Your Name
Sudah enam bulan sejak Lalis keluar dari perusahaan yang membuatnya muak dalam waktu lama. Bermain kotor supaya mendapatkan promosi jabatan, bertindak curang agar hasil kinerja memuaskan.
Betapa leganya Lalis keluar dari perusahaan itu. Akan tetapi kekasih yang sangat ia cintai masih terikat dengan perusahaan itu. Kekasih Lalis yang merupakan putra penerus perusahaan JT Nether tentu tidak bisa meninggalkan apa yang akan jadi miliknya. Ia tahu bahwa kantornya penuh dengan aib. Bukan berarti ia sama dengan yang lain, justru kekasih Lalis sedang membuat peraturan ketat untuk perusahaannya.
Hambatan yang membuat perusahaan sulit menjadi benar-benar baik adalah karena ayahnya yang tak lain pemilik perusahaan ini. Sebut saja kekasih Lalis bernama Kent. Ayah Kent tidak mencegah keinginan kotor bawahannya. Semua ini dimulai oleh manajer JT Nether yang memiliki keinginan tidak terpenuhi. Akibatnya ia bertindak tidak senonoh untuk mendapatkan keinginannya.
"Aku sudah menemukan pekerjaan baru," ucap gadis usia 23 tahun berperawakan tinggi 165 dengan badan ideal layaknya jam pasir. Ia tengah terduduk sejenak di cafe sambil sesekali meneguk kopi yang ia pesan sebelumnya. Yang ia telpon tentu pacarnya yang masih sedang bekerja di jam 9 pagi seperti ini.
"Benarkah? Dimana kamu bekerja, Sayang?" tanya sang kekasih. Ia yang tengah fokus pada komputernya akhirnya terhenti karena pernyataan Lalis yang membuatnya bahagia.
"Aku bekerja di perusahaan TL Income. Aku ditawari untuk memilih dua tim karena keterampilanku dinilai bagus."
"Wah, sayang TL Income adalah perusahaan besar ke 2 di negara kita. Kau hebat sayang."
"Aku merasa beruntung karena ditolak di perusahaan kecil dan diterima di perusahaan besar. Entah mengapa itu terjadi."
"Sudahlah. Kapan kau mulai bekerja?"
"Besok aku sudah mulai, kok."
"Aku harus mengantarmu karena besok harimu bekerja."
"Ah benarkah? Aku suka saat kau mengantarku bekerja." Lalis tersenyum bahagia. Begitupun dengan Kent.
"Sudah dulu, ya. Aku harus bekerja. Nanti pulang kerja aku ke rumahmu. Ada yang ingin aku bicarakan."
"Ah ya baiklah."
Lalis meletakkan ponsel di meja lalu mengangkat tangan memanggil pelayan. Pelayan wanita itu datang dan menawari beberapa makanan dan minuman.
"Kopi susu satu lagi."
"Baik."
Setelah perginya pelayan, Lalis kembali menatap ke luar jendela cafe, memandangi perusahaan yang baru saja menerimanya. Ia tersenyum senang karena mulai besok ia bisa bekerja lagi setelah enam bulan jadi pengangguran.
"Aku harus merayakannya dengan Kent," gumamnya.
Lalis langsung antusias ketika pria berusia 27 tahun berperawakan gagah, bersih dan anggun yang tak lain adalah Kent datang ke apartemen barunya. Beberapa menit lalu ia memberikan alamat serta kode apartemen barunya kepada Kent. Lalis benar-benar bahagia hingga tidak mau melepas pelukan Kent.
"Kau sangat bahagia ya sampai memelukku erat seperti ini," ujar Kent sambil tersenyum kecil.
"Tidak. Aku sangat merindukanmu, karena itu aku memelukmu."
" Sudah, sudah. Mari kita duduk dulu."
Sampai akhirnya mereka duduk berdua di sofa, "ada yang ingin aku bicarakan," ujar Kent dengan raut wajah tidak menyenangkan.
Lalis khawatir dengan ekspresi wajah Kent saat ini. Apa pembicaraannya akan melukainya atau melukai Kent. Kelihatannya salah satu dari Kent dan Lalis akan terluka.
"Hei, jangan membuatku cemas. Kenapa ekspresimu seperti itu?"
Tiba-tiba Kent tertawa melihat wajah Lalis yang tengah mencemaskannya. Lalis bingung dan terheran apa maksud Kent dengan ini?
"Kenapa kamu serius banget, Sayang?" Kent belum berhenti tertawa.
Lalis mengubah ekspresinya jadi mengambek. Ia meraih bantal dan memukul Kent dengan bantal itu. Itu pembalasannya karena sudah membuatnya khawatir dan menunggu.
"Kenapa gitu si. Kamu seneng isengin aku, ya?" ujar Lalis. Masih sambil dengan rajukannya.
Kent berhenti tertawa lalu membawa Lalis dalam pelukannya.
"Sudah, sudah. Maaf ya udah isengin Lalis," ucapnya sambil mengelus rambut lurus panjang nan hitam lekat milik Lalis.
Lalis mendekat lalu membalas pelukan Kent. "Aku tidak bisa merajuk lagi kalau kau seperti ini," ucap Lalis.
"Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan lebih berjuang untuk cinta kita," ucap Kent.
"Benarkah?" tanya Lalis sambil mendongak.
Kent mengangguk mengiyakan Lalis. Lalis kembali memeluknya.
"Aku sangat suka Kent Jwart."
Kent tersenyum, namun raut alisnya tidak bisa membohongi bahwa ia sedang sedih.
,"Aku akan mengatasi perjodohan itu. Tunggu aku, Lalis. Aku hanya akan hidup bersamamu," ucap Kent dalam hati.
\*\*\*
"Teman-teman akurlah. Dia adalah karyawan baru di tim pemasaran ini. Jangan ada yang mengganggunya saat ia bekerja, ya. Mengerti?"
Wanita yang lebih tua dari Lalis yang merupakan ketua tim pemasaran yang memperkenalkannya. Perawakan yang tidak jauh berbeda meskipun Lalis lebih tinggi darinya. Usianya akan menuju 40 tahun, ia ibu dari dua anak.
Saat semua sudah paham dan berkenalan dengan Lalis, Lalis mulai duduk dan bekerja. Lalis sangat nyaman dengan ruangan juga ke empat rekan barunya. Tidak ada yang mengajaknya mengobrol dan tidak ada juga yang mengajaknya bermusuhan. Semua aman-aman saja. Mereka semua rajin dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Tiba-tiba keua tim menyebut nama Lalis di sela-sela pekerjaannya.
"Iya, Bu?" sahut Lalis.
"Apa kerjaan anda ada yang menyulitkan? Jika ada kau tidak usah sungkan untuk bertanya atau meminta bantuan."
Lalis sedikit tersentuh karena perhatian Bu Saka selaku ketua tim di tim pemasaran ini. Dan benar, ini yang seharusnya ketua lalukan ketika ada anak baru di tim-nya.
"Ah, untuk sekarang tidak. Nanti kalau ada yang menyulitkan saya akan langsung minta bantuan."
Percakapan mereka berakhir dengan senyuman hangat.
Waktu istirahat tiba, Lalis bersiap untuk makan siang. Ia berencana makan siang di cafe terdekat. Seharusnya Lalis membawa bekal makan siang tapi karena ia takut kesiangan akhirnya tidak membuat bekal makan siang.
"Lalis,"
Lalis menoleh saat Bu Saka memanggilnya.
"Kami akan makan siang di cafe depan. Ayo ikutlah dengan kami," ucap Bu Saka.
Lalis sedikit canggung dengan rekan kerjanya. Mereka semua sangat dewasa dan kalem. Pembawaannya begitu hangat.
Diantara keempat rekan kerjanya satu berjenis kelamin laki-laki. Dia adalah Jovi Erland, berusia 25 tahun sosok pria tanpa banyak bicara namun tidak sombong. Jika dilihat dari fisik, Jovi bertinggi badan 178-180. Sedikit kurus namun itu membuatnya cocok menggunakan pakaian macam apapun.
Jovi akan sangat keren ketika memakai kacamata saat fokus dengan komputernya. Bisa dibilang itu kacamata kerjanya. Gaya rambut yang rapi meskipun bukan gaya kekinian. Intinya Jovi merupakan sosok yang cool tanpa banyak gaya.
"Kau tidak perlu canggung, Lalis. Sekarang kita rekan kerja," ucap wanita modis nan cantik bernama Kenya Gordan.
Kenya si paling modis di tim pemasaran ini. Berusia 27 tahun, masih single karena ia trauma untuk mencintai. Ia sangat mementingkan gaya tapi bukan berarti ia suka menghabiskan uang. Ia paling tahu cara mengelola uang. Hanya saja menurutnya penampilannya lebih penting.
Ia memiliki khas rambut yang selalu diikat di atas tanpa dicepol. Diikat namun dibiarkan terurai, layaknya Ariana Grande tanpa berponi.
Sedangkan dua wanita biasa rekan kerjanya hanya tersenyum tulus menunggu jawaban Lalis.
"Boleh."
Dan akhirnya mereka makan bersama di cafe depan perusahannya. Sebenarnya di perusahaan ada kafetaria, tapi kebiasaan karyawan tidak makan disana. Namun juga tidak semua karyawan makan siang di luar.
Sorot mata mereka tertuju pada meja nomor 6, kecuali Lalis. Lalis ikut-ikutan karena mereka terus melihat ke arah meja nomor 6 dimana seorang pemuda rapi dan berkarisma serta tak absen dari wajahnya yang tampan.
"Sebaiknya kita bersikap normal sebelum ketahuan kita sedang penasaran dengannya," ujar Bu Saka.
Penasaran apa? Siapa pria itu sehingga mereka begitu segan padanya?
"Oh, ya. Lalis pasti kebingungan. Orang yang kami lihat itu Pak Great, direktur di perusahaan TL Income. Kami heran karena beliau berada di luar. Biasanya Pak Great tidak suka menunjukkan dirinya, tapi kali ini- ya begitulah." Selia angkat bicara.
Wanita berusia 25 tahun itu menjelaskan secara rinci bagaimana kebiasaan direktur TL Income serta bagaimana dia menjabat di perusahaan. Sikap dan sifat Great Joul, semuanya Selia ceritakan dengan rinci.
"Kudengar orang tuanya menekan Pak Great untuk segera menikah karena tanggal 23 bulan depan ia berusia 31 tahun." Lanjut Veronika, bestie Selia. Bu Saka, Jovi dan Kenya sudah tahu kebiasaan mereka berdua yang kemana-mana selalu berdua.
Mereka berdua merupakan orang termuda di tim pemasaran, tetapi karena sekarang Lalis di bawah umur Selia dan Veronika, jadi Lalis menjadi orang termuda di tim pemasaran.
"Kenapa sedingin itu ya direktur perusahaan ini? perasaan Kent tidak begitu," ucap Lalis dalam hati.
"Oh ya. Jangan terus membicarakannya. Aku ingin tahu banyak tentang Lalis," pungkas Kenya.
"Iya. Jangan merasa canggung dengan kami, Lalis. Dari riwayat pekerjaan sebelumnya, kau memiliki kemampuan dalam bekerja. Kau juga di promosikan menjadi skertaris direktur utama di JT Nether. Apa itu benar, Lalis?" tanya Bu Saka sambil melahap pelan makanannya.
"Itu-"
"Aku tidak suka mengungkit hal ini. Aku di promosikan karena-" batin Lalis.
"Maaf." Jovi berdiri dari tempat duduknya.
"Saya harus kembali ke kantor karena hari ini saya harus pulang cepat," ujar Jovi.
Kenya pun sama. Ia berdiri seperti Jovi. "Saya juga. Saya ingin pulang cepat karena ingin lebih santai di rumah nanti."
Bu Saka melihat jam di tangannya.
"Masih ada waktu 30 menit. Masuklah jika memang itu yang kalian inginkan. Kami akan tetap di sini."
Kecuali Lalis, ia segera menyahut. "Ah, saya juga akan masuk sekarang," ujarnya.
"Ah sekalian saja semuanya masuk," ucap Veronika.
Dan pada akhirnya tidak ada yang tinggal di cafe meskipun waktu istirahat masih panjang.
\*\*\*
"Bu Saka,"
"Ya Lalis," jawabnya.
"Saya pulang duluan," ucap Lalis sambil membenahi alat kerja di meja kerjanya.
Baru pertama kerja tapi Lalis harus di buat lembur. Entah kenapa secara tiba-tiba tim pemasaran memiliki tambahan kerjaan, dan itu ditunjukkan kepada Lalis.
Sebelumnya skertaris Pak Great datang dan menyampaikan tugas baru yang diinginkan Pak Great. Dia bilang bahwa anak baru yang harus mengerjakannya karena direktur ingin melihat kinerja anak baru itu yang tak lain adalah Lalis.
"Pulanglah, Lalis." Beruntung Lalis memiliki ketua tim yang baik dan hangat padanya.
Lalis keluar dari kantor menuju lift untuk turun ke lantai satu. Saat menunggu lift seseorang datang berdiri di samping Lalis. Lalis menoleh.
"Kenapa bisa barengan dengan Pak Great," batin Lalis.
Ia membungkuk serta memberi salam kepada Pak Great. "Selamat malam, Pak."
Great menolah, "selamat malam," ujarnya tanpa ekpresi.
Lalis sangat gugup karena harus satu lift dengan direkturnya.
Lift terbuka.
"Aku masuk tidak, ya?" batin Lalis.
"Masuk saja," ujar Great seolah tahu isi hati Lalis.
"A-ah, ya, Pak." Ujarnya gugup.
Hening.
Tiing, lift terbuka. Great keluar duluan dengan dinginnya, diikuti dengan Lalis.
Sengaja ia memperlambat jalannya agar tidak berbarengan dengan Pak Great. Eh tunggu, ada yang jatuh dari tangan Pak Great saat akan menuju parkiran.
Lalis menghampiri dan mengambil, itu kartu nama Pak Great. Lalis mengejar Pak Great tapi sayangnya ia sudah melajukan mobilnya.
"Yasudah besok saja," gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments