Pada malam-malam berikutnya, pak Hanif selalu datang dan Abhi pun selalu memberikan tiga paket takjil kepadanya seperti biasa hingga suatu kali, pak kyai memanggil Abhi ketika keduanya berpapasan. Usai salim (mencium tangan pak kyai), Abhi pun ditanyai.
"Bhi, gimana persiapan ujianmu untuk masuk ke perguruan tinggi?" tanya pak kyai.
"Saya terus belajar pak, insha Alloh dengan izin Alloh, bisa lancar saat mengerjakan ujian nanti."
"Aamiin! semoga Alloh meridhoi!"
"Iya pak kyai aamiin!"
"Akhir-akhir ini, apa kesibukanmu selain jadwal harian pondok dan sekolah?"
"Em.. cuma sesekali ikut tadarus dan memeriksa pembukuan bagi takjil pak kyai."
"Oh.. iya-iya, saya cuma mau pesan."
Abhi lantas menajamkan pendengarannya sebab, pesan dan petuah dari pak kyai, tidak boleh diabaikan.
"Pesan saya, setiap mau melakukan sesuatu, jangan lupa baca bismillah atau lebih lengkapnya sampai baca ayat kursi malah lebih bagus."
"Iya pak kyai, akan saya lakukan!"
Pak kyai manggut-manggut lalu mengucap salam seraya melangkah pergi. Sampai detik itu, Abhi masih belum berpikir macam-macam. Sekedar meniatkan dalam hati untuk melaksanakan apa yang telah pak kyai perintah.
...🌟🌟🌟...
Malam harinya, kegiatan Abhi sedikit longgar, ia memilih tetap berada di masjid usai melaksanakan solat tarawih. Turut serta membaca al-quran sebelum kemudian, ia duduk-duduk di teras. Seorang temannya mendekat dan kemudian, mereka pun bercakap-cakap. Sekedar perbincangan ringan tanpa membahas tentang pelajaran sekolah atau pun kegiatan di pesantren mereka.
"Bentar Bhi, aku mau kencing!" ucap Fatih, lawan bicaranya sedari tadi.
"Iya Tih," jawab Abhi seraya merebahkan diri.
Tak lama kemudian, pak Hanif datang membuat Abhi kembali menegakkan tubuhnya seraya menjawab salam yang pak Hanif ucapkan.
"Maaf mas, merepotkan terus!"
"Tidak apa-apa pak Hanif, sebentar ya!"
"Iya."
Abhi pun beranjak untuk mengambil tiga paket takjil. Fatih yang baru saja keluar dari kamar mandi, melihat Abhi dan mengamatinya. Abhi lekas bergegas ke teras lagi untuk menyerahkan tiga paket takjil kepada pak Hanif. Namun, hal ini malah membuat Fatih terkejut bukan main. Dalam penglihatannya, tiga paket takjil yang diulurkan Abhi, seolah berpindah tangan kepada sosok yang tak terlihat. Fatih hanya bisa membeku dalam posisinya melihat tiga paket takjil yang melayang menjauh dari masjid. Terlebih ketika melihat Abhi masih menjawab salam seolah memang sedang berbicara dengan seseorang.
...Deg.....
Pada sepersekian detik kemudian, Fatih bisa mengendalikan tubuhnya dan reflek berteriak.
"Abhi!" panggil Fatih dengan nada ban tinggi.
Panggilan Fatih menarik perhatian santri-santri yang lain. Semua mata memandang ke arah Fatih sembari menanti, apa yang akan Fatih lakukan hingga memanggil Abhi dengan nada tinggi.
"Ada apa Tih? kamu gak kenapa-kenapa kan?" tanya Abhi yang malah khawatir.
"Ka-mu.. kamu bicara dengan siapa barusan?"
Mendengar nada bicara Fatih yang tak biasa, beberapa santri lain pun menghampiri mereka.
"Ada apa Tih?" tanya santri yang lain.
Fatih hanya menoleh sebentar lalu kembali menanyai Abhi.
"Kamu bicara sama siapa? kamu ngasih takjil ke siapa?" cerca Fatih.
"Tadi, aku bicara dengan pak Hanif. Pak Hanif yang biasa datang setiap malam untuk meminta takjil karena keluarganya kekurangan. Kesulitan untuk makan dan memang sedang diuji Alloh dengan kondisi demikian."
"Astaghfirulloh Bhi! yang kamu lihat manusia?"
"Hah? iya manusia, pak Hanif kan manusia."
Seketika Fatih bergidik sebelum kemudian menjelaskan.
"Aku tadi nglihatin kamu dari sana. Kamu itu ngomong sendiri dan takjil yang kamu bawa itu melayang ke sana, menjauh pergi. Yang setiap hari minta takjil itu, pasti bukan manusia."
Semua santri terperanjat, begitu pun dengan Abhi.
"Yang benar kamu Tih? jangan menyebar fitnah!" tanya santri lain mempertegas semuanya.
"Demi Alloh aku lihat Abhi seorang diri. Kalau memang Abhi yakin sedang berbicara dengan manusia, aku yakin itu Jin," ucap Fatih.
"Astaghfirulloh! apa perlu kita ceritakan ke pak kyai?" tanya santri yang ikutan nimbrung.
"Apa tidak mengganggu istirahat pak kyai kalau jam segini kita ke sana?" sahut santri yang lain.
"Benar juga, besok saja kita sampaikan ke ustad di kelas atau kalau ketemu pak kyai, ya kita sampaikan ke pak kyai!" usul yang lainnya.
"Iya-iya begitu saja. Kita akhiri saja tadarus malam ini. Suasananya sudah tidak mendukung lagi!"
"Iya."
Alhasil, semua sepakat untuk menyelesaikan tadarus lebih awal lalu kembali ke kamar masing-masing. Untuk beberapa waktu berselang, Abhi masih memikirkan ucapan Fatih. Ia mulai mengaitkan segala hal yang menurutnya terasa janggal. Mulai dari kejanggalan izin yang diperoleh pak Hanif setiap malam untuk dapat memasuki kawasan pesantren, menuju masjid untuk meminta takjil dan juga tentang pak Hanif yang sudah mengetahui namanya meski Abhi belum memperkenalkan diri. Ditambah ucapan pak Hanif yang katanya, tahu nama semua santri. Baru malam itu, hal-hal tak masuk akal, Abhi sadari. Belum lagi tentang waktu kedatangan pak Hanif. Entah kebetulan atau tidak, ia selalu datang disaat Abhi sendirian. Kalau pun ada santri lain, pasti sedang tertidur atau sedang pergi sebentar. Tetap saja hanya Abhi yang akhirnya bertemu dengan pak Hanif.
"Kenapa baru sekarang aku sadar?" desah Abhi.
...🌟🌟🌟...
Keesokan harinya, cerita mistis yang Abhi alami menyebar dengan sangat cepat. Pak kyai pun sampai mendengarnya. Ia pun meminta seorang santri untuk memanggil Abhi ke kediaman pak kyai. Abhi lekas memenuhi panggilan tersebut.
"Assalamualaikum pak kyai!"
"Waalaikumsalam Bhi! masuk Bhi!'
Abhi pun masuk seraya salim.
"Duduk Bhi!"
"Iya pak kyai," jawab Abhi seraya duduk di lantai beralas tikar.
"Ada tugas apa untuk saya pak kyai?" tanya Abhi.
"Tidak ada tugas, cuma mau tanya saja. Apa kamu sudah melakukan apa yang saya perintahkan?"
Abhi terdiam sebentar lalu mengangguk.
"Sudah pak kyai, saya sudah membaca basmallah dan ayat kursi saat akan melakukan sesuatu."
"Bagus tapi kenapa tidak kamu pakai saat bertemu Hanif?"
...Deg.....
Abhi terdiam.
"Dia itu jin yang sengaja menjailimu. Sudah sangat senior di sini. Dia sudah hidup sejak jaman kerajaan dulu. Saya tahu kalau dia menjailimu, itulah mengapa saya suruh kamu untuk membaca ayat kursi."
Sadar atas kelalaiannya, Abhi lekas meminta maaf.
"Sudahlah tidak apa-apa tapi lain kali, jangan lupa dibaca ya! mengamalkan ayat kursi setiap mau mengerjakan sesuatu, itu sangat bagus."
"Iya pak kyai, saya akan berusaha menjaga itu. Sebisa mungkin akan saya baca ayat kursi ketika hendak melakukan sesuatu!"
Pak kyai manggut-manggut lalu mengalihkan topik pembicaraan ke hal lain sebelum kemudian, mengizinkan Abhi kembali.
"Baik pak kyai, saya undur diri dulu! assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam."
...🌟 BERSAMBUNG 🌟...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Ali B.U
next.
2024-04-18
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑨𝒃𝒉𝒊 𝒋𝒅 𝒅𝒆𝒈 𝒅𝒆𝒈 𝒈𝒂𝒏 𝒋𝒅𝒏𝒚𝒂 😱😱😱
2024-04-09
0
Lina Suwanti
cerita ini kan berlatar pesantren,,ada baiknya kencing di ganti dgn pipis atau lbh halus lg buang air kecil 🙏🙏
2023-07-06
0