NICHOLAS

"Saya gak akan minta kamu memperkenalkan diri, karena saya sudah melihat semua data diri kamu," ucap Nicholas menjelaskan. Sementara aku tiba-tiba kehilangan fokus, mencoba menebak-nebak berapa umurnya? Tiga puluhan? Atau empat puluh? Cara bicaranya sangat dewasa, tapi wajahnya masih sangat muda.

"Kamu sudah baca tugas-tugas kamu?" tanya Nicholas menyilangkan kakinya dengan anggun sambil menatapku dengan mata indahnya.

"Oh, sudah Pak."

"Angeline akan menjelaskan semuanya sama kamu. Tapi ada beberapa hal yang perlu kamu garis bawahi, Miss Fariska."

"Baik, Pak."

"Poin pertama, kamu harus siap saya butuhkan selama 24 jam. Artinya, meskipun jam kerja kamu delapan jam. Tapi kamu harus siap lembur, atau mungkin menerima panggilan telepon saya kapanpun saya butuh. Kamu siap?" tanya Nicholas dengan tatapan yang ku rasa mengintimidasi. Seolah membujuk - atau memaksaku untuk setuju. Dan aku tahu aku pasti akan setuju.

"Saya siap, Pak."

Karena aku benar-benar membutuhkan pekerjaan ini.

Nicholas mengangguk puas. Kemudian ia menambahkan sesuatu yang tak pernah aku pikirkan akan diucapkan olehnya.

"Satu lagi, saya punya satu kucing. Kamu juga harus siap saat saya minta menjaga kucing saya."

Oh, laki-laki berperawakan sangar ini ternyata memelihara kucing? Manisnya.

"Kebetulan, saya juga cukup menyukai kucing, Pak," sahutku tanpa sadar tersenyum antusias. Dan melihat Nicholas hanya diam sambil menatapku, sontak aku buru-buru menghentikan senyumku. Kembali pada mode serius.

"Hari ini kamu akan mengikuti saya dan Angeline. Dia akan mengajarkan kamu untuk jadi asisten pribadi saya."

"Baik, Pak."

"Okay, ada yang ingin kamu tanyakan atau sampaikan?"

"Saya rasa, cukup, Pak."

"Mengenai gaji? Apa kamu punya keluhan mengenai gaji?"

"Tidak, Pak. Tidak ada sama sekali," sahutku dengan cepat karena merasa tak enak.

Nicholas menganggukkan kepala lagi kemudian ia beranjak dari duduknya menuju meja kerjanya. Ia meraih gagang telepon dan menelepon Angeline. Memintanya untuk masuk ke dalam ruangan.

Maka, masa trainee ku pun dimulai. Aku akan mengikuti Angeline untuk menyusun jadwal Nicholas hari ini dan besok. Jadi, aku adalah asisten dari asisten pribadinya Nicholas.

***

Mengingatkan setiap jadwal harian, memastikan makan pagi, siang dan malam, menyiapkan akomodasi dan transportasi perjalanan.

Sejauh ini, Nicholas hanya berputar disekitar Jakarta saja. Tapi menurut Angeline, jika sudah keluar kota, biasanya Nicholas lebih suka pakai helikopter pribadi. Belum selesai disitu keterkejutanku, karena ternyata aku pun harus mengikutinya.

Astaga, dia benar-benar kaya.

Setelah tidak ada jadwal, biasanya Nicholas akan langsung pergi ke ruang pribadinya. Aku heran kenapa dia tidak pulang saja?

Lebih jauh, Angeline menjelaskan juga kalau jadwal Nicholas datang ke perusahaan ini semakin sedikit karena semua pekerjaan sudah diurus oleh semua karyawannya. Jadi, paling tidak Nicholas hanya dua atau tiga kali dalam seminggu datang ke kantor.

Meskipun begitu, aku tetap harus datang ke kantor setiap hari untuk mem-follow up jika sewaktu-waktu ada hal yang perlu ditangani langsung oleh Nicholas. Jadi, apapun itu nantinya Nicholas hanya akan menerima kabar dariku.

"Satu hal yang perlu kamu ingat, Fiona. Ini sangat krusial, bahkan tercatat jelas di dalam kontrak kalau kamu, dilarang memberitahu atau menyebarluaskan apapun mengenai perusahaan apalagi kehidupan pribadi Pak Nicholas kepada siapapun," ucap Angeline memperingati ku saat kami berdiri di depan pintu ruang kerja Nicholas.

"Kalau terbukti, denda yang ada di dalam kontrak akan benar-benar harus kamu bayar, tidak perduli sampai kapanpun kamu bisa melunasi," bisik Angeline dengan serius hingga aku diam membeku. Setelah itu, Angeline kembali tersenyum seolah mencairkan suasana.

"Silakan masuk," ucap Angeline membukakan pintu ruangan Nicholas, memintaku untuk memberikan laporan untuk jadwal Nicholas besok sekalian berpamitan karena hari ini aku bisa pulang lebih awal.

Saat aku memasuki ruang kerja Nicholas, di sini begitu sepi. Pandangan ku langsung tertuju pada seekor kucing yang duduk di atas sofa. Warna bulunya putih bersih, wajahnya lancip, hidungnya mancung, dan matanya terang. Apa ini kucing anggora asli?

Langkahku pelan-pelan mendekatinya. Aku berjongkok menghadap kucing tersebut, tak berani terlalu dekat. Takut kucing ini terusik dengan kehadiran ku.

"Hai..."

Kucing itu menoleh padaku. Astaga bulunya lebat, aku ingin menyentuhnya sekali saja.

Kemudian kucing ini mengeong pelan. Apakah artinya boleh? Aku tersenyum semakin lebar dan menaruh telapak tanganku di atas kepalanya dengan sangat hati-hati.

Kucing ini tak berontak saat aku mengelus kepalanya. Dan seperti dugaanku, bulunya sangat lembut. Maafkan aku kucing, tapi aku mungkin agak tidak tahu diri karena ingin mengusap-usap dagu kecil mu juga. Kucingnya sangat cantik.

Kucing itu mengeong lagi, kali ini ia turun dari sofa dan berjalan melewatiku. Dan oh, Ya Tuhan...

Kucing itu menghampiri si empunya, yaitu Nicholas yang entah sejak kapan berdiri di belakangku. Aku segera berdiri dengan kikuk merasa tak enak karena sudah berani menyentuh kucingnya.

"Biasanya, saya gak akan izinkan orang asing menyentuh kucing saya," ucap Nicholas sambil menggendong kucingnya dan mengelus-elusnya dengan lembut.

"Apalagi saat pandemi begini," imbuhnya semakin membuat ku merasa bersalah.

"Maaf, Pak," jawabku menundukkan kepala merasa menyesal.

"Biasanya Fio juga gak mau disentuh orang asing sama sekali," ucap Nicholas lagi kali ini membuatku langsung mendongak menatapnya yang juga sedang menatapku dengan pandangan yang sedikit berbeda.

"Dia pasti ngamuk," lanjut Nicholas.

"Maaf, Pak. Tapi siapa nama... Kucingnya?"

Nicholas terdiam sejenak masih menatapku seolah penasaran. Sementara tangannya masih sibuk mengelus-elus kucingnya.

"Fio... Fiosky."

Saat itu, tepatnya setelah mendengar nama dari kucing Nicholas, aku mulai merasa sedikit ketegangan dalam diriku perlahan luntur. Entah apakah ada kolerasi antara kecanggungan ku dan nama kucing Nicholas yang sekilas mirip dengan namaku. Tapi, sungguh, Nicholas selalu membuatku terpukau.

***

Bermula dari Fiosky. Alih-alih mencari tahu tentang bosku, aku malah mencari tahu banyak mengenai kucing anggora.

Nicholas bukan membelinya, melainkan seseorang telah memberikan Fio kepadanya ketika masih kecil. Siapa yang memberi, Angeline mengaku kalau dirinya pun tak tahu.

Tapi yang pasti, Fio adalah hal yang paling diprioritaskan oleh Nicholas. Seperti hidupnya, Nicholas selalu menjaga Fio. Seperti udara, Fio pun selalu ada di sekitar Nicholas. Berani macam-macam, maka kau akan berurusan langsung dengan Nicholas Arrasya Gautama.

Bahkan, Angeline menceritakan kalau dulu Fio pernah menghilang dari kantor. Sebelum 1 x 24 jam, Nicholas sudah mengerahkan seluruh karyawan dan pemadam kebakaran untuk mencari Fio.

Pekerjaan ku berjalan dengan sangat lancar.

Nicholas orang yang sangat profesional, praktis, tidak ribet, dan sangat tenang. Pesonanya sangat besar.

Meskipun aku masih sering melakukan kesalahan, Angeline selalu membantuku dan Nicholas tak masalah soal itu. Jadi aku semakin bersemangat untuk memperbaiki kinerja ku.

Semakin bagus, dan semakin lancar dari hari ke hari. Fio juga sudah semakin dekat denganku. Jadi Nicholas memberiku tanggung jawab untuk menyisir bulu Fio dengan sisir khusus dan membantunya membawa Fio ke salon untuk perawatan sesuai jadwalnya.

Begitu melihat istrinya datang, aku kembali terpukau. Namanya Mia, dan dia perempuan yang sangat elegan, cantik, sangat pantas jika disandingkan dengan Nicholas.

"Pak Nicholas baru akan ada pertemuan dengan beberapa produser di Yogyakarta tanggal 17 Juli nanti, Pak," ucapku sambil berjalan berusaha menyeimbangi langkah panjang Nicholas.

"Oke, ingatkan saya untuk datang satu hari sebelumnya," jawab Nicholas.

"Baik, Pak," sahutku sambil buru-buru mencatat di tablet yang diberikan oleh perusahaan untuk keperluan pekerjaanku.

Nicholas selalu terlihat tenang bahkan ditengah perdebatan dalam rapat. Orang ini, seperti selalu diam dalam debat, namun memberikan keputusan final yang mampu membuat semuanya setuju dengannya.

Sore ini, sebelum pulang, aku sibuk berkeliling di sekitar ruang kerja Nicholas. Aku benar-benar panik, hingga rasanya sulit bernapas.

Habislah aku. Entah apakah aku akan dipecat atau malah ganti rugi berapa ratus juta?

Kedua kaki ku semakin lemas ketika mendengar pintu ruangan terbuka dan Nicholas masuk menghampiriku. Aku buru-buru berjalan menghadapnya dengan panik, rasanya ingin menangis.

"Kenapa?"

"Pak, Fio..." Aku bahkan tak sanggup melanjutkan. Namun aku menelan salivaku perlahan dan melanjutkan kalimatku dengan susah payah, "Fio gak ada, Pak. Saya sudah cari-cari di sekitar ruangan ini. Tapi, saya gak menemukan Fio."

Aku berhenti sejenak ketika tiba-tiba Nicholas mendekat dan menyeka keringat di pelipis ku menggunakan sapu tangannya.

"Kamu belum cari ke satu tempat, Fiona," ucapnya sambil berjalan begitu saja mendekati sebuah rak buku besar di ruangan ini. Ia menarik salah satu buku tebal yang dipajang di rak tersebut hingga rak itu tiba-tiba bergerak perlahan-lahan seperti terbuka.

Terbuka? Astaga, aku tercengang melihat rak buku tersebut bergerak seperti sebuah pintu yang terbuka. Saat itu, Nicholas menoleh ke belakang, lalu mengisyaratkan aku untuk mengikutinya.

Tanpa berpikir mungkin saja Nicholas akan melakukan hal tak senonoh, aku malah menurut saja dan langsung menyusulnya ke dalam.

Begitu sampai di dalam ruangan tersembunyi ini, rak buku itu kembali ia buat tertutup dengan menekan salah satu tombol di dinding. Dan ketika tertutup, ruangan ini menyala dengan lampu neon berwarna biru muda.

Terdapat sebuah karpet berbulu, sofa mini, rak buku yang lebih kecil, dan beberapa kanvas. Sebagian kanvas tersebut kosong, dan beberapa lagi ada gambaran abstrak. Dan aku ternganga, mungkinkah lukisan-lukisan abstrak yang dipajang di ruang kerjanya itu hasil lukisannya sendiri?

Fio datang menghampiri Nicholas dengan turun dari sofa sambil mengeong. Dan seperti biasa, Nicholas akan segera menggendongnya dengan raut wajah yang lebih 'manusiawi' dibanding biasanya yang jauh lebih mirip robot.

"Maaf, Pak. Kalau boleh tahu, ini ruangan apa?"

"My private room," jawab Nicholas sambil membuka sebuah jendela di dinding dekat rak buku besar itu berputar tadi.

"Kalau kamu gak menemukan saya di sana, artinya saya ada di dalam sini."

Aku terkejut melihat jendela yang baru saja dibuka oleh Nicholas, karena kaca jendela ini memperlihatkan keadaan ruang kerja Nicholas dengan sangat jelas.

"Ini... Cermin dua arah?" tebakku begitu saja karena terlalu terkejut.

Nicholas menganggukkan kepalanya pelan. "Saya suka memperhatikan perilaku karyawan saya kalau masuk ke ruang kerja saya."

Ah, sial. Pantas saja waktu aku mengelus kucingnya di sofa sana, dia langsung keluar dan memergoki aku. Ya ampun, ternyata Nicholas agak menyeramkan juga, ya.

"Oh iya, Pak. Lusa itu jadwalnya Fio ke dokter hewan," ucapku mengingatkan. Meskipun sebenarnya aku ingin bertanya apakah aku yang akan mengantar Fio ke dokter atau nanti Nicholas sendiri yang ke sana.

Tapi bukannya menjawab, Nicholas malah menatapku seolah menahan tawa. Ada yang salah?

"Apa orang-orang di sekitar kamu memanggil kamu dengan panggilan 'Fio'?" tanya Nicholas.

Aku menggigit bibirku merasa malu, tapi akhirnya aku menganggukkan kepala sambil terkekeh pelan.

"Kayanya mereka harus biasakan manggil kamu dengan nama lengkap kamu, terutama di depan saya," ucap Nicholas tak mau kalah. Atau atau tak mau nama kucingnya mirip denganku.

"Atau mungkin mereka akan pikir kamu yang punya jadwal ke dokter hewan," lanjut Nicholas seketika membuat tawa ku meledak. Kenapa juga aku tak menyadarinya jika Nicholas menahan tawa karena ucapanku tadi, 'lusa itu jadwal Fio ke dokter hewan'. Ya ampun, aku baru sadar soal itu.

"Maaf, Pak," ucapku memelas karena baru menyadari kecerobohanku tertawa begitu keras di depan bosku sendiri.

"Sepertinya kamu tertarik sekali dengan Fio. Kamu bahkan selalu tanya-tanya ke Angeline," ucap Nicholas.

Aku yakin Angeline gak mungkin mengadukan ini kepada Nicholas. Tapi mungkin, Nicholas tahu dari cermin satu arah ini.

"Pasti ada yang buat kamu penasaran tentang Fio. Kamu boleh tanya sekarang, Fiona."

"Saya penasaran, kenapa orang sesibuk Pak Nicholas masih memelihara hewan sendiri?" tanyaku akhirnya memberanikan diri.

Nicholas terdiam lagi sambil menatapku. Kemudian ia memutar tubuhnya menghadap ke cermin satu arah ini.

"Karena hewan adalah makhluk yang paling setia, Fiona. Satu kali saya beri makan hewan, mereka akan setia sama saya seterusnya. Tapi manusia, berkali-kali saya beri makan mereka, mereka tetap berkhianat. Meskipun setia, pasti ada syarat dan batas waktu yang bisa berubah-ubah."

Wah, aku tak mengira akan mendapatkan jawaban yang begitu dalam dari Nicholas. Aku pikir, Nicholas adalah seorang bos kaku yang sombong.

"Iya, kan?" tanya Nicholas membuatku kaget, dia baru saja meminta pendapatku?

"Pak Nicholas benar. Saya baru sadar soal itu sekarang," jawabku tersenyum penuh arti. Jika dipikir-pikir, memang benar apa kata Nicholas. Terkadang memang hewan yang akan terus setia pada kita, mungkin karena ketergantungan.

Aku rasa, Nicholas benar-benar definisi kesempurnaan. Dia kaya raya, pengusaha sukses, berwajah tampan, bijaksana, penyayang binatang, jauh dari gosip, memiliki istri yang cantik dan produktif. Tapi, ada satu hal yang membuat kecacatan dalam kehidupannya yang nyaris sempurna itu. Pernikahan yang hambar.

"Honey! Nick!"

Aku menoleh pada Nicholas, ingin bertanya apakah waktunya kita berdua untuk keluar. Karena di luar sudah ada Mia dan seorang laki-laki muda. Oh, dia aktor film terkenal, namanya Hero kalau gak salah.

Tapi Nicholas menggelengkan kepalanya, dan memintaku untuk tetap diam. Awalnya aku pikir mungkin Nicholas menyuruhku begini karena ia takut istrinya akan salah paham dengan posisi kami yang berada di dalam ruangan rahasia ini berdua.

Namun kemudian, aku membeku ketika melihat Mia berciuman mesra dengan aktor bernama Hero itu di sofa! Di dalam ruang kerja Nicholas. Astaga, apa aku tak salah lihat? Dan Nicholas melihat juga adegan ini.

Terpopuler

Comments

Zuraida Zuraida

Zuraida Zuraida

ternyata istrinya tukang selingkuh kesian kamu nic

2023-06-14

1

lihat semua
Episodes
1 SEMUA KARENA KEADAAN
2 NICHOLAS
3 TAK SEMPURNA
4 CARA MENGHINDARINYA
5 KRITERIA WANITA SIMPANAN NICHOLAS
6 PERTAMA KALI KE BALI
7 CEMBURU BUKAN TANDA CINTA
8 SUAMI ORANG
9 PERINGATAN
10 SEMUA INI HANYA AKTING, FIONA
11 NICHOLAS, SI LAKI-LAKI MISTERIUS
12 PASANGAN TERKUTUK
13 DEMI KEPENTINGANNYA
14 ORANG ANEH
15 JERAT
16 RASA PENASARANKU
17 I CAN HEAR YOUR BREATH
18 WHEN HE KISS ME
19 PERLAWANAN
20 DANGER
21 STOP PLAYING WITH MY HEART
22 TELL ME, WHAT YOU WANT.
23 DENYING
24 MAKAN MALAM RAHASIA
25 ORANG ASING
26 RIP FIO
27 I'M WITH YOU
28 NICHOLAS'S STORY
29 SEBAIKNYA KAMU BERHENTI
30 RAGU
31 IF I WAS YOU
32 SELAMAT TINGGAL NICHOLAS
33 TANPA KAMU
34 KEMBALILAH
35 KEMBALI MENJADI ASISTEN
36 NEGOSIASI
37 RENCANA DIMULAI
38 MANIPULASI
39 TITIK BALIK HIDUP MIA
40 KEHANCURAN
41 SERANGAN
42 I TRUST YOU
43 PERPISAHAN
44 MAMA MENGETAHUI HUBUNGANKU
45 PENJELASAN
46 MARRY ME?
47 WEDDING DAY
48 HONEYMOON
49 THE NEW OF US
50 KEPERGIANNYA MEMBAWA MISTERI
51 BERITA TENTANG NICHOLAS
52 SEKRETARIS BARU
53 ANCAMAN
54 I DON'T WANNA LOSE YOU
55 PENGIRIM MISTERIUS
56 STAY WITH ME
57 ARDI SIUMAN
58 PESAN DARI ARDI
59 HADIAH
60 YOU'RE SPECIAL, FIONA
61 PENGGEMAR RAHASIA?
62 MUSUH DALAM SELIMUT
63 YOUR FAVORITE PART
64 SEMUA INI BUKAN SALAH MU
65 CATCH IT!
66 RENCANA BARU
67 RAHASIA MEREKA
68 TAK INGIN KEHILANGAN
69 KENYATAAN PAHIT
70 MEMPENGARUHINYA
71 AKULAH SATU-SATUNYA KELUARGAMU
Episodes

Updated 71 Episodes

1
SEMUA KARENA KEADAAN
2
NICHOLAS
3
TAK SEMPURNA
4
CARA MENGHINDARINYA
5
KRITERIA WANITA SIMPANAN NICHOLAS
6
PERTAMA KALI KE BALI
7
CEMBURU BUKAN TANDA CINTA
8
SUAMI ORANG
9
PERINGATAN
10
SEMUA INI HANYA AKTING, FIONA
11
NICHOLAS, SI LAKI-LAKI MISTERIUS
12
PASANGAN TERKUTUK
13
DEMI KEPENTINGANNYA
14
ORANG ANEH
15
JERAT
16
RASA PENASARANKU
17
I CAN HEAR YOUR BREATH
18
WHEN HE KISS ME
19
PERLAWANAN
20
DANGER
21
STOP PLAYING WITH MY HEART
22
TELL ME, WHAT YOU WANT.
23
DENYING
24
MAKAN MALAM RAHASIA
25
ORANG ASING
26
RIP FIO
27
I'M WITH YOU
28
NICHOLAS'S STORY
29
SEBAIKNYA KAMU BERHENTI
30
RAGU
31
IF I WAS YOU
32
SELAMAT TINGGAL NICHOLAS
33
TANPA KAMU
34
KEMBALILAH
35
KEMBALI MENJADI ASISTEN
36
NEGOSIASI
37
RENCANA DIMULAI
38
MANIPULASI
39
TITIK BALIK HIDUP MIA
40
KEHANCURAN
41
SERANGAN
42
I TRUST YOU
43
PERPISAHAN
44
MAMA MENGETAHUI HUBUNGANKU
45
PENJELASAN
46
MARRY ME?
47
WEDDING DAY
48
HONEYMOON
49
THE NEW OF US
50
KEPERGIANNYA MEMBAWA MISTERI
51
BERITA TENTANG NICHOLAS
52
SEKRETARIS BARU
53
ANCAMAN
54
I DON'T WANNA LOSE YOU
55
PENGIRIM MISTERIUS
56
STAY WITH ME
57
ARDI SIUMAN
58
PESAN DARI ARDI
59
HADIAH
60
YOU'RE SPECIAL, FIONA
61
PENGGEMAR RAHASIA?
62
MUSUH DALAM SELIMUT
63
YOUR FAVORITE PART
64
SEMUA INI BUKAN SALAH MU
65
CATCH IT!
66
RENCANA BARU
67
RAHASIA MEREKA
68
TAK INGIN KEHILANGAN
69
KENYATAAN PAHIT
70
MEMPENGARUHINYA
71
AKULAH SATU-SATUNYA KELUARGAMU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!