"Jangan begitu, Nona, Anda membuat kami takut," bisik salah satu wanita di samping Liliana.
"Ya emang bodo amat, aku nggak mau diganggu. Enak saja mereka main perintah. Kenal saja nggak," gerutu Liliana.
"Tapi Non, Tuan Sam ini cukup berkuasa juga, jangan main-main dengannya, yang sopan," jawab wanita itu.
"Sam?"
"Orang ini, Non, asisten Tuan Ethan."
Liliana mengangguk paham. ia lalu memejamkan matanya, menikmati perawatan tubuh yang cukup memanjakannya itu. Sementara Sam tetap berdiri agak jauh dari pintu kamar mandi.
"Saya harap, setelah selesai Anda bisa langsung menemui beliau," ucap Sam tanpa menoleh pada Liliana yang tetap bungkam, tak berniat untuk menjawabnya.
Merasa diacuhkan, Sam pergi dengan sudut bibir yang terangkat. Selama mengabdi pada Ethan, baru kali ini ia menemukan wanita yang keras dan tidak takut padanya ataupun pada Ethan, meskipun sebenarnya gadis itu sedang terdesak dan sudah pasti sangat cemas dengan nasibnya. Satu nilai positif tentang Liliana muncul dalam benaknya.
Tak lama, Liliana selesai membersihkan diri dan kini ia melangkah ke ruang tengah untuk menemui Ethan. Pria paruh baya yang katanya calon suaminya itu.
"Duduklah!" titah Ethan sembari menatap Liliana tak berkedip. Yang ditatap jengah dan membuang muka, sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa.
"Jadi begini, Nona, Tuan Ethan menginginkan Anda untuk menikah dengannya, besok." Sam mulai menjelaskan. "Dan kami harap kerjasama yang baik dari Nona, tanpa ada tindakan yang tidak perlu, karena akan merusak acara dan akan mengakibatkan kehancuran karir Nona di perusahaan, karena sebenarnya Tuan Ethan ini adalah owner dari Dharmendra Group."
Liliana menatap Ethan tak percaya. Ia baru tahu, ternyata orang besar yang berdiri di balik perusahaan tempatnya bekerja adalah Ethan, sosok pria paruh baya yang ternyata calon suaminya.
"Kau harus percaya, dengarkan penjelasannya sampai habis!" tegur Ethan, seolah mengetahui isi hati Liliana.
Sam menjelaskan semuanya hingga Liliana mengerti dan patuh terhadap apa yang sudah ditentukan untuknya. Gadis itu hanya terdiam, masih tidak menyangka semua itu terjadi padanya.
"Tapi saya masih belum meminta ijin orang tua saya, Tuan," ucap Liliana ragu.
"Berikan alamat rumahmu, kami akan ke sana."
Liliana segera menyebutkan alamat rumahnya secara rinci, yang dicatat oleh Sam sembari berharap, orang tuanya tidak menyetujui pernikahan ini. Setelah selesai, Sam menghubungi seseorang dan memintanya untuk menjemput kedua orang tua Liliana, atas permintaan Ethan.
"Sekarang kau istirahatlah, besok adalah hari panjang yang pasti akan melelahkan bagimu," titah Ethan yang lalu beranjak pergi, meninggalkan Liliana termenung sendirian. Sam masih di sana, tetapi tidak duduk bersama Liliana.
"Nona, masuklah ke kamar, Anda tidak dengar perintah Tuan Ethan?" tegur Sam.
Tanpa banyak bicara, Liliana segera masuk ke kamar yang disediakan untuknya. Ia masih tertegun, tidak percaya jika statusnya akan segera berubah menjadi seorang Nyonya. Liliana menggelengkan kepala dan menampar pipinya berkali-kali, tapi terasa sakit. Saat itu juga ia tersadar, bahwa dirinya sedang tidak bermimpi.
***
Dan hari itu pun terjadilah. Liliana kini bersanding dengan seorang Ethan Dharmendra, di atas pelaminan yang cukup mewah dan elegan.
Sebuah rumah yang khusus disewa oleh Ethan untuk melangsungkan pernikahan itu menjadi saksi bisu, dimana tangis Liliana pecah ketika ia harus menikah dengan seorang pria yang terpaut 26 tahun di atasnya. Mereka sama-sama masih belum mengenal, sama-sama asing dan tidak saling mencintai. Lalu kenapa pernikahan ini harus terjadi?
Susah payah Liliana menahan tangisnya, terlebih saat mendengar kabar kedua orang tuanya telah menghilang, di hari pernikahannya ini. Tidak masalah baginya jika mereka menghilang karena tidak memberikan restu atas pernikahan ini, tetapi yang menjadi masalah baginya saat ini adalah, kemanakah mereka perginya? Karena Ethan mengatakan, anak buahnya tidak berhasil menemukan keberadaan mereka.
"Tersenyumlah, jangan membuatku malu di depan tamu penting!" tegur Ethan. Sedari tadi ia melihat Liliana yang selalu cemberut dan murung. Beberapa rekan bisnisnya sampai menyindir, mengatakan bahwa pernikahan ini hanyalah setingan. Meskipun memang benar, Ethan tidak mau mengakuinya, karena rasa gengsinya yang sangat besar.
“Begini rupanya, pengantin yang Papa pilih?” sinis seorang pemuda yang berwajah mirip dengan Ethan. Liliana seketika menebak, mungkin dia putra Ethan.
“Ansel, kapan kau datang?” sambut Ethan yang ditanggapi dingin oleh putranya itu.
“Ku kira dewasa, ternyata hanya gadis murahan yang mungkin mengharapkan harta Papa,” gerutunya tidak suka sembari melirik tajam Liliana yang kini menjadi ibu tirinya.
“Jaga bicaramu! Kau bicara dengan ibumu,” ketus Ethan dengan suara tertahan.
“Cih! Aku bahkan lebih tua darinya, Pa. Apa tidak ada wanita lain?”
“Diam kau, Ansel! Jangan merusak acara papa!” geram Ethan.
Ansel berlalu pergi tanpa menatap Liliana yang kini tertunduk sedih dan tersinggung dengan ucapan Ansel. Bukan dia yang menginginkan pernikahan ini. Bukan juga salahnya jika ternyata ia kini menjadi ibu tiri Ansel. Tatapan sinis dan kebencian terlihat jelas dari sorot mata Ansel.
"Selamat, akhirnya kau menemukan penggantiku tepat pada waktunya." Suara merdu seorang wanita membuyarkan lamunan Liliana. Ia seketika menoleh, menatap seorang wanita yang terlihat begitu anggun dan sangat cantik. Wanita itu naik perlahan, mendekati kedua orang tua Ethan terlebih dahulu. Inikah Alexia?
"Alexia, kau datang, hm?" sambut Ethan dengan tatapan penuh cinta. "Seharusnya pelaminan ini adalah tempatmu," imbuhnya yang seketika membuat hati Liliana mencelos. Ethan mengatakannya tanpa memikirkan perasaan Liliana sedikitpun, sementara ibu Ethan terlihat begitu senang melihat kehadiran Alexia.
"Menantuku," sambut Kamila, ibu Ethan. Wanita berusia 72 tahun yang masih terlihat muda itu lalu merengkuh bahu Alexia dan memeluknya erat. "Kenapa kau menolak menikah dengan Ethan?" tanyanya.
Alexia hanya tersenyum dalam pelukan Kamila. Ia lalu menoleh, menatap seorang pria yang kini sudah berdiri diam di belakangnya. "Karena Alexia sudah menjadi milik Lukas, Ibu Kamila," jawabnya sembari menggamit lengan pria yang berdiri di belakangnya itu.
Sontak terlihat perubahan raut wajah Kamila dan Ethan yang berubah kelam. Keduanya kini terdiam membeku, menatap Lukas dengan penuh tanya.
"Ehm. Lukas adalah managerku yang baru. Kami sudah mengenal sejak lama dan akan segera melangsungkan pernikahan, bulan depan, menyusul Ethan," jelas Alexia. Lukas mengangguk dan tersenyum.
Ethan membuang muka. Ia lalu merengkuh pinggang Liliana dan mencium puncak kepala gadis itu dengan lembut. "Terima kasih sudah ada di sini, kau telah menyelamatkanku dari tusukan tajam wanita itu," bisiknya setengah mengadu. Liliana hanya tersenyum tipis.
Saat Alexia berjalan ke hadapan Ethan, wanita itu hanya tersenyum dan mengangguk sembari menepuk pundak Ethan lalu beralih menatap Liliana. "Yakin menikah dengan Ethan?" tanyanya dengan penuh keprihatinan.
Liliana menggelengkan kepalanya pelan. Ia menatap Alexia bingung. Apa maksud pertanyaannya itu sebenarnya?
"Kuatkan hatimu saat menjadi Nyonya Ethan, karena kau akan melihat kejamnya dunia yang sesungguhnya," ucap Alexia yang lalu memeluk Liliana dan mengusap bahu gadis itu pelan. "Kalau kau membutuhkan teman, aku siap sewaktu-waktu untukmu. Kau butuh aku untuk bisa mengenal Ethan lebih jauh," imbuhnya sembari berbisik.
"Terima kasih," ucap Liliana. Gadis itu tersenyum saat melihat ketulusan di wajah Alexia yang kini melangkah pergi bersama Lukas, kekasihnya.
Liliana menatap wajah Ethan yang merah padam. Kedua matanya tak lepas menyorot keberadaan dan kebahagiaan Alexia yang kini sedang bercengkerama dengan teman-temannya yang lain. Sedalam itukah cinta Ethan pada Alexia? Lalu kenapa ia justru menikahi Liliana? Satu misteri masih melekat dalam benaknya, dan masih menunggu jawaban yang belum tentu bisa ia dapatkan.
"Kapan acara ini berakhir?" tanya Ethan pada Sam yang kini datang mendekatinya sembari membawakan tisu untuk Liliana. Gadis itu terlihat berkeringat.
"Satu jam lagi, Tuan," jawab Sam.
"Tidak perlu menunggu satu jam, saat semua tamu sudah berkurang, jangan lagi menerima tamu yang lain, paham?"
Sam mengangguk pasrah. Tugas yang sangat sulit, karena mungkin ia terpaksa mengusir para tamu undangan yang datang di akhir nantinya. Saat itu Ansel melintas dan mencebik saat mendengar ucapan ayahnya. Ia mengira ayahnya sudah tidak tahan lagi ingin mencicipi daun muda.
Ethan menarik lengan Liliana lalu mengajaknya masuk ke kamar pengantin. Tanpa banyak bicara, ia mengunci pintu kamar lalu melepas semua pakaiannya dan melangkah mendekati Liliana.
"A-Anda mau apa, Tuan?" tanya Liliana panik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
BINTANG ARINAA
malam pertama dong mereka
2023-07-01
0
Sery
Liliana nikah dengan Om-om atau opa-opa 😃
2023-06-20
0
shery fiana
lah kok emak etan msh senang aja liat alexia
2023-06-06
3