Keesokan harinya di kantin sekolah saat istirahat. Aku berkumpul dengan Dea, Vina, dan Jordan. Mereka adalah teman SMPku.
“Betul tidak ada satu orang pun di kelas yang mau berteman sama kamu, Va?” tanya Jordan tak percaya.
Mereka tahu aku bukan anak bi Wina. Aku pernah mengundang mereka ke rumahku saat aku ulang tahun. Untung aku bukan orang yang memilih dalam berteman. Mereka tidak pernah satu kelas denganku, tapi kami satu ekstra kulikuler dulu di SMP.
Mereka adalah teman yang baik, yang tidak pernah memanfaatkan aku.
“Iya, Dan.” Jawabku sambil menikmati mie ayam.
“Siswa di sini berbeda dengan siswa kita di SMP ya.” Ujar Vina.
“Betul, Vin. Aku heran kenapa sih harus dibeda-bedakan. Kita ini sama-sama ciptaan Tuhan.” Ujar Dea.
“Padahal kamu pulang pergi diantar supir, Va. Masa mereka masih percaya omongan Siska?” ujar Vina.
“Siska itu bilang, Ava dianter supir karena searah dengan tempat kerja orang tua Ava.” Ujar Dea menjelaskan apa yang dia dengar dari teman sekelasnya.
“Ya sudah, Va. Kumpul sama kita-kita saja.” Ujar Vina.
“Kamu ngga makan, Dan?” tanyaku mengalihkan obrolan.
“Lagi ngga ada uang, Va. Tapi tadi aku udah makan roti.” Jawab Jordan.
“Pesen aja nanti aku bayar.” Ujarku.
“Ngga usah, Va. Makasih.” Ujar Jordan menolak tawaranku.
Aku merasa kasihan melihat Jordan sendiri yang tidak makan. Dia hanya membawa 1 botol air mineral saja. Memang saat aku, Dea, dan Vina membeli mie ayam, dia duduk terlebih dahulu dan memakan roti. Dan tidak hanya Jordan, Dea dan Vina pun sulit untuk menerima tawaranku jika aku ingin membayar. Aku selalu diam-diam membeli makanan, dan membagikan pada mereka.
“Besok ada acara ngga kalian?” tanyaku pada mereka.
Mereka hanya menggelengkan kepala tanda tak ada acara apa-apa.
“Renang yuu di rumahku.” Ajakku.
Kebetulan besok hari Sabtu. Sekolah libur dan aku bosan sendiri di rumah.
“Ayo.” Ujar mereka berbarengan.
Kami tertawa bersama-sama.
Terima kasih kalian mau tulus berteman denganku.
..._____
...
Sepulang sekolah aku berjalan dengan Dea menuju mobil yang sudah menjemputku di parkiran.
“Beneran ngga mau bareng, Dea?” tanyaku kembali memastikan.
“Ngga, Va. Makasih. Aku dijemput abangku. Tuh orangnya juga udah dateng.” Jawab Dea sambil menunjuk ke arah laki-laki di atas motor yang menunggu tak jauh dari mobilku parkir.
“Ya udah sampe besok ya.” Ujarku sambil melambaikan tangan dan masuk ke mobil
“Ok, Va. Sampe besok.” Balas Dea sambil berjalan menuju ke tempat abangnya menunggu.
Di dalam mobil, pak Jono supirku sedang asik mendengarkan lagu.
“Non Ava, mau kemana dulu?” tanya pak Jono sambil mengecilkan volume lagu yang diputar.
“Langsung ke tempat kursus aja, pak.” Jawabku.
“Baik, Non.” Ujar pak Jono.
Pak Jono mengendarai mobil menuju tempat kursusku.
Aku sangat menyukai musik. Papa Adrian dan Mama Dilla menemukan bakatku sejak kecil dan mulai memanggil guru les private ke rumah untuk mengajarkanku. Namun semenjak SMP, aku meminta Papa dan Mama untuk mengijinkanku pergi langsung ke tempat kursus.
Aku belajar tentang teori musik, membaca not, aku bisa memainkan alat musik gitar dan biola. Dan kali ini, aku lebih memperdalam bermain piano yang sudah aku pelajari dari kecil.
Selain itu, aku juga suka gambar. Aku mengikuti kelas kursus gambar satu kali dalam seminggu. Aku mulai tertarik dengan gambar saat aku pergi ke pameran lukisan teman Papa di luar negeri. Saat itu aku berumur 13 tahun.
Aku mengikuti kursus gambar satu kali dalam seminggu. Aku belajar tentang berbagai teknik menggambar, termasuk pensil, cat air, dan cat minyak. Aku pun mulai mengasah keterampilan komposisi dan persepsi visual, serta belajar menggambar pemandangan, potret, dan objek lainnya.
Aku pergi ke tempat kursus bukan berarti aku memiliki teman satu kelas yang memiliki minat yang sama. Tentu tidak. Aku tetap belajar sendiri dengan seorang tutor di kelas. Papa dan Mama tidak ingin pengajarku tidak fokus terhadap kebutuhanku jika aku harus masuk di kelas yang berisi 6 orang.
Namun aku tetap senang dalam menjalani kursus untuk mendalami hobiku.
Hari ini aku akan mengikuti kursus gambar. Bi Wina telah menyiapkan semua keperluanku dan disimpan semua di dalam tas dan di bawa oleh pak Jono di dalam mobil. Aku mengecek kembali semua barang yang sudah bi Wina siapkan, barangkali ada yang tertinggal atau lupa.
Seperti biasa bi Wina selalu teliti dalam pekerjaannya. Aku hanya menyimpan note di meja belajaku, dan semua disiapkan oleh bi Wina tanpa ada yang kurang atau salah. Memang bi Wina selalu bisa aku andalkan.
Perjalananku dari sekolah menuju ke tempat kursus sekitar 25 menit. Cukup jauh tapi tempat kursus itu sangat bagus. Pemiliknya adalah om Sean, teman papa yang mengadakan pameran di luar negeri itu. Tutorku yang bernama Kak Gio adalah salah satu murid dari om Sean.
Kak Gio cukup ganteng, dia masih mahasiswa jurusan seni. Tapi sayang sudah punya pacar. Hehehe.
Akhirnya aku sampai juga di tempat kursus.
“Non Ava, bapak tinggal tidak apa-apa?” tanya pak Joko sebelum aku turun dari mobil.
“Ngga apa-apa, pak. Emang bapak mau kemana?” tanyaku.
“Bapak mau jemput anak bapak dulu. Ibunya tidak bisa jemput hari ini, karena sedang sakit.” Ujar pak Jono menjelaskan padaku.
“Istri bapak sakit?” tanyaku.
“Iya, Non. Dari semalam sakit kepala.” Jawab pak Jono.
"Semoga istri bapak cepet sembuh ya." ujarku tulus.
“Iya, non. Terima kasih. Nanti bapak balik kesini 1 jam lagi, Non. Kebetulan sekolah dan rumah bapak ngga jauh dari sini” ujar pak Jono.
“Ok, pak. Ngga apa-apa. Asal jangan ketahuan mama aja ya.” Ujarku meminta pak Jono menyembunyikannya.
Mama akan marah kalau tahu pak Jono tidak menungguku.
“Baik, non Ava. Terima kasih ya.” Ujar pak Jono.
Aku pun turun dari mobil membawa alat gambarku dan sebuah tas berisi baju ganti yang disiapkan oleh bi Wina tentunya.
Aku datang lebih awal. Kelasku akan mulai 30 menit lagi. Untung ada cafe di lantai 1 tempat kursusku. Terkadang aku menggambar di cafe tersebut dengan kak Gio.
Karena sudah kenal dengan semua pekerja di Cafe itu, tentu saja aku bisa menitipkan barang-barangku pada mereka. Aku mengganti baju seragamku dan pergi berjalan keluar untuk mencari lolipop. Karena lolipopku hanya tinggal 1 di rumah.
Aku berjalan mencari mini market tapi tidak menemukan. Sampai akhirnya aku menemukan toko kecil di ujung jalan yang menjual berbagai lolipop.
Aku sangat senang menemukan toko itu. Seperti aku masuk ke surga . Aku menemukan banyak sekali lolipop yang unik dan berbagai rasa.
Aku mulai mengambil keranjang belanja dan memilih lolipop-lolipop unik yang terpajang. Dan ada satu lolipop yang sangat menarik perhatianku. Tapi aku harus membeli 1 toples besar karena tidak dijual satuan. Berisi 35 lolipop berbentuk bintang dan memiliki 5 rasa. Aku langsung memasukkan 2 toples untuk persediaan di rumah. Dan 10 lolipop unik lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Setia R
🙄🙄🙄🙄🙄 kebanyakan deeeek
2023-08-15
1
Setia R
jangan lupa gosok gigi setelah makan lollipop nya ya....
2023-08-15
1
Setia R
manusia, ya manusia!
jika udah ada kepentingan yang melibatkan kita, eh barulah ia mengatakan aku tak bermaksud begitu!
bla bla bla
2023-08-15
1