Bahaya

Baru keluar dari kantor, Lalis berpapasan dengan Great sampai-sampai menahan nafas.

"Huft," buangan nafas Lalis setelah Great mulai menjauh.

Lalis menggelengkan kepala lalu berjalan. Bukan menuju lift untuk turun ke bawah, justru ia ke klinik. Tentu ia tidak lupa janjinya untuk membersihkan pakaian Great yang tidak sengaja tertumpahi kopi Lalis.

Tidak lama Lalis mengambil pakaian kotor bosnya lalu pulang.

Keesokan harinya.

"Bu Saka?" ujar Lalis.

"Ya, Lalis?"

"Kalau jam istirahat siang Pak Great selalu ada di mana?"

Keempat rekan kerja Lalis langsung menatap Lalis. Apa mungkin yang Lalis katakan salah?

"Kenapa tiba-tiba menanyakan Pak Great, Lalis?" tanya Veronika penasaran.

Semua penasaran tentang Lalis yang menanyakan keberadaan Great, kecuali Jovi. Ia meneruskan kegiataannya, fokus dengan pekerjaannya.

"Itu- ada yang ingin saya sampaikan."

"Biasanya Pak Great ada di ruangannya. Beliau tidak akan kemana-mana lagi jika sudah di kantor. Kecuali yang waktu itu," jawab Bu Saka.

"Ah, ya baiklah."

Semua kembali dengan kegiatannya masing-masing. Fokus dan pikirkan target.

Kenya terdiam, melamun seperti orang bodoh. "Apa itu penting?" batin Kenya.

"Apa aku harus menemuinya di ruang direktur itu?" gusarnya dalam hati.

Istirahat siang sudah tiba. Lalis menghentikan pekerjaannya, ia berdiri namun saat akan berjalan, tiba-tiba HP-nya berdering menampilkan notif pesan.

*Baju itu mahal jadi jangan lama-lama untuk mengembalikannya padaku.*

Itu yang tertera. Lalis paham. Sedikit kesal dengan atasannya satu ini. Kenapa harus sampai sejauh ini berurusan dengan Great yang membuatnya merasa terbebani setiap hari.

"Lalis, ayo." Bu Saka menoleh kepada Lalis saat akan ke luar ruang.

"Ah, itu- kalian duluan saja. Saya akan menyusul."

"Baiklah. Kita di cafe yang sama."

"Iya baik, Bu."

Ting. Notif pesan dari Great lagi setelah semua rekan kerja Lalis keluar dari ruangan.

"Jangan lupa save nomorku!*

Akan semakin jauh urusannya jika Lalis tidak membalasnya. Great akan menganggap itu tidak sopan sebagai bawahannya.

"Ini sudah waktunya makan siang jadi saya akan menemui anda setengah jam lagi."

Ting.

*Temui aku sekarang di cafe belakang perusahaan. Sekalian kau makan siang saja.*

Lalis terkejut. Ia menggigit jari, berpikir bagaimana cara menolak permintaan direktur aneh itu.

*Tambahan ganti rugi kalo menolak. Aku hanya ingin pakaianku saja karena itu mahal*

Pesan itu seolah tahu kalau Lalis akan menolaknya.

Great yang sudah duduk di cafe mengendus frustasi. "Ini benar-benar konyol. Kenapa aku harus semurahan ini?" gumamnya.

"Saya segera ke sana."

***

Lalis duduk dengan gugup. Beberapa detik Lalis langsung memberikan paperbag yang berisikan pakaian formal milik Great. Great menerimanya tanpa terimakasih.

Tapi apa hidangan ini?

"Kau harus makan karena aku sudah memesan couple food."

Lalis membelalak sejenak. "Maksudnya apa dengan couple food?" batin Lalis.

"Jika tidak suka. Kau harus suka!"

"Tidak suka gimana, justru ini makanan kesukaanku," batin Lalis.

Hidangan steak dengan nasi serta sayuran rebus. Meskipun aneh tapi Lalis menyukainya.

"Kenapa anda sendiri tidak makan, Pak?"

Great langsung membelah steak lalu memakannya perlahan. "Siapa yang tidak makan?"

Benar-benar geleng kepala Lalis. Great bertambah aneh ketika bersama Lalis.

Lalis perlahan memakan steak itu. "Ini kenapa sangat enak sekali," batin Lalis.

Sudah beberapa kali Lalis makan steak tapi kali ini steak yang terbaik menurutnya. Rasanya beda dari biasanya.

"Kau tidak pernah makan enak, ya?" ujar Great isengin Lalis.

Lalis mendongak. Baru sadar betapa malunya dia di depan atasannya. Apalagi seorang direktur. Lalis perlahan bersikap formal kembali.

"Kenapa sampai lupa bahwa aku sedang makan dengan siapa," batin Lalis.

Makanan ini menghipnotis dirinya samapi tidak tahu sopan santun di hadapan direktur.

Great tersenyum puas setelah isengin Lalis.

"Malam ini kantor adakan acara minum-minum."

"Itu- saya tidak bisa datang, Pak."

Great mengernyitkan alisnya. "Kenapa?"

Lalis sudah janji dengan Kent untuk menghabiskan waktu bersama nanti malam karena besok Kent akan terbang ke Eropa dengan urusan bisnis. Karena perusahaannya bukan perusahaan kecil yang hanya memiliki cabang di dalam negri.

"Ada hal penting. Jadi saya benar tidak akan ikut."

Great kesal.

"Pak, saya sudah selesai. Saya akan masuk sekarang."

Tidak ada jawaban dari Great kecuali tatapan menyebalkannya. Merasa Great sudah paham, Lalis pergi dari hadapannya.

Great mengangkat HP, menelpon Joy skertarisnya.

"Ada tugas yang harus di selesaikan tapi bukan urusan kantor."

***

Lalis menatap dirinya di cermin sambil merapikan uraian rambut hitamnya, dengan sedikit jepit rambut di sisi kanan rambut Lalis.

"Dress ini Kent yang pilihkan dan aku juga menyukainya," ucapnya.

Lalis terus membolak-balik tubuhnya memastikan tidak ada yang kurang untuk malam ini. Kencan malam ini harus spesial karena malam ini terakhir mereka bersama.

Lalis melihat jam di dinding. Menunjukkan pukul 8 malam, lalu ke luar kamar menghampiri Kent yang sudah menunggunya di sofa ruang tamu.

"Sudah kubilang itu sangat cocok untukmu," ujar Kent yang terkagum melihat kecantikan Lalis.

"Jangan terlalu memujiku," jawab Lalis.

"Baru sadar bahwa kau sangat cocok memakai warna apapun di pakaianmu."

Lalis terhenti di hadapan Kent.

"Kamu sangat manis malam ini, Sayang." Lalis mengelus pipi Kent sambil membungkuk sedikit.

Kent berdiri lalu mendekap sang kekasihnya yang cantik itu.

Tidak ada ucapan dari Kent dalam pelukan Lalis.

"Apa aku harus kalah lagi dari ayah. Tidak mungkin aku menikahi wanita yang tidak aku cintai," batin Kent.

Kent harap perjodohan yang dilakukan ayahnya bisa ia hentikan bagaimanapun caranya. Ayahnya harus mengorbankan putranya hanya karena haus tahta, kekuasaan dan uang.

"Apa kau akan membenciku jika suatu hari aku tidak bersamamu lagi?" tanya Kent.

Lalis terkejut, ia melepaskan pelukan Kent. "Kau akan meninggalkanku?" tanya Lalis khawatir.

"Aku hanya akan pergi ke Eropa."

"Itu tidak masalah. Asal kau tidak putus denganku."

Kent menatap Lalis penuh kelembutan. Ada hal yang seharusnya ia bicarakan, tapi ini akan menyakiti Lalis. Lebih baik Kent berjuang untuk mencari cara agar perjodohan itu tidak berlangsung.

Kent memeluk Lalis lagi.

"Maaf, bisakah kita memesan hotel. Aku lelah," pinta Kent.

Ayah Kent. Jey Gwart. Pria misterius. Sudah 30 tahun ia berkarir tapi sampai sekarang ia menyimpan rahasia dibalik kesuksesannya. Ia dikenal sebagai sosok sempurna, mau sebagai bos, ayah atau suami dari keluarganya. Sosok berwibawa yang dikenal publik.

"Kapan Kent melamar Vinsca cucuku? dia tidak suka menunggu hal yang diinginkannya. Secepatnya kami menginginkan Kent berada di kediamanku."

Pria paruh baya yang menjadi tamu penting ayah Kent adalah pendukung utama bisnis ayah Kent. Jey Gwart tidak ingin kehilangan berlian yang sudah bertahun-tahun ia pertahankan meskipun Jey kesulitan mendapati perintah.

"Ada masalah kecil yang menghalangi Kent. Kami akan segera menyingkirkannya. Asalkan tuan percaya pada saya, saya akan menjamin semuanya."

"Jika kau tidak mengecewakanku, aku juga tidak akan mengecewakanmu. Juga seluruh keluarga Gwart." Pria paruh baya itu berdiri, "ingat bisnismu, Jey. Semua milikmu sekarang sepenuhnya berada di bawah kendaliku." Lalu pergi meninggalkan kediaman Gwart.

Seperginya pria itu, Jey marah besar sampai membanting gelas mahal yang terukir cantik miliknya. Mana bisa miliknya yang ia pertahankan harus hilang begitu saja. Apalagi selama bertahun-tahun ia berjuang agar sukses sampai dikenal publik sampai sekarang.

"Apa yang harus kulakukan?" gusarnya.

Asisten pribadinya datang. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

"Dimana Kent?" tanya Jey.

"Tuan muda sedang keluar. Dia bilang ada hal pribadi yang harus ia selesaikan."

Jey tahu jika Kent berhubungan dengan Lalis. Sejak Lalis bekerja di kantornya, ia tidak melupakan wajah itu, wajah emosi serta kekesalan Lalis pada perusahaan JT Nether. Beruntung Lalis bisa aman karena Kent. Semua karyawan yang pernah bekerja di JT Nether tidak akan bisa bertahan di negri ini selama ia masih berdiam disini.

"Telpon skertaris Kent. Tanyakan apakah ada jadwal penting Kent untuk malam ini!"

"Baik, Tuan."

Setelah beberapa menit asisten Jey berkata, "Skertaris tuan muda mengatakan tuan muda membatalkan pertemuan dari manajer cabang jepang yang sudah dijanjikannya. Setelah itu pergi ke luar karena ada hal penting lainnya."

Jey menggertakkan giginya. Ia merasa tertekan sehingga harus marah besar seperti ini. Kent sangat sulit diatur olehnya. Jika bukan karena kecocokkannya sebagai direktur, Jey tidak akan menpertahankan Kent sebagai direktur.

"Panggil beberapa orang untuk keluar malam ini."

"Baik, Tuan."

Suasana malam yang dingin tapi dihangatkan oleh sentuhan-sentuhan tangan yang hangat. Kecupan dan gerakan lembut membuat mereka berdua menginginkan lebih dari ini. Bisakah mereka menutupi tubuhnya hanya dengan selimut saja? jangan menyisakan pakaian di tubuh kalian!

"Kamu sangat mempesona malam ini, aku jadi tidak ingin berhenti sampai pagi."

"Ss,ah."

Kent sangat menyukai tubuh Lalis. Kent tidak ingin melewatkan apapun dari tubuh Lalis. Semha tubuh Lalis adalah miliknya seorang.

"Aku senang karena kau mengizinkanku," ucap Kent lagi.

"Kent."

Kent berhenti lalu menatap Lalis penuh cinta.

"Kau tidak akan meninggalkanku, kan? aku sangat mencintaimu," ujsr Lalis.

"Aku tidak akan meninggalkanmu bahkan apapun yang menghalanginya aku akan menerobos agar bisa bersamamu," jawab Kent.

Lalis tersenyum. Lalu mempersatukan bibir mereka kembali. Lalis terus mendesah saat tangan Kent menjelajahi tubuhnya. Ini kali pertama bagi Lalis jadi sulit untuk bisa menahannya.

Duk, duk, duk, duk, duk.

Mereka terhenti. Siapa yang mengganggu kebersamaan mereka dan ini juga sudah malam.

"Apa kau mengundang seseorang?" tanya Lalis.

"Tidak, kok."

Duk, duk, duk, duk.

Itu semakin kencang. Kent mengernyit kesal lalu turun dari tubuh Lalis. "Tidak sopan sekali," umpatnya.

"Lalis tunggu di sini, pakai dulu bajumu," ucapnya sambil memakai kaos yang ada di sekitarnya.

Kent berjalan membukakkan pintu. Ia terkejut saat melihat siapa yang datang.

"Kenapa ayah tahu aku ada di sini?" tanya Kent.

Jey Gwart tidak akan tinggal diam ketika tahu anaknya pergi dengan Lalis. Apalagi sampai membatalkan pertemuan penting. Kent waspada karena Ayahnya membawa dua anak buah andalannya. Jey masuk tanpa ijin Kent.

Dan benar, tebakan Jey tepat sekali bahwa Kent sedang bersama Lalis. Wanita yang ia benci karena merebut Kent darinya.

Lalis kasian sampai harus terkejut seperti itu.

"Ayah, keluarlah. Kau tidak boleh mengganggu,"

"Mengganggu apa?" tegas Jey. "Bawa Kent ke kediaman, dan buang wanita ini."

Kent maupun Lalis membelalakkan matanya. Kekhawatiran Kent sangat besar sehingga tidak sengaja memberikan kata-kata kasar kepada ayahnya. Mau bertindak kasar pun tidak bisa karena anak buah andalan ini tidak bisa di kalahkan meskipun menggunakan semaksimal mungkin tenaganya.

"Ayah, jangan lakukan apapun terhadap Lalis. Jangan sakiti dia."

Terlambat. Meskipun Lalis menghindar ataupun memberontak, anak buah Jey bisa dengan mudah melumpuhkan kesadaran Lalis dengan sekali pukulan.

"Tidak. Lalis," teriak Jey.

"Buat dia pingsan agar aku tidak menghabiskan energiku untuk memberikannya pelajaran," titah Jey.

Dan pada akhirnya mereka berdua dalam bahaya. Ingat, ini bukan di hotel jadi tidak akan ada yang menolong mereka berdua meskipun harus berteriak minta tolong.

Ini villa Kent yang terletak di tempat terpencil, sedikit jauh dari kota.

"Merepotkan ."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!