"Aaaarkhhh!"
Suara teriakan Meyra menggema. Keringat membasahi nyaris seluruh badannya. Dia hanya bisa berpegang pada seprei yang membalut kasur. Sakit, lelah, dan takut, itulah yang dirasakan perempuan itu sekarang.
Sungguh malang nasib Meyra. Tidak ada satu pun keluarga yang menemaninya saat melahirkan.
Untung saja saat terjadi kontraksi, Meyra sedang berada di tempat umum. Jadi ada orang baik yang membantu dan membawanya ke rumah sakit.
Orang yang menolong Meyra adalah seorang lelaki bernama Adnan. Dia terpaksa harus menunggu karena Meyra tidak memiliki keluarga yang bisa dihubungi. Parahnya Adnan sempat dikira sebagai suami Meyra. Dia tentu tak terima dan langsung membantah.
"Harusnya tadi aku suruh taksi saja yang mengantarnya ke sini!" keluh Adnan sambil melonggarkan dasinya. Kebetulan dia baru saja pulang dari bekerja.
Keinginan Adnan untuk singgah ke mini market, membuat takdir mengharuskannya menjadi penolong Meyra. Memang perempuan itu juga ada di mini market sebelum kontraksi terjadi.
Setengah jam sudah berlalu, Adnan bisa mendengar suara teriakan Meyra sedang berjuang di dalam ruangan. Sebagai manusia yang memiliki hati nurani, tentu ada perasaan empati. Adnan berharap persalinan Meyra berjalan lancar.
Waktu semakin larut. Sudah satu jam lebih proses persalinan Meyra belum selesai. Sampai akhirnya dokter yang menangani keluar dari ruangan.
Adnan bergegas berdiri. Lalu bertanya mengenai keadaan Meyra.
"Tunggu sebentar. Kau siapanya pasien?" tanya Dokter bernama Reza itu.
"Aku orang yang menolong dan membawanya ke sini," jawab Adnan.
"Oh, pantas saja. Kalau begitu aku akan beritahu keadaan pasien padamu," ujar Reza. Ia segera memberitahu bagaimana hasil persalinan Meyra.
Adnan dibuat kaget saat mendengar bahwa bayi Meyra tidak berhasil selamat. Sementara keadaan perempuan itu dalam keadaan tak sadarkan diri sekarang.
"Tunggu, Dok!" panggil Adnan saat melihat Reza nyaris beranjak.
"Ya?" Reza lantas berhenti dan menoleh.
"Apa pasien benar-benar tidak memiliki satu pun keluarga untuk dihubungi?" tanya Adnan memastikan. Sebenarnya saat membawa Meyra ke rumah sakit, dia sudah bertanya tentang seseorang untuk dihubungi. Tetapi Meyra bilang tidak mempunyai orang yang bisa dihubungi.
"Kita bisa memastikan itu saat pasien sadar," tanggap Reza. Kemudian lanjut beranjak.
Adnan menghela nafas panjang. Dia mengusap kasar wajahnya berulang kali. Sampai Adnan terpikirkan untuk membayar seluruh biaya rumah sakit Meyra.
"Oke, aku akan melakukannya. Dari pada terus-terusan terjebak di sini," gumam Adnan. Ia segera mengurus pembayaran rumah sakit Meyra.
"Maaf, Tuan. Untuk sekarang anda hanya bisa membayar biaya operasi pasien. Ini belum termasuk obat dan juga rawat inap yang dilakukannya," sahut gadis yang bertugas mengurus masalah pembayaran.
"Ya sudah. Aku akan membayar biaya operasinya saja," ucap Adnan seraya memberikan kartu debitnya. "Oh iya, hubungi saja aku kalau sudah bisa membayar sisanya," tambahnya yang tak lupa memberikan kartu nama.
Usai melakukan pembayaran, Adnan berniat ingin secepatnya meninggalkan rumah sakit. Dia merasa sudah membantu semaksimal mungkin.
Ketika baru masuk ke mobil, ponsel mendadak berdering. Adnan segera memeriksa. Ia menemukan sahabat dekatnya menelepon.
"Tumben sekali dia menelepon malam-malam begini," komentar Adnan. Dia langsung mengangkat panggilan sahabatnya tersebut.
"Kenapa, San! Tumben malam-malam begini kau--"
"Halo? Ini dengan Mas Adnan?" potong seorang pria asing dari seberang telepon. Adnan yang sangat kenal bagaimana suara sahabat karibnya, tentu tahu kalau orang itu bukan Ehsan.
"Pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan. Mobilnya menabrak sebuah truk. Sekarang sedang dilakukan evakuasi. Para korban sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit!" jelas pria dari seberang telepon.
Adnan merasa sangat syok. Dia sampai tak bisa berkata-kata lagi. Ehsan memang merupakan sahabat yang sangat dekat dengannya. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri.
"Aku menghubungi nomormu karena melihat ini adalah satu-satunya kontak yang sering dihubungi," ungkap si pria asing lagi.
Adnan masih terdiam. Tubuhnya mematung sambil memasang tatapan getir. Sungguh, berita yang dia dapat sekarang benar-benar tak terduga. Padahal baru saja kemarin dia olahraga bersama Ehsan di tempat gym. Dirinya berharap Ehsan dan keluarganya selamat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments