Setelah puas mencaci dan mengusir ibu tirinya, Ansel segera berlari menuju ruang perawatan VVIP milik ayahnya, seperti yang sudah di informasikan. Sementara Liliana diam terpaku, tidak menyangka jika ia akan menghadapi anak tirinya yang sepertinya sangat tidak menyukainya.
Liliana menghela napas berat. Ingin rasanya ia berlari mengikuti Ansel, untuk membuktikan pada Ethan bahwa dirinya adalah seorang istri yang baik, yang sudah menemaninya, tetapi seketika niatnya ia urungkan saat melihat sikap dan penolakan Ansel padanya.
Liliana menatap nanar punggung tegap milik anak tirinya yang kian menjauh itu. Tidak dapat dipungkiri jika dalam hatinya timbul selintas pemikiran, kenapa bukan Ansel saja yang menikahinya, karena usianya yang masih muda dan lebih pantas bersanding dengannya, bukannya malah Ethan, ayah Ansel.
Pantas? Apakah memang Ansel lebih pantas bersanding dengannya jika dibandingkan Ethan? Helo, siapa dirinya hingga berani lancang membayangkan sesuatu yang hanya halusinasi saja. Semua tidak akan mungkin. Terlebih status sosialnya jauh di bawah mereka. Tahu diri dong, Liliana! Setidaknya itulah kini yang sedang berkecamuk dalam hatinya.
Liliana segera berlalu pergi. Tidak ada tempat tujuan lain, selain hotel tempat yang sudah Ethan sewa untuk resepsi pernikahan mereka. Setelah sampai, ia segera masuk ke dalam kamar dan menghempaskan tubuhnya dengan kesal. Niat baiknya justru berujung kebencian dalam hati Ansel.
Sementara itu, Ansel mencari ruang perawatan Ethan, dibantu oleh seorang perawat. Saat ia masuk, ayahnya itu sedang berbaring sembari menatap langit-langit kamar tanpa berkedip.
"Kau datang?" sambut Ethan dengan suara tertahan karena masih merasakan sakit di dada kiri dan kepalanya, masih ada sedikit pengaruh alkohol yang mengganggunya.
"Bagaimana kondisi Papa?"
"Beginilah, seperti yang kau lihat," jawab Ethan. "Mana Mama mu?" tanyanya sembari melirik kesana kemari, mencari sosok Liliana.
"Tidak ada. Aku datang sendirian," jawab Ansel, dingin.
Ethan tertawa pelan. "Jangan bercanda. Aku tahu dia tadi datang bersamamu, karena aku masih setengah sadar saat kau membawaku keluar dari hotel," ucapnya.
"Dia ku suruh pulang," jawab Ansel pada akhirnya.
"Kenapa?"
"Biar saja. Toh dia yang sudah membuat Papa sakit seperti ini?"
Ethan menghela napas panjang. "Bukan dia yang sudah membuatku begini. Panggil dia, ajak ke sini, aku mau bicara dengan kalian berdua," titahnya.
"Tapi, Pa ...."
"Lakukan saja! Bisakah kau sekali saja memenuhi keinginan papa yang sudah semakin tua ini?"
Ansel mendengus kesal. "Sudah tahu makin tua, Papa malah cari-cari masalah dengan menikahi wanita yang jauh lebih muda," gerutunya.
"Sudah, panggil dia!"
Mua tidak mau Ansel pun segera menghubungi Sam yang masih ada di hotel dan menceritakan semua yang terjadi. Ia pun meminta Sam untuk mencari Liliana dan menyuruhnya untuk datang bersamanya ke rumah sakit itu.
Kedua orang tua Ethan panik seketika saat mendengar kabar, putranya itu saat ini sedang dirawat di rumah sakit. Mereka segera meminta untuk diantar, tetapi Sam mencegah mereka dan justru memerintahkan beberapa orang untuk mengantar kedua irang tua Ethan untuk pulang, dengan dalih Ethan baik-baik saja.
"Aku tidak mau!" tolak Liliana.
"Jangan begitu, Nyonya. Suami Anda sedang sakit dan wajib bagi Anda untuk menemani beliau," bujuk Sam.
"Anaknya yang sudah mengusirku, untuk apa sekarang aku datang lagi ke sana? Apa kau mau mempermalukan ku?"
"Bukan begitu, Nyonya. Tuan Ethan sebenarnya meminta Anda dan Tuan Ansel untuk datang ke ruangannya, tetapi sepertinya Tuan Ansel tidak paham maksud Tuan Ethan," jelas Sam. "Mari, Nyonya, mobil sudah siap."
Liliana mendecak kesal. "Aku masih belum selesai berkemas. Ethan bilang malam ini juga kita pulang ke rumah," ucapnya.
"Tinggalkan saja semuanya, biar kami yang urus, Nyonya pergi saja ke rumah sakit, Tuan besar menunggu Anda," tegas Sam sembari menutup pintu kamar hotel yang ditempati oleh Liliana.
"Kalian suka memaksa," gerutu Liliana. Namun tak urung ia melangkah juga, meninggalkan kamarnya, menuju ke lobi hotel, tempat para anak buah dan driver pribadinya menunggu.
Sam memerintahkan beberapa orang untuk mengemasi semua barang milik Liliana dan Ethan di kamar yang mereka sewa. Ia lalu berlari menyusul Liliana lalu ikut duduk dalam satu mobil dengan istri atasannya itu. "Ke rumah sakit pusat!" titahnya yang langsung dipatuhi oleh sang driver. Liliana yang duduk di belakang hanya diam sembari memainkan ponselnya.
Sementara itu di rumah sakit, Ethan dan Ansel terlibat dalam perdebatan yang cukup sengit, namun tidak sampai membuat Ethan naik pitam dan mengganggu kesehatannya.
"Meskipun begitu kau tidak boleh membentak dan mengusir seenaknya, dia itu istriku!" gertak Ethan saat Ansel menjelaskan dengan jujur, alasan Liliana pergi.
"Ya sudahlah, Pa. Lagian dia nggak hilang. Wanita seperti dia mana bisa pergi jauh-jauh dari Papa? Pasti dia balik ke hotel, tanya aja sama Sam, tuh," jawab Ansel.
Ethan menghela napas panjang. Bicara dengan Ansel membuat energinya cukup terkuras. Beruntung ia masih bisa menahan diri hingga jantungnya tetap aman.
Suara ketukan pintu mengejutkan keduanya yang kini menoleh seketika, melihat kedatangan Sam bersama Liliana yang melangkah takut di belakangnya.
"Nyonya datang, Tuan Ethan," ucap Sam, memberitahu.
"Kemarilah, Lili," ucap Ethan pelan. Ia menatap Liliana yang terlihat gugup saat itu. Sementara Ansel menatapnya dingin.
"Ada apa?"
"Jaga aku selama aku dirawat di rumah sakit ini," pinta Ethan. "Apa kau bersedia?"
Liliana mengangguk. "Ya," jawabnya singkat sembari melirik sekilas pada Ansel yang mencebik padanya.
"Sebelumnya perkenalkan, dia Ansel, putraku satu-satunya, sang penerus kerajaan bisnis Dharmendra Group," ucap Ethan sembari menoleh pada Ansel. "Ansel, dia ibu tirimu, dan kau harus patuh serta hormat padanya," tegasnya.
Ansel mendecak pelan. Ia hanya mengangguk saja menanggapi ucapan Ethan. Dalam hatinya merasa, perkenalan itu tidak penting, karena ia dan Liliana sudah tahu dengan sendirinya.
"Ini penting, karena untuk menunjukkan di depan masyarakat luas, bagaimana status dan kondisi keluarga kita saat ini, Ansel, kau harus ingat bagaimana harus menjawab di depan media, jika mereka bertanya padamu," ucap Ethan, seolah bisa membaca isi hati Ansel.
"Iya, Pa," jawab Ansel terpaksa. Ia begitu enggan dengan suasana yang kaku seperti ini. Sudah 20 tahun lebih ia menjalankan peraturan dalam keluarganya, di bawah perintah Ethan yang diktator.
"Dan kau, Lili, jaga sikapmu selama di luar dan tidak sedang bersamaku," ucapnya lagi kali ini sembari menoleh pada Liliana yang duduk di sebelahnya.
"Baiklah," jawab Liliana.
Sam melihat semuanya dalam diam. Bukan hal asing lagi baginya saat melihat Ethan memberikan ultimatum ataupun petuah wajib yang harus didengarkan dan dipatuhi oleh semua anggota keluarga termasuk dirinya dan seluruh anak buah Ethan.
"Patuhi saja agar kau bisa mendapatkan semuanya," sinis Ansel, menyindir Liliana. "Itu bukan hal yang sulit, Papa sudah tua," imbuhnya sarkas.
Liliana mendelik padanya. Namun belum sempat ia berucap, Ethan sudah membentak Ansel dan menyuruhnya untuk diam.
"Lihat, sejak Papa menikahimu, aku jadi tersingkir dan tidak di dengarkan oleh Papa. Kau akan tanggung akibatnya, wanita murahan!" geram Ansel yang lalu melangkah pergi dengan kesal setelah di bentak oleh Ethan di hadapan Liliana.
"Jangan terlalu kasar padanya, Ethan, dia anakmu," lirih Liliana yang merasa jengah melihat sikap Ansel padanya.
"Diam kau!" desis Ethan. "Jangan besar kepala karena permintaanku pada Ansel tentangmu," imbuhnya sembari menatap nyalang Liliana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sery
anak tiri seumuran dengan ibu tiri
2023-06-22
0
Ratu Wr
ihhh dasar ansel mulutnya gak bisa ngerem kalau ngomong
2023-06-06
6
Ratu Wr
wahhh mau ngapain ini si pak tua
2023-06-06
5