Kebetulan rumah sakit yang dituju Ehsan dan keluarganya adalah rumah sakit dimana Adnan berada sekarang. Jadi lelaki itu hanya perlu menunggu.
Adnan berlari ke depan rumah sakit. Menanti kedatangan Ehsan. Jujur saja, hatinya sedang tidak karuan.
Setelah lama menunggu, Ehsan dan keluarganya tiba. Adnan semakin panik dan takut saat melihat keadaan sahabat karibnya bersimbah dengan darah.
"Tolong, Dok! Selamatkan temanku dan keluarganya!" mohon Adnan. Tepat sebelum Ehsan mendapat penanganan lebih lanjut.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin!" sahut dokter yang bertugas.
Kini Adnan hanya perlu menunggu. Dia menemani Azam yang kebetulan mendapat pengobatan karena hanya mengalami luka-luka. Ajaibnya, anak bungsu Ehsan yang masih bayi selamat dan tidak terluka sedikit pun. Bayi perempuan bernama Amena itu sedang digendong oleh seorang perawat untuk ditidurkan.
Adnan menatap nanar Azam yang terdiam. Anak lelaki berusia tujuh tahun itu terlihat menangis dalam diam. Mulutnya komat-kamit seperti melafalkan sesuatu.
Usai luka Azam diobati, Adnan mendekat. Dia duduk ke sebelah Azam dan merangkulnya. Saat itulah Adnan bisa mendengar dengan samar kalau Azam berulang kali membaca istighfar.
Adnan tak bisa berkata-kata. Apalagi jika harus mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Mengingat kondisi Ehsan dan istrinya yang bernama Naomi mengalami luka cukup parah.
"Abi pasti akan baik-baik saja kan, Om?" tanya Azam.
"Berdoalah semuanya akan begitu," jawab Adnan sembari merangkul Azam.
Tak lama kemudian, seorang perawat datang menghampiri Adnan dan Azam. Dia tampak menunjukkan ekspresi sedih.
Adnan dan Azam sontak heran. Mereka bertanya dengan tatapan mereka.
"Dokter sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi Ehsan dan istrinya tidak bisa diselamatkan," ungkap perawat tersebut.
"Abi... Umi..." Tangisan Azam semakin gencar. Dia sampai mematung di tempat karena merasa sedih dan juga takut. Bagaimana dirinya dan Amena bisa melanjutkan hidup tanpa orang tua mereka?
Berbeda dengan Azam, Adnan merespon dengan tangisan histeris. Dia meninggalkan Azam dan mencoba berlari memasuki kamar dimana Ehsan berada.
"Kalian pasti bohong! Kalian hanya tidak mencoba menyelamatkannya dengan maksimal!" pekik Adnan. Memarahi dokter dan para petugas medis lain. Dia menghampiri jasad Ehsan. Membuka kain putih yang menutupi seluruh tubuh Ehsan.
Tangisan Adnan kian menjadi-jadi tatkala melihat bagaimana keadaan Ehsan. Teman karibnya itu sudah tak bernyawa. Adnan juga bisa menyadarinya dengan merasakan betapa dinginnya badan Ehsan.
"Kenapa kau tinggalkan aku secepat ini, kawan? Bukankah kau ingin melihatku menikah? Kau juga bilang akan mengajariku segala hal tentang islam. Lalu apa ini?!!!" ucap Adnan. Dia mengguncang tubuh Ehsan. Lalu menangis sampai terduduk ke lantai. Kedua kaki Adnan rasanya melemah dan tak bisa menopang lagi.
Di sisi lain, Meyra perlahan membuka mata. Dia terbangun setelah melakukan proses persalinan yang panjang dan menyakitkan.
Pandangan Meyra mengedar ke segala arah. Berusaha mencari bayinya. Namun dia tidak menemukan apapun. Hanya ada keheningan yang menyambut.
"Bayiku..." lirih Meyra seraya perlahan merubah posisi menjadi duduk. Ia mencoba meraih tombol yang berfungsi untuk memanggil petugas medis.
Meyra menekan tombol tersebut satu kali. Hingga seorang perawat perempuan datang menemuinya.
"Mbak Mey baru saja siuman?" tanya perawat itu.
"Iya, baru saja. Aku ingin melihat anakku..." pinta Meyra sambil meringiskan wajah. Sebab rasa sakit masih bisa dirasakannya.
Perawat itu seketika terdiam. Dia merasa sulit memberitahu kebenaran pada Meyra.
"Mbak Mey belum benar-benar pulih. Sebaiknya istirahat dahulu ya," saran sang perawat.
"Tidak! Aku ingin melihat anakku. Kumohon..." Meyra bersikeras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Faizah Indah lestari
baru memulai😆
2023-05-31
0
zelindra
baguss cerita nya KK .. moga ttp lanjut .. 😊
2023-05-20
1