Aku menyadari semua itu ternyata bukan mimpi. Aku mandi dan mengganti baju Elisa dan menyimpannya di tempat pakaian kotor.
‘Gimana caranya ketemu Elisa lagi? Aku harus mengembalikan bajunya.’ Batinku.
Aku mulai memikirkan kembali semua yang terjadi padaku. Berharap aku mendapatkan jawaban dengan semua yang terjadi.
Aku kaget karena pintu kamarku diketuk oleh bi Wina.
“Non Ava.. Bangun, non waktunya makan malam.” Ujar bibi dari balik pintu.
“Ya, bi.” Jawabku sambil membuka pintu.
“Non Ava tidurnya pules banget. Bibi dari tadi ngetuk pintu tapi non tidak bangun.” Ujar bi Wina.
Ternyata selama aku berada di tempat lain, bi Wina mencoba membangunkanku.
Untung aku mengunci pintu kamarku. Dan aku bisa pulang hari ini juga. Aku membayangkan semua orang di sini termasuk orang tuaku akan panik jika aku tidak pulang.
“Cape, bi.” Jawabku asal.
“Bibi siapin makan ya non.” Ujar bi Wina.
“Iya, bi. Nanti aku ke ruang makan. Makasih ya, bi.” Ujarku.
Bi Wina pergi untuk menyiapkan makan, sedangkan aku kembali ke kamar untuk mengambil hp dan pergi ke ruang makan.
..._____...
Keesokan harinya di sekolah. Aku tidak konsen belajar karena masih mengingat kejadian kemarin. Aku masih belum menemukan jawaban mengapa aku bisa berpindah waktu dan tempat.
Saat tidak ada guru di kelas, aku melamun dan berpikir keras, Siska melempariku dengan pulpen dan tepat mengenai pipiku.
“Aduh..” rintihku.
Aku mendengar Siska tertawa. Dia berhasil membuatku berhenti dari lamunanku.
“Jangan ngelamun yang aneh-aneh.” Ujarnya tanpa meminta maaf.
Aku menghiraukan dia namun teman-temannya ikut menertawakanku. Dia selalu bersama Ayu, Bulan, Dewi, dan Olivia. Teman satu gengnya yang merupakan anak dari karyawan papa. Apa yang akan orang tuanya katakan, jika aku mengatakan semua pada papa.
“Ambilin pulpen aku.” Perintah Siska padaku.
Aku tidak menggubris dan asik menggambar di buku catatanku. Tanpa ku sadari Siska berjalan ke arahku dan.
BRAAAAK...
Dia menggebrak mejaku. Membuat semua orang di dalam kelas melihat ke arah kami.
Aku yang kaget, berusaha untuk santai menghadapi kegilaan Siska padaku. Aku kembali menggambar. Dia yang kesal menarik bukuku dan menjatuhkannya ke lantai lalu menginjaknya.
“Apa aku berbuat salah padamu, Siska?” tanyaku santai.
“Udah aku bilang, ambil pulpenku. Dan kamu tidak mengambilnya.” Teriak Siska.
“Kamu bisa ngambil sendiri. Aku ngga pinjem pulpen kamu. Kamu lah yang ngelempar ke arahku.” Ujarku.
“Dasar anak pembantu!” ujar Siska mengambil pulpennya dan kembali ke tempat duduknya.
Aku melihat Ibu Sekar melewati kelas kami.
‘Pantes aja Siska ngga memperpanjang masalah yang mau dia buat’ batinku.
Aku pun mengambil bukuku di lantai. Sedikit kotor dan aku membersihkannya.
Tak sampai disitu. Siska kembali melempar pulpennya ke arahku saat ibu Sekar sudah melewati kelas kami. Kali ini tidak hanya satu pulpen, tetapi 3 pulpen.
Aku tetap tidak menghiraukannya, walaupun hatiku ingin sekali berteriak dan marah-marah padanya. Aku benar-benar tidak tahu apa yang membuat dia tidak menyukaiku.
“Ambilin pulpen aku, Ava.” Teriak Siska memerintahku lagi.
‘Harus tanya, salahku apa sampai dia lakuin ini.’ batinku
Namun sebelum ku tanya. Siska sudah berjalan ke arahku dan menjambak rambutku.
“Aaawwww..” jeritku karena sakit.
“Ngga bisa denger omongan aku ya? Mau ngebantah terus?” teriak Siska melontarkan pertanyaan yang ngga masuk akal untukku.
“Lepasin Siska! Sakiiit!” pintaku.
Elvano mendekati kami.
“Cukup, Siska! Lepasin Ava! “ pinta Elvano dengan tegas.
Elvano atau sering dipanggil El, adalah sepupu Siska yang kebetulan satu kelas dengan kami. Banyak perempuan yang naksir dengan dia karena kegantengannya. Namun Elvank terkenal cuek pada perempuan.
“Jangan ikut campur deh, El! Lagi asik nih.” ujar Siska menghiraukan permintaan El.
“Lepas!” tegas El.
Siska melepaskan tangannya dari rambutku.
“Kamu sudah kelewatan, Siska!” El menatap Siska tajam. “Ava ngga pernah ganggu kamu. Tapi kamu selalu ganggu dia.”
“Kamu ngga asik, El.” Ujar Siska sambil memutar bola matanya.
“Ngga cukup kamu udah nyebar gosip tentang dia?” tanya El masih dengan tatapan dia yang tajam.
El terlihat menakutkan untuk Siska. Dia kembali ke tempat duduknya dengan kesal dan tidak berani membantah.
“Kamu ngga apa-apa, Va?” tanya El.
Aku hanya tertunduk merasa sakit di kepalaku sambil menahan air mataku.
“Aku ngga apa-apa, El. Makasih.” Ujarku.
..._____...
Hari ini aku tidak ada jadwal kursus, jadi aku langsung pulang ke rumah. Moodku sedang tidak karuan. Kejadian di kelas tadi dengan Siska dan aku masih belum bisa mendapatkan jawaban untuk kejadian kemarin.
Setelah aku sampai di rumah.
“Bi Wina, Ava udah makan siang. Jadi ngga usah nyiapin makan buat Ava ya.” Ujarku “
“Baik, non.” Jawab bi Wina
“Ava cape banget hari ini. Tapi harus ngerjain tugas dulu. Bisa tolong bawain buah ke kamar Ava, bi?” pintaku.
“Siap non. Sekalian bibi mau ambil baju kotor di kamar non.” Ujar bi Wina.
“Makasih, bi.” Ujarku sambil berjalan menuju kamarku.
Aku mandi dan mengganti bajuku. Tak lama bi Wina sudah datang membawakan potongan buah untukku.
“Ini, non.” Ujar bi Wina sambil meletakkan sepiring buah-buahan di atas meja belajarku.
“Makasih, bi.” Ujarku “Oia bi, tadi Siska mau cari gara-gara sama Ava.”
“Gara-gara apa, non?” tanya bi Wina.
“Dia ngelempar pulpen ke arah Ava. Kena pipi Ava, bi.” Jawabku.
“Ya ampun, non. Sengaja atau ngga sengaja?” tanya bi Wina.
“Sengaja lah, bi. Minta maaf aja, ngga.” Ujarku sambil memakan buah. “Dia suruh Ava ambil pulpen yang dia lempar coba.”
“Terus non Ava ambil pulpen itu?” tanya bi Wina.
“Ngga lah, bi. Enak aja. Ava cuekin aja, bi.” Jawabku.
“Betul non. Jangan mau disuruh-suruh sama non Siska.” Ujar bi Wina.
Aku tidak menceritakan apa yang sudah Siska lakukan padaku tadi di kelas. Bi Wina akan khawatir dan melaporkan ke orang tuaku. Menurutku belum saatnya mama dan papa tahu.
“Bibi udah minta tolong sama mba Idah?” tanyaku.
“Sudah non tadi pagi. Mba Idah bilang mau bantuin kita. Dia juga sudah kesal dengan perlakuan non Siska.” Jawab bi Wina.
“Kasih tau Ava ya, bi.” Pintaku.
“Tentu non.” Ujar bi Wina. “Bibi kerja lagi ya non.”
“Ok, bi. Ava juga mau ngerjain tugas dulu terus tidur. Nanti ngga usah dibangunin ya, bi. Kalo Ava laper, Ava bilang.” Pintaku.
“Baik non.” Jawab bi Wina sambil ke luar kamar dan menutup pintu.
Aku pun mengunci kamarku. Sebelum aku mengerjakan tugasku, Aku mengambil lolipop berwarna sama seperti kemarin. Cokelat rasa cola. Lolipop ini sangat enak. Aku suka dengan rasanya.
..._____...
Membuka mataku dan aku sudah berada di tempat yang sama seperti kemarin. Norwood Park, London.
Aku tahu sekarang mengapa aku bisa berpindah tempat dan waktu.
‘Lolipop ini jawabannya’ batinku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Setia R
wah lolipop nya sakti, mau dong di ajak ....😃😃😃😃
2023-09-10
0
Setia R
satu iklan untuk mu
2023-09-10
0
Author15🦋
hahaha, bener jawanan aku
2023-08-16
1