AYAT KURSI

"Bhi, pak kyai bilang apa ke kamu? ada kaitannya tentang sosok pak Hanif atau ada perintah untuk kamu?" cerca Achmad saat ia kembali ke asrama.

"Ini tentang pak Hanif."

"Terus?"

Seketika Achmad dan beberapa santri lain mendekat. Abhi membenarkan posisi duduknya seraya mulai bercerita.

"Pak kyai tadi cerita kalau beliau sudah tahu sosok pak Hanif itu adalah jin. Jin senior yang telah hidup sejak jaman kerajaan. Pak kyai juga tahu kalau aku sudah beberapa kali diganggu, dijahili istilahnya maka dari itu, pak kyai sempat berpesan agar aku membaca basmallah dan ayat kursi ketika hendak melakukan sesuatu. Sayangnya aku lupa saat bertemu pak Hanif. Aku anggap dia manusia dan mengobrol biasa dengannya. Mana aku tahu kalau dia ternyata jin. Wujudnya normal seperti manusia pada umumnya."

"Wah iya juga Bhi tapi sepertinya bukan karena lupa baca ayat kursi saja deh, dia gangguin kamu. Kalau masalah gak baca ayat kursi, aku saja kan juga suka lupa tapi kenapa cuma kamu yang dijahili? pasti ada alasan yang lain," sahut Achmad.

"Bener tuh, sepertinya ada alasan yang lain juga," timpal santri yang lain.

"Apa ya? aku gak tahu masalah itu," jawab Abhi.

"Kira-kira, dia bakalan nongol lagi gak ya setelah ketahuan begini?"

Abhi menggelengkan kepalanya.

"Jadi penasaran," gumam Achmad.

"Sebaiknya tidak usah datang lagi."

"Kamu mulai takut ya Bhi?"

"Normal kan aku takut? sudah semingguan loh aku ketemu dia terus, sekarang tahu kalau dia adalah jin, mana bisa gak ngeri?"

"Iya-iya paham, ya sudah jangan lupa sama pesan pak kyai!"

"Iya."

Abhi pikir, setelah identitas pak Hanif terbongkar, ia tidak akan muncul lagi tapi ternyata, ia salah. Pada malam berikutnya, pak Hanif kembali datang. Saat itu, Abhi berniat kembali ke asrama lebih dulu usai solat tarawih. Namun, ia dikejutnya oleh sosok pak Hanif yang tiba-tiba saja muncul di belakangnya.

"Mas Abhi.."

...Deg...

Abhi tahu betul suara siapa itu. Reflek ia menoleh dan benar saja, pak Hanif telah berdiri di belakangnya. Untuk sepersekian detik pertama, Abhi hanya bisa diam, mematung dalam posisinya.

"Maaf mas Abhi! saya mau minta paket takjil lagi!"

Seketika Abhi beringsut pelan sembari terus mengamati pak Hanif yang ada di depannya.

"Mas Abhi.."

Saat itulah Abhi mulai menyadari kalau memang yang diincar pak Hanif hanyalah dirinya. Bahkan, ketika ia sudah tidak berada di masjid pun, pak Hanif masih menghampirinya. Ingatannya seolah terpanggil kembali akan ucapan pak Hanif yang mengatakan kalau ia mengenal semua santri di pesantren. Hal ini ia kaitkan dengan ucapan pak kyai kalau sosok pak Hanif sebenarnya adalah jin yang telah hidup selama ribuan tahun sejak jaman kerajaan dulu.

"Mas.."

...Deg.....

Abhi memandang pak Hanif seraya melemparkan tatapan nan tajam.

"Apa maumu? aku tahu siapa kamu? kenapa terus menerus menggangguku?" tanya Abhi.

Raut pak Hanif yang tadinya bersahaja seketika berubah dingin.

"Pergilah sebelum kupanggilkan pak kyai!" usir Abhi.

Mendengar hal ini, pak Hanif malah tertawa kecil lalu segera merubah raut wajahnya kembali menjadi lebih tegas. Dua pasang mata saling berhadapan. Tak ada satu pun yang berniat untuk beranjak. Tak lama kemudian, pak Hanif mendekat dan membisikkan sesuatu ke telinga Abhi. Dengan nada lembut tapi menusuk ke dalam kalbu.

"Makanya, kalau gak mau ketemu aku, baca ayat kursinya!" ucap pak Hanif disusul tawa cekikikan.

Abhi membulat dalam diam. Tubuhnya seolah kaku sulit untuk digerakkan. Sementara pak Hanif berbalik arah berjalan menjauh sembari tetap cekikian. Barulah setelah pak Hanif menghilang dari pandangan, Abhi dapat menggerakkan tubuhnya. Seketika ia limbung, terhuyung nyaris jatuh. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang.

"Astaghfirulloh hal adzim! ternyata benar, pak Hanif adalah jin," ucap Abhi di dalam hati.

Setelah itu, Hanif segera bergegas menuju kediaman pak kyai untuk menceritakan peristiwa yang baru saja menimpanya. Meski dalam keadaan ketakutan, Abhi mengucapkan salam dengan tenang, setenang yang ia bisa. Tak lama kemudian, pak kyai menjawab salamnya seraya keluar dari dalam rumah.

"Ada perlu apa Bhi? ayo masuk!"

"Iya pak kyai."

"Ada apa?"

"Begini pak, tapi pak Hanif, maksud saya jin yang mengaku bernama Hanif itu mendatangi saya lagi. Meminta paket takjil seperti biasa dan karena saya sudah tahu siapa dia, langsung saja saya tanyakan maksudnya. Jin itu sempat menatap tajam ke arah saya lalu mengejek saya."

"Mengejek bagaimana?"

"Ini kesalahan saya sih pak kyai. Saya tidak baca ayat kursi."

"Emm begitu, lalu?"

"Setelah itu dia balik badan lalu pergi tapi badan saya menjadi kaku. Saya takut memang, meski pun wujudnya masih seperti manusia tapi saya sudah tahu identitas aslinya."

"Iya-iya, tidak apa-apa. Begini ya Bhi, kamu ini semacam ada bakat atau apa ya menyebutnya? intinya begini, kamu akan mudah diikutin jin-jin semacam itu. Mungkin, ke depannya nanti, kamu akan lebih sering melihat penampakan-penampakan semacam ini. Cuma satu saja pesan saya. Jangan sampai kamu bersedia kalau diikutin mereka (jin)!"

"Jadi, saya akan sering lihat penampakan pak kyai?"

"Sepertinya begitu tapi tidak masalah. Insha Alloh tidak sampai membahayakan keselamatanmu."

Abhi terdiam.

"Ingat ya! jangan mau kalau nanti ada jin yang berniat ikut sama kamu! sekalipun dia bilang kalau dia tidak minta perawatan macam-macam, tetap saja jangan mau!"

"Iya pak kyai, akan saya ingat pesan pak kyai! akan saya tolak kalau ada yang ingin ikut saya!"

Pak kyai manggut-manggut lalu meminta Abhi untuk kembali ke asrama dan memintanya untuk beristirahat. Abhi pun salim seraya mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam!" jawab pak kyai.

Abhi berjalan kembali ke kamar dengan raut wajah yang tak biasa. Bagaimana pun, rasa takut masih menylimutinya. Raut wajah ini, terbaca oleh teman sekamarnya, Arif namanya. Arif lantas menanyai Abhi, khawatir Abhi sedang sakit tapi dibiarkan saja.

"Aku gak sakit Rif tapi ketakutan," sanggah Abhi.

"Lah, masak iya? mukamu sekucel itu ya kalau lagi takut?"

"Menurutmu harus kayak gimana kalau gak kayak gini?" tanya Abhi, sedikit memajukan wajahnya.

"Memangnya ada apa? takut sama siapa?"

"Yakin mau tahu? kamu kan penakut," ledek Abhi.

"Siapa bilang penakut?"

"Satu pesantren juga tahu kalau kamu penakut."

"Coba bilang dulu! baru bisa dibuktikan, aku takut atau enggak."

"Oke, ini tentang berita yang heboh akhir-akhir ini."

"Apa itu?"

"Jin yang ngaku namanya pak Hanif datang lagi tadi dan kamu tahu.."

"La.. lala la laa.. tri.. lili.. tri.. lili.." Sahut Arif memotong cerita Abhi yang baru saja dimulai.

Arif enggan mendengar kelanjutan ceritanya sebab ia, sangatlah penakut. Beruntung, Arif tidak peka terhadap hal semacam itu sehingga ia, tidak pernah satu kali pun melihat penampakan sepanjang usianya.

"Heh, dengerin dulu Rif!"

"Lala laa llaaa laaa lii lii lii liii."

Arif tetap bersenandung yang tak ayal membuat Abhi, tertawa.

...🌟 BERSAMBUNG 🌟...

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

next

2024-04-18

1

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝑨𝒓𝒊𝒇 𝒍𝒖𝒄𝒖 𝒅𝒆𝒉 🤭🤭🤭

2024-04-09

0

Shinta Teja

Shinta Teja

yang diam kaku itu abhi Thor bukan Hanif 🤭🤫

2023-06-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!