Sejenak Dimitri menikmati perbuatan sang Istri membuat Dimitri terlena. Tapi setelah dia mendapatkan kesadarannya, Dimitri menarik Ayu kedalam pelukannya.
"Meskipun kamu calon istri Ayahku yang aku curi tapi aku tidak ingin pernikahan kita sekacau ini. Ini adalah pernikahan pertamaku, kita jalani saja dulu. Untuk saat ini aku belum mencintaimu tapi tidak tahu kalau malam ataupun esok hari," kata Dimitri menatap intens sang Istri.
"Aku harus keluar ada beberapa hal yang harus aku bereskan. Kamu tetaplah didalam kamar," kata Dimitri dan meninggalkan ruangan kamarnya.
Di dapur Dimitri bertemu dengan Bibi Hanum, seorang pengasuh dan juga sellau mengikuti sang Ibunda semasa muda.
"Tuan Muda," kata Bi Hanum begitu Dimitri mendekat ke arahnya.
"Bi, aku ingin tahu semua yang telah dikerjakan Papa selama aku tidak di Indonesia. Mengapa Mama bisa lumpuh dan tidak bisa bicara? Mengapa perusahaan Papa hampir gulung tikar?" tanya Dimitri menatap serius wanita yang sudah seperti Ibu baginya.
Bi Hanum tidak lagi bisa berkata-kata. Hatinya pilu, saat menatap ke arah Dimitri. Dia juga bingung dari mana harus memulai bercerita.
"Ceritakan segalanya Bi, jangan ada yang terlewat. Aku punya banyak waktu untuk mendengarnya," kata Dimitri dengan wajah serius.
"Bibi tidak tahu harus memulainya dari mana Tuan Muda. Tuan Dovid sudah lama sering bermain gila bahkan sejak Tuan Muda masih sekolah menengah pertama. Tapi Nyonya selalu menyembunyikan semuanya dengan rapi, karena tidak ingin Tuan Muda mengalami kekurangan kasih sayang keluarga yang lengkap. Hingga saat Tuan memutuskan untuk mengambil pekerjaan diluar negeri dan belum tahu kapan kembali membuat Tuan semakin menjadi. Puncaknya ketika Tuan ingin menikahi seorang wanita dari hubungan gelapnya dan Nyonya menghalangi. Pertengkaran hebat terjadi dan Tuan mendorong Nyonya saat bertengkar sedang mereka ada didekat tangga karena Nyonya lagi-lagi memergoki Tuan melakukan hubungan yang tidak seharusnya diluar pernikahan. Dua tahun yang lalu, sejak itulah Nyonya lumpuh. Tuan besar semakin menjadi dan jarang mengelola bisnis karena biasanya Nyonya yang mengelola perusahaan bukan Tuan Besar. Hingga perusahaan menjadi seperti sekarang, bahkan Perusahaan hanya menunggu waktu untuk gulung tikar karena mengalami banyaknya kerugian," kata Bibi Hanum yang membuat Dimitri menghela nafas kasar.
"Dimana surat-surat penting perusahaan yang biasa Mama simpan Bi?" tanya Dimitri dan Bi Hanum sama sekali tidak tahu.
Hal ini cukup membuat Dimitri geram akan perbuatan Dovid.
"Laki-laki sialan, bagaimana mungkin aku adalah keturunan pria tidak tahu diri itu!" kesal Dimitri.
Pria tampan itu memeriksa cctv rumah yang memang ada disetiap ruangan. Tepat! Tidak ada satupun yang meleset dari perkataan Bi Hanum, bahkan ada rekaman saat sang Papa memaksa Mamanya menandatangani surat pengalihan harta saat sang Mama masih sehat sebelum kejadian itu.
Tidak ingin hanya melihat cctv, Dimitri menemui orang kepercayaan sang Mama sekaligus pengacara perusahaan untuk menanyakan separah apa kondisi perusahaan.
Saat ini Dimitri tengah bersama Pak Dimas dan Leo yang merupakan orang kepercayaan sang Mama dan juga pengacara perusahaan.
"Setelah Nyonya sakit semuanya semakin hilang kendali Tuan. Bahkan sekarang mansion yanh ditengah hutan juga harus dikosongkan untuk menutupi hutang bank. Sedangkan perusahaan sudah tidak ada yang bisa dipertahankan lagi management yang buruk dan juga pemborosan yang dilakukan Tuan Besar hingga mengambil modal produksi membuat semuanya semakin kacau balau." kata Pak Dimas.
"Apakah sama sekali tidak ada harapan jika perusahaan diambil alih kembali?" tanya Dimitri dengan serius.
"Mungkin bisa jika ditangan orang yang tepat tapi butuh waktu karena Pak Dovid benar-benar membuat situasi perusahaan kacau balau tanpa bisa diselamatkan," kata Leo yang merupakan pengacara perusahaan.
"Baiklah, semuanya akan saya pelajari dulu secara keseluruhan sebelum mengambil keputusan. Pak Dimas dan Mas Leo boleh kembali dulu, nanti saya minta semua file-file penting terkait laporan keuangan dan produksi serta data pelanggan-pepanggan potensial dan juga langganan terbesar kita selama 6 bulan dan 2 tahun terakhir. Seburuk apapun itu, tetap kirimkan pada saya," kata Dimitri tegas.
"Baik, saya akan segera kirimkan pada Mas dalam waktu singkat." kata Pak Dimas.
Dimas dan Leo berlalu dari sana, sedangkan Dimitri sendiri mengusap keningnya lelah. Ternyata Tua Bangka itu benar-benar tidak ada habisnya, jika memang sudah tidak ada harapan Dimitri pastikan akan membuat Dovid tidak senang siang dan malam. Itu pasti dan akan terjafi dalam waktu dekat.
Sementara dikediaman Ayu tengah bersiap menghadiri pemakaman sang Kakak tercinta. Alasannya berjuang dan menerima banyak hinaan karena menerima pernikahan dengan si tua bangka yang lebih pantas jadi Ayahnya. Satu-satunya keluarganya di dunia ini.
Sepenjang perjalanan, Ayu tidak kuasa menahan tangis. Dia ingin percaya jika semua ini hanya dusta belaka, dia tidak ingin lagi mempercayai semua kesakitan ini. Namun, bagaimana dia menyangkalnya saat seorang sqhabat baiknya mengirimkan foto sang Kakak yang sudah diberi kapas.
Pilu, sakit, sedih dan sendirian semuanya menjadi satu. Ya Allah, apalagi ini? Allah sangat menyayangi Kakak laki-lakinya hingga dipanggil secepat itu untuk kembali. Dia bahkan lupa kapan kakaknya tersenyum bahagia tanpa beban, sudah terlalu lama Sang Kakak terbaring lemah di bangkar rumah sakit dan sekarang sang Kakak dengan teganya meninggalkan dirinya di dunia yang penuh tipu daya ini.
Dua jam berlalu
Isak tangis tidak mampu dibendung saat Almarhum Beni Setiawan dimakamkan. Ayu hampir tumbang tapi Dimitri segera menyangga tubuh wanitanya. Bolehkah berkata begitu? Bukankah Ayu sekarang adalah Istrinya?
"Ikhlaskan, semuanya tidak mudah tapi aku yakin dan percaya kamu bisa melalui ini. Tuhan percaya kamu kuat, dan Tuhan sangat menyayangi Abang kamu sehingga dia dipanggil pupang lebih awal." kata Dimitri mengusap rambut sang istri dan wajah Ayu tampak sangat pucat.
"Sekarang aku hanya seorang diri di dunia ini lagi Mas. Aku tidak punya Ibu lagi dan juga tidak punya Ayah, satu-satunya kerabat yang aku miliki telah Allah panggil pulang..." tangis Ayu dipelukan sang suami.
"Aku bukan orang yang taat agama, tapi aku tahu persis jika Tuhan kita tidak pernah meninggalkan kita. Ingat selalu kalau kamu masih punya Allah SWT yang selalu menyertai langkahmu," kata Dimitri pada Ayu.
Ayu diam tidak lagi merespon hanya air mata sebagai perwakilan sebarapa kacau suasana hatinya.
Malam itu juga Ayu tidak lagi tinggal di rumah Paman dan Bibinya. Dimitri langsung memboyong sang istri dan membawanya menempati apartement yang baru dibelinya beberapa pekan lalu saat menginjakkan kakinya ke Indonesia.
"Tidak masalahkan jika hanya tinggal berdua saja?" tanya Dimitri begitu kedunya memasuki kediaman baru mereka.
"Aku akan ikut kemanapun Mas pergi," kata Ayu. Bagaimanapun sekarang Dimitri adalah suaminya, bukankah Istri harus mengikuti suaminya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments