Sudah 3 hari kondisi bapak masih sama belum ada perubahan yang berarti. Sadar sebentar lalu pingsan lagi,selama itu juga keluarga IPDA Hendra selalu silih berganti datang menjenguk dan memantau kondisi bapak.
"Gimana sekolahmu,?" tanya Bu Warti. "Tinggal menunggu pengambilan ijazah bu,"ucapku.
"Ikhlaskan bapakmu ndok! kasihan kalau hidupnya tergantung dengan alat bantu terus,"ucap Bu Warti. Aku hanya diam sambil melihat ayah, yang seperti orang tidur.
"Ndok! Dalam hidup bapak cuma kebahagiaanmu yang bapak selalu pikirkan ,"ucap bapak. "Dalam hidup Lya bapak adalah segalanya, Lya ingin membahagiakan bapak, ingin memenuhi semua keinginan bapak."
"Sebenarnya bapak ingin menikahkan mu secara langsung, bapak ingin menjadi wali nikahmu, "ucap bapak.
"Kenapa sih bapak ngomong kayak gitu ,?"tanyaku tak suka.
"Bapak itu anak tunggal orang tua sudah gak ada , jadi siapa yang akan menikahkan mu selain bapak," ucap bapak.
"Apa sih pak,aku gak suka bapak ngomong kaya gitu. Bapak akan selalu sehat dan akan mendampingi aku sampai aku wisuda jadi sarjana. Bapak juga yang akan menikahkan aku dengan tangan bapak sendiri buka wali nikah."
Bapak hanya diam tetapi tangannya tidak berhenti membelai kepalaku yang tiduran di pahanya.
"Tidurlah bapak akan selalu menjagamu." Ucap bapak sambil terus mengusap-usap kepalaku dan menyenandungkan sholawat nabi.
"Lya ,Lya bangun nak sholat subuh," ucap pak Hilman membangunkan aku.
"Bapak disini, kapan datang ?"
"Semalam,ayo sholat subuh bareng bapak! Kita sholat di sini, berjamaah!"
Kami berdua sholat berjamaah bersama dan dilanjutkan dengan berdzikir yang di pimpin pak Hilman tentunya.
"Apa nak Lya mau menikah dengan putra bapak ? Biar bapak nak Lya bisa tenang dalam melangkah, "ucap pak Hilman.
"Bapak juga punya anak perempuan, bagi kami orang tua terutama ayah atau bapak,ada rasa bangga saat berhasil menyelesaikan tanggung jawabnya menjaga putrinya. Bisa mengantarkan anak perempuan sampai ke jenjang pernikahan ,adalah suatu hal terbesar dalam hidup seorang ayah. Karena sesudah ini kamu akan masuk ke tahap kehidupan yang sebenarnya," ucap Hilman.
"Maaf pak saya mau ke sekolah hari ini pengambilan ijazah." Ucapku sambil bersiap-siap untuk pergi.
"Pergilah dengan tenang bapak mu aku yang akan jaga. Ini buat beli bensin pasti motormu juga butuh bensin!" Ucapnya sambil menyodorkan uang warna merah padaku.
"Terimalah! Anggap aku ini seperti bapak kandungmu," ucapnya. Dengan menahan malu aku ahkirnya mengambil uang tersebut.
"Permisi pak, Assalamualaikum."
"Walaikumsalam, hati-hati nak,!"ucap pak Hilman.
"Gimana kondisi bapakmu apa sudah lebih baik,?" tanya Arif. Tidak banyak yang tau tentang bapak yang terkena tembakan nyasar. Mereka tahunya bapak terkena kecelakaan lalulintas,dari sana bisa aku simpulkan kalau keluarga mereka selain mempunyai harta juga punya relasi yang kuat.
" Masih sama belum ada perubahan terkadang sadar tapi beberapa menit kemudian tak sadarkan lagi."
"Kami tidak bisa bantu apa-apa selain doa. Kami berharap bapakmu segera diberi kesembuhan dan kesehatan, lekas sadar bisa berkumpul dengan kita semua lagi." Ucap Arief,si paling bijak diantara kami sesuai namanya yang langsung kami Amin kan.
"Ini ada sedikit bantuan dari kami, mungkin jumlahnya tidak seberapa tapi tolong diterima," ucap Anton. Yang paling tua sambil menyodorkan amplop.
"Apa sih teman-teman kenapa jadi merepotkan kalian." Ucapku merasa tidak enak.
"Kamu wajib menerimanya itu hasil keringat kami berlima,"ucap Anwar.
"Terima kasih atas semuanya bantuan dan doa nya.
"Ayah pingin aku menikah dan pihak keluarga sana bersedia mengabulkan keinginan bapak," ucapku lirih.
"Kalau kamu ingin membuktikan rasa baktimu dan memberikan kebahagiaan disisa akhir umur bapak. Maka lakukan dengan senang hati dan penuh tanggung jawab, "ucap Arief.
" Tapi tidak dengan menikah dengan orang asing. Kamu bisa menikah dengan salah satu di antara kami," ucap Anton.
"Kita semua baru lulus ijazah aja baru diambil hari ini. Jika Lya menikah dengan kita mau kita kasih makan apa Lya ,"ucap Anwar.
"Pakai otak kalian semua, "ucap Jaka.
"Apapun yang Lo ambil pikiran dengan benar dan kami akan selalu ada buat kamu,"ucap Yoga.
"Gw cabut dulu,ya harus ke rumah sakit, assalamualaikum ,"ucapku.
"Walaikumsalam."
"Keadaan pak Gatot cukup stabil mengapa papa masih memaksa kami menikah dengan putrinya," ucap Hendra.
"Lagian Lya juga tidak mau menikah aku dengar dia baru lulus sekolah, umurnya saja baru genap 18 tahun," ucap Haidar.
"Bapak Gatot itu masih bertahan gara-gara alat bantu yang melekat di semua badannya. Serta ada yang mengganjal di hatinya yaitu tentang siapa yang bertanggung jawab untuk menjaga putrinya,"ucap pak Hilman.
"Tapi aku baru bisa menikah tahun depan Pa,"ucap Hendra.
"Kenapa kalian semua melihat kearah ku," ucap Haidar.
"Rencana pernikahanmu kan terancam batal ,karena Cindy menerima job menjadi model di Paris Fashion Week," ucap dr. Camelia.
"Terus maksud mama aku suruh menikah dengan bocah tomboy itu."
"Kalau kamu batalkan pernikahan yang sudah direncanakan keluarga kita akan malu, dan kerugian dari pembatalan juga tidak sedikit," ucap dr.Camelia. Lya yang dari tadi mendengar obrolan mereka memutuskan untuk pergi ke taman rumah sakit. Mencari ketenangan hati meski sayup-sayup masih bisa mendengarkan obrolan mereka.
"Apa dia mau,?" tanya Haidar
"Kita tidak tahu kalau tidak mencoba, tetapi aku rasa dia tidak akan menolak jika demi orang tuanya."
" Saya perhatikan dari tadi adik melamun terus? tidak baik melamun Lo." Ucap perempuan paruh baya yang baru saja duduk di sampingku.
" Boleh saya bertanya? Apa anda masih mempunyai orang tua,?" tanyaku.
"Kedua orang tua saya sudah meninggal."
" Adakah anda punya penyesalan tentang orang tua anda?"
"Tidak, saat orang tua masih hidup beliau pingin saya menikah. Dan saya bisa mengabulkannya. Jadi saya bisa bersyukur tidak ada penyesalan setelah mereka pergi ,karena semua keinginannya sudah saya lakukan."
"Terima kasih, saya permisi."
'Bapak Gatot itu masih bertahan gara-gara alat bantu yang melekat di semua badannya, serta ada yang mengganjal di hatinya. Yaitu tentang siapa yang bertanggung jawab untuk menjaga putrinya' ucapan pak Hilman masih terngiang di telingaku.
"Bocah bisa bicara sebentar ?" ucap Haidar menghentikan langkah Lya.
"Apa?"
" Ayo Kita bicara saja di kantin rumah sakit. Biar Lo sekalian bisa makan siang," ucapnya.
"Bagaimana kalau kita menikah? Seharusnya Hendra yang menikah denganmu ,karena Hendra penyebab Bapak lu masuk rumah sakit. Karena dia masih terikat dinas dan baru bisa menikah tahun depan. Jadi terpaksa gw nikahi lo. Jadi mari kita buat kesepakatan," jelas Haidar.
"Kesepakatan apa kak?" Ucapku tenang, biasa bergaul dan berteman dengan lelaki, membuatku merasa biasa saja ngobrol dengannya.
"Umurku sudah 26 tahun kalau kita nikah gw mau Lo penuhi kebutuhan biologis gw juga. Jadi meski belum ada rasa cinta kita tetap melakukan hubungan suami istri . Yang ke dua mulai bulan depan aku di pindah ke cabang Bandung dan gw mau Lo juga ikut pindah kesana kalau kita nikah."
"Terus apa yang ku dapatkan,?"tanyaku.
"Kamu bisa lanjut kuliah dan aku yang biayai. Semua kebutuhanmu aku penuhi dan kamu penuhi semua kebutuhanku."
"Baik aku setuju! Kakak urus saja semua seperti yang kakak mau. Berati 8 tahun beda usia kita,"ucapku.
"Kenapa? Apa aku masih terlihat muda, tidak setua kenyataan,"ucapnya percaya diri.
"Justru aku mengira umur kakak sekitar 30 tahunan."
"Apa! Jadi Lo mengagap wajah gw lebih tua dari umur gw!"
"Aku mau balik ke kamar bapak!" Ucapku pergi menjauh dari pada terkena amukannya.
Apakah ini juga petunjuk bawa aku harus menerimanya, kataku sambil menatap amplop coklat berlogo perguruan tinggi negeri di Bandung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments