"Bapak senang bisa menikahkan mu secara langsung." Ucap bapak sambil membelai kepalaku.
"Ayo dimulai pak pak penghulu sudah datang,"ucap pak Hilman.
Pernikahan disaksikan keluarga inti pak Hilman dan komandan Hendra yang ternyata adalah kakak dr.Camelia. Sedangkan dari pihak ku ada Bu Warti dan suaminya. Bapak menjabat tangan Haidar dengan mata memandang ke arahku.
"Saya nikahkan engkau Haidar Aji Notonegoro bin Hilman Notonegoro dengan putri saya Alya Putri Wardoyo binti Ismail Wardoyo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas murni sebesar 10 gram dibayar tunai." Ucap bapak dengan satu kali tarikan nafas.
"Saya terima nikahnya Alya Putri Wardoyo binti Ismail Wardoyo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas murni sebesar 10 gram dibayar tunai." Ucap Haidar dengan sekali tarikan nafas.
"Sah." Begitu ucapan sah diucapkan oleh para saksi, langsung di sambung dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh penghulu. Aku melihat ayah meneteskan air matanya dan tersenyum.
"Aku sudah menikah sekarang ayah harus sembuh, ayah harus berjuang." Ucapku tapi ayah tidak menjawab hanya tersenyum.
"Yah , ayah bangun yah!" Teriakku histeris karena ayah tidak merespon ku. Aku pegang pipinya untuk menghapus air matanya.
"Sabar kamu hebat , sekarang ada aku yang menjagamu." Ucap Haidar, sambil memelukku agar aku tidak histeris dan menggoyangkan badan bapak.
Haidar selalu menemaniku dari pemakaman dan selama 3 hari berturut-turut, bahkan dia selalu mengingatkan aku buat makan membersihkan badan selayaknya kakak pada adiknya.
"Kakak besok mulai masuk kerja, " ucap Haidar.
"Kakak bisa kembali kerumah orang tua kakak. Aku mintak ijin untuk tinggal di sini selama 40 hari," ucapku. Setelah beberapa hari sejak bapak di makamkan. Aku tidak bicara sama sekali dengannya dan keluarganya, aku hanya mengaguk dan menggelengkan kepalaku. Ingin sekali aku menyalahkan adiknya atas apa yang menimpa bapak,tapi apa untungnya buatku bahkan bapak juga melarang untuk menyalahkan siapapun atas apapun yang menimpanya. Apa dengan menyalahkan orang lain bapak bisa hidup lagi.
"Tidak aku akan tinggal disini menemani mu. Aku cuma bilang supaya kamu bisa mulai mengurus dirimu sendiri." Ucap Haidar sambil membuka dompetnya dan menyodorkan kartu ATM padaku.
"Aku tidak suka kartu aku lebih suka uang kas," ucapku menolak.
"Dasar kampungan." Ucap Haidar sambil memasukkan kartu atm-nya kedalam dompet dan mengambil uang dari dompetnya.
"Di dompet ku hanya ada uang cas segini,kamu bisa minta jika uang mu habis ,"ucapnya.
"Hmmm,"jawabku.
Setelah Haidar pergi aku membersihkan seisi rumah dan mencuci semua baju kotor bekas Bapak , aku juga memilih baju bapak yang masih layak pakai untuk aku sumbangkan dan aku sisakan untukku mengenang bapak.
" Ibu senang melihatmu sudah mulai beraktivitas tidak seperti kemarin-kemarin yang hanya diam saja. Makan harus di disuapin segala,ibu tahu kamu pasti bersedih dengan apa yang terjadi dengan bapakmu mengingat kalian selama ini selalu berdua sejak ibu kamu pergi." Ucap Bu Warti menghampiriku.
"Iya Bu aku beberapa hari ini terlalu larut dalam kesedihan, padahal aku tahu pasti bapak tidak akan suka jika melihatnya,"ucapku.
"Ibu paham dengan apa yang kamu rasakan. Tapi jangan terlalu berlarut ingatlah Allah memberimu kehidupan yang indah, maka jangan sia-siakan hidupmu itu untuk meratapi kesedihan atas sesuatu yang pasti akan berlalu."
"Tetepi sekarang aku sebatang kara bu," ucapku sambil menghapus air mataku.
"Ada ibu,ada keluarga ibu ,mulai sekarang ibu dan semua keluarga ibu adalah keluargamu.Ingatlah di balik kehilangan yang kamu rasakan, ingat ada Allah yang akan memberikan keindahan." Ucap Bu Warti sambil menghapus air mataku.
"Ketika kamu merasa sendiri di dunia ini dan tidak ada seorang pun yang mengerti kesedihanmu. Ingatlah di mana pun kamu berada, Allah maha tahu." Ucapan yang pernah bapak ucapkan selama hidup kembali terngiang ditelinga ku.
Mulai hari ini aku bertekad untuk bangkit dan tidak akan meratapi apapun,aku sudah mengikhlaskan bapak.
Aku mulai kembali ke sekolah untuk mengurus segala keperluan untuk melanjutkan studi ku. Mulai mengecek kondisi bengkel peninggalan bapak yang mulia aku pasrahkan kepada suami Bu Warti.
'Selamat tinggal kota yang banyak memberikan kenangan indah padaku. Aku akan selalu menyimpan kenangan indah di dalam ingatanku'.
"Jaga baik-baik Lya. Jangan sakiti dia sayangi dia seperti kamu menyayangi Hana, "ucap pak Hilman pada Haidar.
"Ya ga bisalah dia istri mas Haidar , sedang aku adiknya ko yah,lagian ayah lebay cuma Bandung ini,"ucap Hana.
"Sekali lagi maafkan putra bapak." Ucap pak Hilman aku hanya tersenyum tipis,berbeda dengan Hana yang berdecak tidak suka dengan kata-kata pak Hilman.
"Makasih mas suatu saat aku akan menebusnya, "ucap Hendra sambil memeluk Haidar.
"Maaf kan aku,"ucap Hendra lirih sambil menundukkan kepalanya. Aku tidak menjawab karena jujur aku belum bisa menerima kenyataan ini. Hanya Hana yang selalu memandang rendah ke arahku, seolah aku beban keluarganya. Hana lebih tua setahun tapi kami sama-sama lulus sekolah tahun ini.
Wow itu yang pertama terucap dari mulutku saat masuk ke dalam apartemen yang akan kami tinggali berdua. Aku yang biasa hidup dilingkungan serba sederhana merasa ini sangat mewah buatku.
"Ini kamar kita berdua dan yang sebelah kamar kosong yang akan ku gunakan sebagai ruang kerja," ucap Haidar.
"Terus ini dapur ko ga ada kompornya?" Tanyaku saat Haidar mengatakan kalau ini adalah dapur tapi, aku tidak melihat kompor.
"Besok akan ada orang yang membantu mu ,untuk mengajarimu menggunakan semua fasilitas yang ada di apartemen ini. Sekarang Lo bersihkan badan aku mau cari makan dibawah." Ucap Haidar sebelum meninggalkan aku.
Karena belum terbiasa dengan AC aku menggunakan baju tidur panjang bergambar hello Kitty untuk menutupi tubuhku yang kedinginan.
"Aku beli sate kambing,sate ayam, gulai kambing aku tidak tahu kamu suka yang mana." Ucapnya sambil menyiapkan makanan di meja makan. Kami makan dengan tenang tanpa obrolan sama sekali persis orang yang baru berkenalan.
"Mulai sekarang segala kebutuhan mu aku yang tanggung,jadi jika perlu apa-apa minta saja padaku. Ini uang jajan dan ini uang dari papa terserah Lo gunakan buat nyari tempat kuliah atau kursus terserah Lo tapi kalau kurang mintak saja padaku!" ucap Haidar sambil menyodorkan 2 amplop coklat tebal padaku.
"Terima kasih. Apa kamu tahu tempat untuk membeli laptop baru, laptop lamaku rusak maklum dulu aku beli juga bekas."
"Kapan kamu membutuhkan nya? Jika kamu mau bersabar besok aku akan mengantarmu. Sekalian kamu beli ponsel baru dan kebutuhan yang lainnya, "ucap Haidar.
"Baiklah besok gak apa-apa." Ucapku sambil berdiri membersihkan meja makan.
Karena tidak ada yang bisa aku kerjakan setelah mencuci piring aku masuk kamar untuk tiduran. Aku menunggu sampai pukul 11malam ,tapi Haidar tidak ada tanda-tandanya akan masuk. Jadi aku putuskan untuk mengganti lampu kamar menjadi lampu tidur.
Aku merasa belum lama aku tidur saat aku merasakan ada yang memelukku dari belakang dan menciumi leherku dengan sangat lembut ,bahkan tangannya bergerak mengusap-usap perutku bagian atas yang lama-kelamaan naik keatas.
"Aku tau kamu sudah terbangun nikmati jangan tegang,kita sudah halal dan ini ibadah." Ucap Haidar di telingaku sambil mencium daun telingaku.
"Jangan tegang rileks aku tidak akan meminta hak ku sekarang. Aku hanya mengenalkan mu dengan dunia orang dewasa." Ucapnya tetapi tangannya tidak bisa diam terus bergerak seperti mulutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments