untuk sahur saja tidak ada apa-apa yang bisa saya makan. Apa sebaiknya tidak perlu sahur ya?"

"Loh.. apa bapak tinggal sendirian?"

"Tidak, ada istri dan dua anak saya di rumah tapi ekonomi kami, jauh dari kata berkecukupan."

"Jadi begitu, mau ambil berapa paket pak?"

"Dua saja cukup mas, saya merasa tidak enak."

"Tidak apa-apa pak, jangan sungkan! sebentar ya!"

"Iya."

Abhi lantas masuk ke sebuah ruangan yang berapa di sisi teras masjid sebelah kiri untuk mengambil tiga paket takjil lalu segera kembali ke depan lagi.

"Ini pak, silakan dibawa!"

"Kok banyak sekali mas? dua saja cukup."

"Ada istri dan dua orang anak di rumah bapak, mana cukup kalau cuma dua paket saja. sudah tidak apa-apa. Silakan bapak bawa!"

"Betul tidak apa-apa mas?"

"Betul pak, pak kyai pasti juga senang sekali kalau semakin banyak orang yang terbantu dengan agenda tahunan ini."

Mendengar ucapan Abhi, pak Hanif pun tersenyum.

"Kalau begitu terima kasih!"

"Iya pak sama-sama."

"Saya pamit dulu, assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam."

Pak Hanif berbalik pergi seiring kembalinya Achmad dari kamar mandi.

"Nglihatin apa kamu Bhi?" tanya Achmad.

"Itu, tadi bapak itu ke sini minta paket takjil untuk sahur. Kasihan sekali, dia tidak punya apa-apa untuk sahur nanti malam."

Achmad hanya diam sembari melihat ke arah yang Abhi lihat. Meski ia tak dapat melihat seorang pun yang berjalan, Achmad tidak memusingkannya.

"Ya sudah, ayo balik ke kamar!" anak Achmad.

"Iya ayo!"

Keduanya pun mematikan seluruh lampu, menyisakan lampu depan saja lalu berjalan bersama menuju kamar.

...🌟🌟🌟...

Keesokan harinya, panitia takjil melakukan bagi takjil di tepi jalan dekat pesantren mereka. Sementara Abhi dan Achmad, sibuk dengan agenda mereka sendiri. Barulah selepas solat tarawih, Abhi dan Achmad memeriksa pembukuan sekaligus membantu membungkus paket takjil untuk dibagikan di hari berikutnya. Beberapa santri lain, melakukan tadarus secara bergantian sesuai jadwal yang telah ditentukan. Sekitar pukul sembilan malam, satu persatu santri mulai kembali, menyisakan dua santri yang sedang tadarus dan juga Abhi. Abhi berencana ikut membaca al-quran barang hanya satu halaman. Namun, langkahnya terhenti kala ada suara lelaki yang memanggil.

"Mas Abhi!"

Reflek Abhi menoleh, dilihatnya pak Hanif yang ternyata memanggil.

"Pak Hanif.."

"Iya mas."

"Ada perlu apa pak?" tanya Abhi kemudian.

"Ini mas, saya mau minta paket takjil lagi, untuk sahur nanti."

"Oh iya pak iya, tunggu sebentar ya pak!"

"Iya mas."

Abhi lantas bergegas masuk ke ruang penyimpanan paket takjil untuk mengambil tiga paket yang akan ia berikan kepada pak Hanif. Setelah itu, segera ia kembali ke depan lalu menyerahkan tiga paket takjil kepada pak Hanif.

"Ini pak Takjilnya!" ucap Abhi yang disambut dengan ucapan terima kasih.

"Pak Hanif kok tahu kalau nama saya Abhi?"

Pak Hanif tersenyum mendengar pertanyaan Abhi seraya menjawab kalau dia, tahu nama semua santri di situ. Sebetulnya, jawaban ini sangatlah janggal. Bagaimana bisa orang luar yang merupakan warga bisa mengetahui semua nama dari para santri? sungguh tidak wajar. Namun, Abhi menganggap jawaban itu normal dan tidak menaruh kecurigaan apa pun kepada pak Hanif. Usai menerima tiga paket takjil, pak Hanif lantas pamit. Abhi mengangguk sembari meminta pak Hanif berhati-hati.

"Iya mas, assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!"

Setelah itu, Abhi berjalan masuk ke dalam masjid guna membaca al-quran sebelum tadarus malam itu, berakhir. Sekitar pukul sepuluh malam tepat, tadarus diakhiri dan ketiga santri, berjalan bersama-sama kembali ke kamar masing-masing. Di perjalanan, salah seorang dari mereka bertanya tentang siapa yang berbicara dengan Abhi di teras masjid? Abhi lantas menjelaskan kalau itu adalah pak Hanif.

"Kasihan, beliau dan keluarganya kekurangan. Tidak punya makanan apa pun untuk sahur. Karnanya selama dua hari ini, aku beri tiga paket takjil untuknya. Meski tak seberapa, bisa mengganjal perut anak, istri dan pak Hanif sendiri. Semoga menjadi lebih berkah!" jelas Abhi.

Temannya manggut-manggut sementara satu temannya yang lain mengutarakan rasa heran.

"Kok bisa pak Hanif masuk ke sini ya? ini kan masjid khusus penghuni pesantren. Di depan pasti ada yang jaga. Apa tidak ditanya-tanya? dua malam pula ke sininya."

Mendengar ucapan temannya, Abhi beserta satu temannya lagi mulai heran juga dan mulai menduga-duga kalau bisa saja petugas di depan sudah mengizinkan pak Hanif untuk masuk ke dalam. Menuju masjid untuk meminta paket takjil. Meski masih terasa janggal, temannya tak lagi mendebat. Mereka melanjutkan perjalanan hingga masuk ke kawasan asrama dan kemudian berpencar menuju kamar masing-masing.

...🌟🌟🌟...

Keesokan harinya, Abhi mengerjakan banyak tugas sekolah sehingga hanya Achmad yang melakukan pengecekan pembukuan usai melaksanakan solat tarawih. Abhi baru kembali lagi ke masjid sekitar pukul sembilan malam. Saat itu, Ahmad izin untuk kembali ke kamar, sementara Abhi bergabung dengan para santri yang sedang mendapat jadwal untuk tadarus bersama.

"Mau tadarus juga mas Bhi?" tanya adik junior nya.

"Iya deh boleh, satu atau dua halaman saja!"

"Iya mas, setelah ini mas Abhi ya!"

"Iya."

Abhi lantas duduk sembari menyimak lantunan ayat-ayat suci al-quran yang tengah dibacakan hingga kemudian, tiba gilirannya untuk membaca. Setelah selesai membaca, Abhi tetap menyimak. Tak lama kemudian, ia mendengar suara salam yang sangat ia kenali, siapa pemiliknya. Abhi lekas menoleh lalu berjalan keluar.

"Pak Hanif.."

"Iya mas, maaf mengganggu lagi!'

"Iya pak tidak apa-apa. Ada apa pak?"

"Maaf mas merepotkan! saya mau minta paket takjil lagi mas untuk sahur malam ini!"

"Oh iya, tunggu sebentar ya!"

"Iya mas."

Abhi kembali mengambilkan tiga paket takjil untuk pak Hanif. Seperti biasa, pak Hanif mengucapkan terima kasih lalu beranjak pergi dari masjid. Ternyata, apa uang Abhi lakukan, tak sengaja diperhatikan oleh salah seorang juniornya. Meski tidak melihat secara langsung, ia mendengar jelas ketika Abhi berbicara. Alhasil, ia pun bertanya.

"Mas Abhi bicara dengan siapa tadi?"

"Oh, itu tadi pak Hanif namanya. Pak Hanif beserta anak istrinya sedang diuji dengan kesulitan ekonomi. Selama tiga malam datang ke sini untuk meminta paket takjil. Saya beri tiga paket agar bisa dimakan bersama dengan anak dan istrinya di rumah," jelas Abhi.

"Em.. tapi aku tidak mendengar suara dari pak Hanif mas. Cuma suara mas Abhi saja yang terdengar."

"Masak sih? mungkin karena suara pak Hanif yang pelan jadi kamu, tidak bisa mendengar. Ditambah pengeras tadarus ini, jadi wajar kalau semakin tidak terdengar suara apk Hanif."

"Begitu ya?"

"Iya, ayo dilanjut! kurang beberapa menit lagi selesai tadarusnya!"

"Iya mas."

Sama seperti kemarin, pukul sepuluh malam tepat, tadarus dihentikan. Semua beranjak untuk kembali ke kamar masing-masing.

...🌟🌟🌟...

Di malam berikutnya, pak Hanif kembali datang. Abhi yang telah terbiasa, tak lagi menanyakan tujuannya. Ia lekas bergegas untuk mengambil tiga paket takjil untuk pak Hanif dan seperti biasa, pak Hanif mengucapkan terima kasih sebelum beranjak pergi. Ternyata, hal ini mulai menarik perhatian beberapa temannya. Berawal dari rasa penasaran perihal wajah dari pak Hanif sebab, selain Abhi, belum ada santri lain yang pernah melihatnya.

Malam berikutnya, Abhi melakukan hal yang sama hingga ini, menjadi sebuah kebiasaan, semacam rutinitas setiap malam. Bahkan, ketika Abhi tidak bisa hadir di masjid, ia berpesan kepada temannya agar memberikan tiga paket Takjil jika pak Hanif datang nanti. Temannya tentu saja menyanggupi. Terlebih setelah mendengar cerita Abhi tentang keluarga pak Hanif yang mengalami kesulitan ekonomi. Namun, pak Hanif yang dimaksud tidak datang. Pak Hanif hanya datang ketika Abhi ada di masjid. Hal inilah yang akhirnya kian membuat para santri lain menjadi penasaran, termasuk Achmad. Abhi sempat menceritakan tentang pak hanif kepada Achmad yang akhirnya membuat Achmad turut penasaran.

"Gini deh Bhi, nanti malam aku temani kamu di masjid! kok aku jadi penasaran ya sama pak Hanif ini?"

"Iya mad gak apa-apa, boleh saja!" jawab Abhi kepada Achmad.

...🌟🌟🌟...

Malam itu pun, Achmad menemani Abhi dan tak beranjak ke mana-mana. Sengaja ia lakukan sebab berharap dapat bertemu dengan pak Hanif yang Abhi ceritakan. Sayangnya, sekitar jam sembilan kurang, tiba-tiba Achmad merasakan kantuk yang begitu hebat hingga membuatnya ketiduran. Saat itulah pak Hanif kembali datang. Rutinitas seperti biasa yang mereka lakukan. Sesekali Abhi menggoyang tubuh Achmad agar bangun tapi gagal hingga akhirnya, pak Hanif kembali pulang. Barulah sekitar pukul setengah sepuluh malam, Achmad terbangun dari tidurnya.

"Baru bangun kamu?" tanya Abhi.

"Kok aku ketiduran Bhi? gimana ceritanya?" tanya Achmad dengan polosnya.

"Mana aku tahu, kamu yang tidur kok tanyanya ke aku?"

"Pak Hanif sudah datang?"

"Sudah dari tadi, sudah pergi. Kamu aku bangunin, gak bangun-bangun."

"Kok aneh ya Bhi? gak biasanya aku begini."

"Kecapean kali, istirahat gih di kamar!"

Achmad tak menggubris ucapan Abhi dan malah duduk disampingnya lalu menenggak segelas air putih.

...🌟 BERSAMBUNG 🌟...

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

next

2024-04-18

1

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒋𝒅 𝒌𝒆𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒌𝒍 𝒑𝒂𝒌 𝑯𝒂𝒏𝒊𝒇 𝒊𝒕𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒋𝒊𝒏 𝒅𝒆𝒉 🤔🤔

2024-04-09

0

Putrii Marfuah

Putrii Marfuah

hmmm...kira2 siapa Pak hanif ya?

2023-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!