MAJIKANKU SUAMIKU
...๐HAPPY READING๐...
"๐๐ฌ๐ถ ๐ต๐ช๐ฅ๐ข๐ฌ ๐ฃ๐ช๐ด๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐บ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ถ๐ฏ๐บ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ข๐ด๐ข๐ข๐ฏ๐ฌ๐ถ ๐ญ๐ข๐จ๐ช, ๐ด๐ข๐ข๐ต ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ต๐ข๐ฎ๐ข ๐ฌ๐ข๐ญ๐ช ๐ฎ๐ฆ๐ญ๐ช๐ฉ๐ข๐ต๐ฎ๐ถ, ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ต๐ฆ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ค๐ถ๐ณ๐ช ๐ฉ๐ข๐ต๐ช๐ฌ๐ถ. ๐๐ข๐ข๐ต ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ข๐ฏ๐จ๐จ๐ช๐ญ ๐ฏ๐ข๐ฎ๐ข ๐ฌ๐ถ, ๐ฅ๐ฆ๐ต๐ข๐ฌ ๐ซ๐ข๐ฏ๐ต๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ถ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ฅ๐ฆ๐ต๐ข๐ฌ ๐ถ๐ฏ๐ต๐ถ๐ฌ ๐ฎ๐ถ. ๐๐ฆ๐ณ๐ต๐ข๐ฎ๐ข ๐ฌ๐ข๐ญ๐ช ๐ฌ๐ช๐ต๐ข ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ค๐ช๐ถ๐ฎ๐ข๐ฏ, ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ด๐ฆ๐ญ๐ข๐ญ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ณ๐ข๐ด๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ฉ๐ข๐ฅ๐ช๐ณ๐ข๐ฏ๐ฎ๐ถ. ๐๐ข๐ข๐ต ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฆ๐ซ๐ข๐ฎ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ข๐ต๐ข, ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ช๐ฌ๐ช๐ณ๐ฌ๐ข๐ฏ๐ฎ๐ถ, ๐ด๐ข๐ข๐ต ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ถ๐ฌ๐ข ๐ฎ๐ข๐ต๐ข, ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ญ๐ช๐ฉ๐ข๐ต๐ฎ๐ถ, ๐ด๐ข๐ข๐ต ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ฃ๐ช๐ค๐ข๐ณ๐ข, ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฉ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ฃ๐ช๐ค๐ข๐ณ๐ข ๐ต๐ฆ๐ฏ๐ต๐ข๐ฏ๐จ๐ฎ๐ถ. ๐๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฎ๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ช๐ฏ ๐ฎ๐ช๐ด๐ฌ๐ช๐ฏ ๐ฅ๐ช๐ฎ๐ข๐ต๐ข ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐ต๐ถ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ต๐ข๐ฑ๐ช ๐ฉ๐ข๐ต๐ช๐ฌ๐ถ ๐ฌ๐ข๐บ๐ข ๐ฌ๐ข๐ณ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ฎ๐ถ. ๐๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ฏ๐ข๐ฉ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ต๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ต๐ช๐ฅ๐ข๐ฌ, ๐๐ญ๐ช๐ด๐ฉ๐ข, ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ค๐ช๐ฏ๐ต๐ข๐ช๐ฎ๐ถ, ๐ช๐ป๐ช๐ฏ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ๐ฎ๐ถ ๐ณ๐ข๐ต๐ถ ๐ฅ๐ช๐ฉ๐ข๐ต๐ช๐ฌ๐ถ."
Air mata menetes dari mataku, "Astaga, film ini sangat romantis, kuharap aku bisa berada diposisinya, aku juga mencintaimu Desmond." Aku berkata sambil menyeka air mataku tapi tatapan ku masih terpaku pada layar televisi saat mereka akan berciuman.
Ibu ku datang menyela ku dengan menuangkan air dingin ke tubuh ku dan aku langsung melompat dari kursi.
"Gadis bodoh, beraninya kamu duduk diruang tamuku dengan tubuh menjijikkan mu itu. Bukannya bekerja malah asyik menonton film, apa kau bosan hidup ha?" Ibu berteriak padaku.
"Maafkan aku ibu, aku merasa bosan setelah melakukan semua pekerjaan rumah, jadi, aku menonton TV." Aku memohon padanya.
"Tutup mulut sampah mu itu. Oh! Aku tidak tahu kalau dirumah ini memiliki mesin yang bisa menyelesaikan pekerjaan dengan sangat cepat. Mungkin aku perlu menggandakan pekerjaanmu supaya kamu tidak lagi merasa bosan."
Aku tahu kalau aku tidak akan pernah bisa melawan perkataan nya, "Tidak ibu, maaf, aku menarik kembali kata-kataku, aku tidak pernah bermaksud seperti itu, aku sangat baik-baik saja dengan pekerjaan rumah yang aku lakukan sebelumnya." Hal berikutnya, aku hanya bisa pasrah menerima tamparan keras dari ibu ku.
"Beraninya kamu membantahku? Apa kamu sudah mencuci pakaian adikmu? Apa kamu sudah menyiapkan makanan yang harus kita makan? Aku pastikan kamu tidak akan bisa mencicipi makanan sepanjang hari ini."
Ibu terus memukuli ku, layaknya aku seonggok sampah baginya.
"Aku akan memberi tahu ayahmu kalau kamu sekarang sudah pandai menonton video porno, kamu belajar cara berciuman supaya kamu bisa pergi ke sekolah dan terhindar dari pekerjaan rumah, benar kan."
"Bukan seperti itu ibu, tolong, aku minta maaf." Dia memukuli ku lagi dengan meninggalkan bekas luka yang serius di kulit ku dan menyeret ku kekamar mandi untuk mencuci pakaian saudara perempuan ku yang belum kembali dari sekolah.
Aku tidak tahu mengapa orang tuaku sangat membenci diriku terutama ibuku, dia memperlakukan aku seperti budak, sedangkan saudara perempuanku Aghata mendapatkan segalanya tapi dia begitu pemalas. Dia tidak melakukan apa-apa di rumah, hanya aku yang melakukan semua pekerjaan rumah dan bahkan mencuci ****** ********.
Aku anak kandung nya tetapi mereka memperlakukan aku seperti anak pungut di rumah ini, bahkan Aghata menghinaku dan jika aku memukulnya, maka aku harus siap menghadapi kemarahan ibu.
"Ibu mengancam ku untuk menghentikan ku dari kuliah karena dia merasa itu semua hanya membuang-buang uang saja dan sekarang dia memiliki kesempatan yang sempurna untuk melakukannya, hidupku sudah hancur hiks hiks hiks." Aku menangis saat aku sedang mencuci pakaian milik Aghata.
*
*
*
Aku telah menyelesaikan semua pekerjaan ku dan sekarang aku sangat kelaparan, aku butuh makanan, aku hanya berharap ibu akan memaafkan ku.
Ayah, ibu, dan Aghata sedang makan di meja makan. Aku yang melihat makanan yang berderet di meja membuat air liur ku menetes.
"Bu, aku sudah selesai dengan semua yang ibu minta untuk kulakukan." Aku tidak mendapat tanggapan dari mereka.
"Bu aku...", Aghata dengan cepat membungkamku, "Ana kurasa kamu kurang paham aturan di rumah ini. Apa kamu tidak melihat kami sedang makan? Ya, kami tahu kamu sudah menyelesaikan pekerjaan mu, kami tidak tuli."
"Maaf, aku hanya ingin meminta izin sebelum mengambil makanan dari dapur", kataku.
"Aduh,,, dasar kamu cewek tolol! Kamu mau aku tersedak makananku hanya karena kamu lapar? Maaf mengecewakan mu, makanannya sudah habis tapi, jangan sedih, masih ada beberapa makanan kaleng yang kusimpan di dapur untukmu." Ucap ibuku.
Suasana hati ku sedikit cerah mendengar kalimat ibu barusan.
Ayah bahkan tidak melihatku, tapi tak apa, aku sudah terbiasa. Aku bergegas ke dapur dengan begitu bahagia.
Aku melihat nilon tempat dia menyimpan makanan kaleng dan segera aku mengeluarkannya, aku perhatikan semuanya, ternyata itu adalah makanan yang sudah kadaluwarsa.
Air mata panas mengalir di pipiku.
Aku pun kembali ke mereka dan berkata, "Bu, ayah ini tidak adil, aku melakukan hampir semua hal dirumah ini, aku mencoba menjadi yang terbaik untuk menjadi putri kalian, tetapi malah Aghata yang selalu mendapatkan semuanya, aku tidak pergi kuliah hari ini karena aku tidak memiliki pakaian yang masuk akal untuk dipakai, tetapi kalian malah berbelanja pakaian baru untuk Aghata, aku bilang aku kelaparan, tapi dengan teganya kalian memberikan aku makanan yang sudah kadaluwarsa sementara kalian makan makanan sehat disini. Apa aku pantas mendapat perlakuan seperti ini dikeluarga ku sendiri?." Aku berteriak keras.
PLAKK
Tangan besar nan kasar Ayah ku mendarat di pipi ku. Tamparan panas yang membuat darah keluar dari hidungku, "Kamu anak yang tidak tahu berterima kasih. Jangan pernah berbicara seperti itu didepan ku atau ibumu lagi, dan ingat, Aghata akan selalu menjadi anak terbaik ku dan kamu hanyalah pilihan kedua dirumah ini." Perkataan ayah sangat menyakitkan hatiku, aku menangis memegangi wajahku yang memerah.
Aghata menuangkan sisa makanannya padaku dan berkata, "Kamu bisa makan dari kain perca yang kamu sebut pakaian ini, sekarang aku tahu betapa cemburunya kamu." Katanya sambil mendorong kepalaku sebelum menuju kamarnya.
Ibu berteriak padaku untuk membersihkan tempat makan.
Aku yang terduduk di lantai menangis dengan serius, aku tidak punya pilihan selain menerima apa yang telah diberikan kehidupan kepada ku.
*
*
*
Setelah membereskan meja makan, aku mencuci piring kotor yang mereka gunakan untuk makan.
Aku microwave makanan kadaluwarsa itu karena aku tidak punya pilihan selain memakannya, aku hanya makan sekali itu pun kemarin dan sekarang aku benar-benar kelaparan.
Aku menyesal pernah dilahirkan di keluarga ini.
*
*
*
Aku keluar menemui teman ku Amy yang juga menderita sama seperti ku tetapi dia sedikit beruntung karena dia tidak dianiaya sama sekali.
Orang tuanya telah pergi, dia tinggal bersama neneknya di sebuah rumah tua yang tidak pernah terpikirkan oleh siapa pun untuk ditinggali.
"Ana, apa yang terjadi padamu, wajahmu sangat merah dan kamu berdarah juga."
"Aku baik-baik saja Amy, aku kesini untuk menjengukmu, bagaimana kabar nenek?"
"Nenek sudah tidur. Maafkan aku temanku, kamu tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti itu dari orang tuamu." Ucap Amy.
"Aku baik-baik saja, aku ragu apakah aku bisa melanjutkan kuliah lagi atau tidak."
"Apa yang terjadi? Mengapa kamu berubah pikiran?" dia bertanya.
"Orang tua ku akan mendiskusikannya hari ini denganku, aku pikir mereka tidak ingin menyekolahkan ku lagi. Mereka ingin aku bekerja supaya bisa membantu perekonomian keluarga dan membiayai kebutuhan Aghata."
"Apa-apaan ini? Aku akan memukul adikmu suatu hari nanti, aku berjanji padamu."
*
*
*
TBC๐ผ
*
*
*
Agar Author semangat dalam menulis, author tetep boleh donk minta like, komen dan rate bintang 5 nya, kalau bisa sih votenya juga ya! (Itu kalau kalian mau) ๐ ๐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments