Desa tempat tinggal mereka adalah desa tak bernama, desa itu adalah desa terisolasi dan tersembunyi di tengah pengunungan, jadi tidak ada pihak kerajaan kesana, bahkan dunia tidak tahu desa itu ada. Penduduk desa itu bukan hanya manusia, ada elf, dragonoid dan ogre (oni) yang tinggal di sana. Mata pencaharian mereka adalah bertani dan berladang, selain itu mereka juga mengandalkan hasil ternak mereka. Pendistribusian nya, dari mereka kepada mereka juga, jadi mereka tidak perlu berhubungan dengan dunia luar. Kenapa Albert dan Karen bisa kesana ? karena para penduduk desa yang sedang berburu menemukan mereka pingsan di hutan terlarang yang tidak pernah di masuki manusia, ketika melarikan diri sambil membawa tiga bayi yang di titip kan ke mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal dan bersembunyi di desa itu setelah di tawarkan oleh kepala desa.
Tiga tahun berlalu, sekarang Leon, Cathy dan Rose sudah berumur tiga tahun. Untuk anak kecil seumuran mereka, tingkah laku mereka sangat tidak biasa, ke tiganya tidak pernah keluar dari rumah, paling jauh hanya di belakang rumah yang merupakan bukit yang luas. Rose hanya membaca buku yang di bawakan oleh Albert di dalam rumah, dia hanya keluar ke bukit belakang kalau sedang mencoba sihir baru yang di pelajari nya dari buku, tanpa merapal mantra, dia hanya membayangkan bentuk sihirnya dan menembakkan nya. Cathy selalu di bukit belakang untuk berlatih. Dia melatih badannya dan mempraktikkan jurus jurus bela diri dari kehidupan lama nya, membuat Albert bingung karena belum pernah melihat bela diri semacam itu. Cathy juga memiliki kemampuan penyembuh dan pelindung yang kuat tanpa merapal mantra sihir dan lingkaran sihir. Sedangkan Leon, dia selalu bermain main di dalam hutan, sihir yang bisa dia gunakan hanya memperkuat tenaga, mempercepat langkah dan melompat tinggi, semuanya tanpa merapal. Dia suka melompat dari satu pohon ke pohon lain dengan kecepatan luar biasa dan berburu babi liar yang ukuran nya lima kali lebih besar dari tubuh nya dengan menggunakan sebuah pedang pendek yang di berikan Albert. Leon bisa berpedang karena mengandalkan jurus jurus kendo nya di kehidupan masa lalu nya.
Albert dan Karen awal nya sedikit kewalahan mengasuh ketiganya, karena ketiganya sangat luar biasa dan aneh. Keduanya tidak bisa menghentikan ulah ketiga anak aneh itu, mereka hanya bisa melihat dan menasihati supaya jangan berlebihan, untung nya ketiga anak itu menurut kepada Albert dan Karen. Melihat perkembangan ketiganya, Albert dan Karena sudah tidak kaget lagi, sebab dari umur 1 tahun saja mereka sudah bertingkah macam macam dan berkembang jauh melebihi normal, Albert dan Karen sudah kenyang dengan yang namanya kaget dan sudah terbiasa. Keduanya tetap memposisikan diri mereka sebagai buttler dan maid, mereka dengan sepenuh hati melayani ketiganya dan menganggap ketiganya majikan.
Setiap sebulan sekali, desa selalu kedatangan seorang pedagang, pedagang itu sengaja di panggil dan di bawa ke desa dengan mata di tutup sehingga dia tidak tahu jalan kembali ke desa. Albert mengajak Leon, Cathy, Rose menemui pedagang yang berada di alun alun desa selama tiga hari. Cara perdagangan mereka adalah barter, pedagang menjajakan barang nya, kemudian dia di bayar menggunakan hasil panen dan hasil ternak, kadang ada pemburu yang menukarkan batu sihir dengan uang dan berbelanja dengan menggunakan uang ke pedagang itu. Albert memang memiliki uang yang dia bawa sebelum pergi dari rumah majikan nya, di tambah dia juga bercocok tanam di halaman rumah dan mengambil tanaman obat di hutan, dia menjual hasil nya sebulan sekali ketika pedagang datang,
“Leon sama, Cathy sama, Rose sama, silahkan kalian melihat lihat dan beritahu aku apa yang mau kalian beli.” Ujar Albert di alun alun desa.
“Baiiik....” Teriak ketiganya
Tanpa menunda lagi, ketiganya berlari ke tempat pedagang menggelar dagangan nya. Setelah menerobos para penduduk yang mengerumuni pedagang itu, ketiga nya berdiri di depan counter dan melihat lihat, pedagang itu menjual berbagai macam barang, dari senjata, pakaian pelindung, buku buku, perhiasan, obat obatan (potion) dengan banyak variasi dan barang lainnya yang memenuhi satu kereta nya. Selagi melihat lihat senjata, Leon menemukan sebuah pedang yang hanya ada di dunia lama nya, yaitu katana panjang bernama nodachi. Tanpa ragu lagi Leon mengambil nya dan membuka nya dari sarung nya, tiba tiba Cathy menepuk pundak nya,
“Apa nee san ?” Tanya Leon.
“Lihat sekeliling mu....” Ujar Cathy.
Leon langsung melihat sekeliling, semua orang melihat dirinya dan pedagang itu terlihat sangat bingung melihat Leon yang sedang mencabut pedang itu.
“Eh....” Ujar Leon bingung karena semua melihat dirinya dengan pandangan aneh.
“Pedang itu....kamu bisa mencabutnya ?” Tanya pedagang itu.
“Iya, tidak masalah kok....lihat....” Ujar Leon.
Leon memegang pedang katana panjang di tangannya yang kecil dan mengacungkan nya ke atas dengan dua tangan nya, walau katana itu lebih besar dari tubuh kecil nya. Pedang itu terlihat sangat tajam dengan bilah pedang nya berwarna merah dan hanya garis mata pedang nya saja yang berwarna silver.
“Pedang itu....aku mendapatkan nya dari seorang petualang, dia mengatakan kalau dia mendapat kan pedang itu dari reruntuhan kuno, tapi selama ini tidak ada yang bisa mencabut pedang dari sarung nya termasuk petualang itu, jadi dia memberikan nya begitu saja pada ku.” Ujar pedagang.
“Benar, aku juga tadi coba mencabutnya tapi tidak bisa..kamu hebat.” Tambah seorang penduduk.
Mulai lah para penduduk berbisik bisik melihat Leon yang masih dengan bangga memegang pedang nya, kemudian Leon bertanya,
“Berapa harganya ossan ?” Tanya Leon polos.
“Ambil saja, aku tidak tahu nilainya...aku meletakkan nya di sana, di tempat barang barang yang tidak laku, supaya kalau ada yang mau silahkan.” Jawab pedagang itu sambil tersenyum.
“Benarkah ossan...terima kasih ya.” Leon memasukkan kembali katana itu ke dalam sarung nya.
Cathy dan Rose langsung menuju sebuah tong dan meja yang di katakan oleh pedagang adalah barang barang yang tidak di jual, tapi boleh di ambil sebab dia ingin mengurangi stok nya. Menurut nya barang barang itu tidak berguna dan tidak bisa di pakai. Leon mengambil katana itu dari tong itu. Cathy melihat ada dua buah gada (mace) kembar berwarna hitam yang ujung nya bisa di lepas dan diayunkan menggunakan rantai dari dalam gagang nya untuk menyerang jarak menengah. Tanpa ragu Cathy mengangkat kedua gada itu. Sekarang gantian Leon yang menepuk pundak Cathy,
“Nee san, kamu jadi pusat perhatian tuh....”
“Heee iya, kenapa ya ?” Tanya Cathy heran sambil memutar mutar gada nya.
“Ha..hati hati.....kedua gada itu...tidak ada yang bisa mengangkat nya dan kamu masih kecil...gada itu berat sekali, aku menggunakan nya sebagai pengganjal.” Ujar pedagang itu.
“Ah masa...coba pinjam satu nee san...” Leon menjulurkan tangan nya.
Cathy memberikan sebuah gadanya ke tangan Leon, tapi, “Waaaaaaa...” Leon langsung jatuh dan gada itu menghantam tanah dengan keras mengakibatkan tanah masuk ke dalam berbentuk gada itu. Leon mencoba mengangkatnya, bahkan dengan dua tangan, melihat tangan Leon yang terjepit, tiga orang penduduk pria dengan badan yang sangat besar langsung menolong nya, mereka bertiga mengangkat gada itu dan gada itu terangkat, sebenarnya satu orang saja bisa mengangkatnya tapi tidak bisa berbuat apa apa dengan nya karena sangat berat. Ketika tangan Leon terlepas, ketiganya langsung menjatuhkan gada itu dan semakin masuk ke dalam tanah. Cathy memungut gada itu dan memutar mutarnya, kemudian dia melihat tangan Leon yang terluka karena tertindih oleh gada tadi.
“Sebentar aku sembuhkan....”
Cathy menyelipkan kedua gadanya di pinggang nya dan kedua tangan nya menjulur ke tangan Leon. Sinar terang berwarna kuning langsung membalut lengan Leon yang mulai berangsur angsur sembuh. Para penduduk yang melihat nya langsung bergosip ria, mereka tidak mejelekkan Cathy dan Leon, mereka hanya heran. Cathy menoleh ke pedagang itu,
“Boleh dua gada ini buat aku ossan ?” Tanya Cathy dengan penuh harap.
“Silahkan, aku juga tidak mungkin membawanya kembali, mereka hanya memperberat kereta ku.” Ujar pedagang itu.
“Waaah terima kasih ossan...” Cathy melompat lompat senang sambil memutar kedua gadanya di tangan nya dengan wajah ceria.
Para penduduk termasuk Leon langsung menyingkir dari Cathy karena takut tergetok oleh gadanya. Sementara itu, Rose sedang sibuk sendiri dia menemukan sebuah buku yang besar dan tebal tapi cover nya di rantai sehingga buku tidak bisa di buka. Rose dengan santai melepaskan rantai nya dan membuka buku nya. Seberkas tiang sinar keluar dari dalam buku itu dan melesat naik ke langit. Semua orang termasuk pedagang itu langsung mundur dan menutup matanya karena silau. Tapi Leon dan Cathy tidak terpengaruh dan mendekati Rose yang sedang asik membacanya,
“Buku apa ?” Tanya Leon.
“Lihat onii chan, buku ini seperti....manga kan hehe....judulnya buku sihir tingkat tinggi tapi bentuk nya seperti manga....” Ujar Rose.
“Eh...benar juga, tapi aku belum pernah lihat manga ini ? mungkin di buat di dunia ini ya, tulisan nya juga aku tidak bisa baca. Kamu bisa baca Leon ?” Tanya Cathy.
“Tidak juga, kualitas gambarnya juga tidak terlalu bagus banget kok....” Jawab Leon.
“Bicara apa onee chan...onii chan.....bahasanya jepang kok dan gambarnya lebih bagus dari gambar 3D....gimana sih.” Balas Rose.
“Eh....” Ujar Leon dan Cathy sambil saling menoleh.
“Kalian tidak percaya ? aku tanya ossan.....ossan, gambar di buku ini bagus kan ?” Tanya Rose sambil membuka bukunya dan memperlihatkannya pada pedagang.
“Aaaah...silau...buku itu kosong.....tidak ada apa apa nya....kalau kamu mau ambil saja.....” Ujar pedagang itu sambil menghalangi matanya dengan lengan.
“Haaaah....masa sih....tapi kalau boleh buat aku ya aku ambil, makasih ossan.” Rose menutup bukunya dan membawa nya.
Pedagang itu membuka matanya karena cahayanya sudah hilang setelah Rose menutup buku nya. Pedagang menoleh dan melihat tiga anak aneh di depan nya, yang satu memegang pedang katana panjang yang tidak pernah di cabut dari sarung nya, yang satunya memegang sepasang gada hitam dan kotor yang beratnya tidak kira kira dan yang satunya membawa buku yang kalau di buka mengeluarkan cahaya terang dan tidak tertulis apa apa di dalam nya. Dia menggelengkan kepala dan tersenyum kecil.
“Anooo...maaf, bisa kalian menyingkir, masih banyak penduduk yang mau berbelanja, kalian tidak perlu membayar, bawa saja barang barang itu.”
Ke tiga nya menoleh dan melihat pedagang itu dengan wajah ceria, ketiganya langsung menghampiri pedagang itu dan naik di depan counter sehingga wajah mereka hanya terlihat separuh.
“Terima kasih ossan....” Ujar ketiga nya bersamaan.
Ketiga nya langsung turun dari counter, kemudian berlarian menuju Albert yang sudah menunggu mereka di depan air mancur yang ada di alun alun.
***
Sampai di rumah, ketiganya langsung menuju bukit di belakang mereka bersamaan, mereka membawa kain, palu dan botol air untuk membersihkan mainan baru mereka. Leon langsung membuka gagang katana nya yang dia sudah biasa lakukan di kehidupan masa lalu nya di dunia lain. Dengan hati hati, dia melepaskan gagang nya karena ada batu permata yang menghiasi bagian belakang gagang nya. Dia langsung membersihkan nya menggunakan air dan mengasah mata nya menggunakan batu yang ada di samping nya. Sedangkan Cathy membersihkan dua gada (mace) yang berwarna hitam legam, dia menggosoknya menggunakan kain dan air, dia menggosok nya dengan sepenuh hati sambil bersiul siul karena senang. Lama lama batang nya berubah warna, lapisan hitam nya terkelupas sedikit menjadi kuning emas. Cathy yang melihat nya menjadi bersemangat dan menggosok nya dengan sepenuh tenaga nya. Sementara Rose sedang sibuk mengupas kulit kulit yang menyelimuti cover buku nya secara perlahan dan berkonsentrasi supaya tidak merusak nya.
Akhirnya ketiganya selesai, Leon memasang dan menyusun kembali katana panjang nya yang sebenarnya adalah sebuah nodachi. Mata pedang nya yang merah berubah warna menjadi emas setelah di bersihkan, sedangkan permata di gagang nya menyala. Dua gada yang di bersihkan Cathy juga menunjukkan warna aslinya, satu bergagang emas dan berkepala silver, sedangkan satunya bergagang silver dan berkepala emas. Kepala gada kedua nya bisa di lepas dan ikat menggunakan rantai yang tersimpan di dalam gagang nya. Rose juga sudah selesai mengupas cover buku yang di lapisi oleh kulit yang tebal, ternyata cover buku itu berwarna emas terang dengan ukiran yang indah dan bertuliskan grimoire. Mulai lah ketiganya mencoba bermain main dengan barang baru mereka, Leon menyabetkan pedang nya menggunakan jurus jurus kendo nya, sedangkan Cathy juga memainkan kedua gadanya dengan lincah, dia bisa menggunakan nya untuk menyerang dengan rantai dan juga memukul dari jarak dekat. Sementara keduanya sedang berlatih, Rose duduk dan membaca buku nya, dia mempelajari semua sihir yang ada di dalam buku itu. Setelah selesai ketiganya duduk berkumpul di atas bukit,
“Benar benar isekai ya, sekarang aku lebih bisa mengolah mana untuk sihir gara gara buku ini, lihat onii chan, onee chan...” Ujar Rose.
Dia mengangkat tangannya dan merentangkan jari jarinya, dari telunjuk nya muncul sihir api, dari jari tengah sihir air, jari manis sihir angin, kemudian kelingking nya sihir petir dan terakhir dari ibu jarinya sihir tanah.
“Heee....” Ujar Leon dan Cathy.
“Loh kenapa, bukan nya senang adik nya bisa begini hahaha.” Ledek Rose yang menyudahi pertunjukan nya.
“Senang kok, tapi kita benar benar di isekai ya...hanya saja tidak seperti yang ku baca hahaha.” Tambah Cathy.
“Iya, aku bersyukur bisa kesini, saat nya hidup malas di sini hehe.” Tambah Leon sambil merebahkan dirinya ke rerumputan.
“Hehe benar, aku juga setuju...” Cathy berbaring di sebelah Leon.
“Memang nya kalian ga mau jadi petualang ? kalau di manga, light novel dan game biasanya berpetualang kan....lalu menghabisi demon lord...heheh.” Ujar Rose bersemangat.
“Ah itu namanya kerja....” Ujar Cathy.
“Benar benar...tidak mau kerja....” Tambah Leon.
“Aaaah payah nih onii chan dan onee chan.....” Rose melompat berbaring di tengah tengah Leon dan Cathy.
Ketiganya bercanda dan tertawa tawa, sambil melihat ke langit dimana ada dua bulan berdampingan yang baru muncul karena sudah sore. Tapi tiba tiba,
“Kyaaaaaah....” Terdengar suara teriakan dari dalam hutan di depan bukit tempat mereka berbaring.
Ke tiganya langsung duduk dan berdiri, mereka mengambil senjata senjata mereka dan berlari masuk ke dalam hutan. Ketiga nya menuju ke tempat arah teriakan itu terdengar, akhirnya mereka sampai di sebuah sungai yang mengalir di dalam hutan. Ketiga nya melihat dari balik semak semak, mereka melihat seorang remaja putri di kepung oleh pasukan goblin dan di belakang mereka ada seekor orc berbadan besar memakai pelindung dan membawa pedang besar. Remaja putri itu berusaha melawan para goblin itu dengan pedang nya dan sihir nya.
“Yuk onii chan, onee chan....” Ajak Rose.
“Um...tapi tidak apa apa nih ?” Tanya Leon.
“Iya, sepertinya orang itu juga bukan penduduk desa....” Tambah Cathy.
“Oi oi onii chan, onee chan...kenapa malah jadi ragu ragu ? kalian takut sama goblin ?” Tanya Rose.
“Bukan itu, kita ini masih kecil kan, apa dia tidak bingung di selamatkan anak balita ?” Tanya Cathy.
“Nah itu, pikiran ku juga sama.” Tambah Leon.
“Kyaaaaa....” Terdengar suara teriakan lagi.
Ternyata remaja putri itu terdesak dan terseder di batu sambil memegang tangan nya, pedang nya sudah terpental entah kemana. Para goblin itu mengepung nya dan mulai maju menyerang remaja itu.
“Sriiing....” Beberapa goblin terbelah dua dan darahnya terciprat mengenai wajah remaja putri itu. Remaja itu melihat ke depan, ternyata ada tiga anak kecil yang satu memakai pedang sedang membelah para goblin dengan santai nya, yang satu menggunakan dua gada yang menghantam kepala para goblin sampai hancur dengan mudah nya dan yang terakhir sedang menembakkan bola api dalam jumlah banyak yang langsung membakar para goblin di depan nya. Melihat pasukan nya binasa, bos mereka yang merupakan seekor orc besar memakai zirah dan membawa pedang besar yang terlihat tumpul, berdiri dan menghampiri ketiga nya.
“Awaaaas...” Teriak remaja putri itu melihat orc besar itu di depan para bocah.
Orc itu langsung mengayunkan pedang nya dari atas ke bawah dengan tujuan menghantam ketiganya. Cathy menyilangkan gadanya dan menahan pukulan pedang itu di atas kepalanya. Pedang tumpul yang menghantam gada milik Cathy patah kemudian sebelum patahan pedang nya jatuh Cathy menendangnya dan patahan pedang itu menancap di perut orc.
“Graaaaah.” Orc itu meraung kesakitan.
Leon melompat ke atas dengan menginjak gada Cathy dan langsung mengangkat pedang nodachi panjang nya untuk menyabetkan nya. Orc itu mengangkat kedua tangan nya untuk menangkis pedang Leon, tapi Leon meneruskan sabetan nya dan memutuskan kedua lengan orc yang kemudian kedua lengan nya jatuh ke tanah. Tanpa menunda lagi, Rose mengangkat tangan nya dan membuat tombak dari api di atas telapak nya.
“Flame spear....” Teriak nya sambil melemparkan tombak api itu ke tubuh orc.
Tombak api itu menembus tubuh orc dan terus melesat ke dalam hutan menghancurkan pepohonan dan membakarnya. Melihat itu, Leon, Cathy dan Rose langsung panik, ketiganya langsung berlarian menuju hutan di sebrang sungai.
“Waaaa kebakaran....” Teriak Cathy.
“Cepat cepat ambil air.....” Teriak Leon.
“Maaf hehehe.....” Ujar Rose.
Remaja putri itu tertegun melihat tiga bocah kecil berlarian panik karena membakar hutan setelah membunuh dan membiarkan orc besar yang dia tahu adalah orc general itu mati dalam keadaan berdiri dengan tangan putus, dada berlubang, di tambah ada patahan pedang besar menancap di perut. Dia ingin meraih ketiga bocah kecil itu, tapi karena dia terluka dan mengeluarkan banyak darah, akhirnya kesadarannya hilang dan dia pingsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Taufik Hidayat
hahahahaha ngakak nnjir
2023-07-06
0
Erarefo Alfin Artharizki
lanjut onee san
2023-05-21
0