Adnan mendengus kasar. Bagaimana bisa dia menemukan ibu susu untuk Amena sekarang?
"Aku tidak tahu harus mencari kemana. Bisakah kau membantuku mencari ibu susu itu? Sepertinya sekarang aku tidak bisa mengurus semuanya sendiri," ujar Adnan dengan raut wajah gelisah. Dia benar-benar putus asa.
"Baiklah, Tuan. Aku akan carikan ibu susu untuk Amena. Kebetulan di sini juga ada pasien yang baru melahirkan dan kehilangan anaknya. Aku bisa bicara--"
"Tunggu, maksudmu wanita itu bisa melakukannya?" potong Adnan tak percaya.
"Tentu saja. ASI yang tidak disusukan juga bisa berdampak tidak baik bagi seorang wanita," ungkap Ririn.
Pupil mata Adnan membesar. Dia lantas setuju. Lagi pula dirinya juga merasa sudah banyak membantu Meyra. Adnan pun membiarkan Ririn untuk membicarakan semuanya pada Meyra.
Ririn segera beranjak. Dia harus bicara pada Meyra saat Amena masih tertidur. Dirinya yakin anak itu pasti merasa haus kala bangun nanti.
Dengan pelan Ririn membuka pintu kamar Meyra. Lalu mendekati perempuan itu.
Meyra sudah tersadar dari pingsan. Dia tampak termangu. Meyra menatap kosong ke arah jendela. Mengetahui bayinya tidak selamat, dirinya benar-benar merasa kehilangan arah.
"Mbak Meyra?" sapa Ririn.
Meyra tidak menanggapi. Dia bahkan tak menoleh ke arah Ririn.
"Aku boleh bicara kan?" kata Ririn sembari duduk ke dekat Meyra. Perempuan tersebut masih saja bungkam.
"Selain menemukan seorang ibu yang kehilangan bayinya, hari ini kami juga menemukan pasien seorang bayi yang kehilangan orang tuanya," tutur Ririn. Ucapannya kali ini sukses menarik perhatian Merya. Perempuan itu langsung menoleh. Seakan menuntut penjelasan lebih lanjut.
Ririn tersenyum lembut. "Dia membutuhkan ASI. Maka dari itu aku bicara kepadamu. Mungkin saja kau bersedia membantu," jelasnya.
Mata Meyra mengerjap pelan. Ia hanya berpikir sebentar dan berucap, "Ya, kau bisa membawanya kepadaku. Aku akan mencoba membantu."
Ririn tersenyum senang. "Terima kasih, Mbak. Ini bantuan yang sangat berarti. Aku akan segera membawa Amena ke sini saat dia bangun dari tidur," ujarnya. Lalu pamit pergi meninggalkan ruangan.
Ririn pergi memberitahu Adnan. Dia mengatakan kalau Meyra setuju untuk membantu Amena.
"Baguslah kalau begitu. Sekarang aku bisa sedikit lebih tenang. Untuk sementara aku titipkan Amena dan Azam di sini. Aku harus pergi sebentar untuk mengurus sesuatu," ucap Adnan.
"Tapi, Tuan... Kami tidak bisa--"
"Sebentar saja. Kalau kau sibuk, tinggalkan saja mereka bersama perempuan yang akan jadi ibu susu Amena itu," potong Adnan. Tanpa persetujuan Ririn, dia pergi begitu saja. Adnan memang harus mengurus pemakaman Ehsan dan istrinya secepatnya.
Sebelum pergi, Adnan tak lupa bicara pada Azam terlebih dahulu. Ia menyuruh anak itu untuk beristirahat.
Azam mengangguk sambil memancarkan binar mata polosnya. "Pergilah, Om. Aku akan menjaga Amena di sini. Terima kasih sudah banyak membantuku," katanya bersungguh-sungguh. Dia terlihat sedih namun masih mencoba menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja.
Adnan menatap Azam penuh kekaguman. Bagaimana bisa anak sekecil Azam bisa memiliki pikiran sedewasa itu? Andai hal serupa juga menimpa dirinya, Adnan mungkin tidak akan bisa berpikir jernih dan terus menangis. Di usia tujuh tahun, Azam begitu tegar menghadapi masalah besar dalam hidupnya.
"Aku akan secepatnya kembali untuk menjemputmu dan Amena," ujar Adnan. Dia saling berpelukan dengan Azam sejenak.
Usai Adnan pergi, Azam pergi untuk melihat adiknya. Amena tampak masih asyik tertidur lelap. Perlahan air mata Azam luruh. Ia juga memegang salah satu tangan Amena.
"Amena, aku tidak tahu bagaimana nasib kita selanjutnya. Tapi sebagai kakak, aku akan berjanji menjagamu agar selalu sehat," isak Azam.
Tanpa diduga, Amena terbangun. Bayi itu langsung menangis histeris. Azam sontak panik dan langsung memanggil perawat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Naftali Hanania
sedih bgt ceritanya /Sob/
2025-04-17
0
yelmi
dewasa sekali kamu Azam😭😭
2024-08-14
0
zelindra
kok q ikutan nangis ya ..😢 q gk bsa byangi klok itu menimpa anak" q😔
2023-05-22
2