Pertama berhadapan.

Keesokan harinya Lalis memulai kerja lagi. Dari semalam ia memikirkan bagaimana dia mengembalikan kartu nama milik direkturnya. Hanya kartu nama saja, tapi itu harusnya penting bukan?

"Lalis, coba tolong pahami file yang saya kirim ke email-mu," ucap Bu Saka.

"Baik."

Lalis membuka file dan mulai mengerjakannya.

Beberapa menit kemudian, ponsel Lalis bergetar dna menyala. Notifikasi pesan dari Kent.

*Semangat sayang*

Begitulah isi pesan itu. Lalis tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya tanpa membalas pesan Kent.

3 hari kemudian.

Hari minggu, tentu hari libur sedunia. Lalis menghabiskan hari liburnya di apartemen. Tidak ada yang ia lakukan sejak pagi kecuali bersih-bersih apartemen.

Beberapa jam lalu Kent memberikan pesan bahwa ia harus menangani masalah di kantornya, meskipun ini hari minggu.

Lalis teringat dengan kartu nama Great. Ia beranjak mengambil ksrtu nama itu yang ia simpan di laci lemari. Tentu Lalis harus menyimpannya dengan apik karena itu milik direktur perusahaan tempat ia bekerja.

"Great Joul. Nama ini sangat bagus memiliki aksen english. Sebenarnya dia itu manusia seperti apa. Kenapa sangat tampan sekali bahkan Kent saja kalah tampan," gumam Lalis.

"Ini nomor telepon pribadinya, ya? Kenapa aku gak sadar ada nomor telpon tahu gitu aku telpon saja dan mengatakan semuanya," gumamnya lagi.

"Sulit kalau bertemu dengan Pak Great di kantor. Maklumlah dia kan direktur, pasti sangat sibuk dengan kerjaannya," monolognya.

"Apa aku sopan kalau menelpon Pak Great agar kartu namanya kembali ke pemiliknya."

Setelah beberapa menit berpikir, akhirnya Lalis menelpon Great secara pribadi.

Deringan ponsel membuatnya gugup. Kenapa Great tidak menjawab?

Setelah berpikir Great tidak akan menjawab, akhirnya telpon Lalis diangkat oleh Great.

^^^"Halo."^^^

Lalis gugup mendengar suara Great yang terkenal dingin.

"Ha-halo, Pak Direktur."

^^^"Siapa dan ada keperluan apa?"^^^

"Apa mungkin ini bukan Pak Great, ya?" hati Lalis bergumam.

"Saya Lalis, karyawan dari tim pemasaran."

^^^"Lalu?"^^^

"Kemarin kita- ah maksud saya, Bapak satu lift dengan saya. Dan saat menuju parkiran-"

^^^"Datanglah ke rumahku jika ada yang ingin kau sampaikan. Itu penting. Datanglah!"^^^

Lalis terheran saat telponnya diputus sepihak oleh Great.

"Apa-apaan. Kenapa sampai harus datang ke rumahnya," gumam Lalis. Ia menggigit kuku jempol tangannya karena gerogi.

"Jangan-jangan Pak Great menyadari kehilangan kartu namanya."

HP Lalis bergetar, notif dari nomor Great.

*Saya tunggu satu jam*

Di siang bolong begini harus merepotkan Lalis. Apalagi cuaca sangat terik. Bisa gawat kulit Lalis kalau terus berada di bawah terik matahari seperti ini.

Begitu casualnya Lalis. Jeans biru terang di padukan dengan kemeja daleman kaos putih. Rambut dibiarkan terurai dengan *style little pony*.

"Waaah, emang kalo rumah-rumah direktur tuh pada bagus, ya," ucapnya terkagum saat tahu kalau rumah Great sangat besar dan terlihat rapi dari luar.

Lalis berjalan menuju gerbang.

"Nona Lalis."

Seseorang berpakaian seragam satpam di depan gerbang rumah Great memanggilnya saat Lalis akan menuju gerbang.

"Bagaimana satpam ini bisa tahu namaku?" batin Lalis bertanya-tanya.

"Silakan masuk. Tuan sudah menunggu," ujar satpam itu.

Dengan canggung Lalis mengangguk setuju.

Bagaimana ini? harus jalan ke arah mana Lalis?

Rumah ini sangat besar sehingga Lalis harus berjalan lama sampai menuju pintu masuk.

Baru membuka pintu, Lalis dikejutkan dengan Great yang tengah terduduk di sofa mewah milik Great. Tentu Lalis canggung dengan situasi seperti ini sehingga ia terdiam cukup lama di depan pintu yang sudah terbuka.

"Pak-"

"Aku sengaja," ucap Great memotong pembicaraan Lalis yang baru berucap satu kata.

Tentu ucapan Great tidak bisa dimengerti Lalis. Apanya yang sengaja? ia saja belum banyak bicara apalagi Lalis baru menginjakkan kakinya di rumah Great.

"Masuklah dan duduk di sampingku," ujar Great.

Berkediplah Lalis!

"Bagaimana bisa dia sedatar ini ketika berbicara. Ternyata apa yang dikatakan Bu Saka dan yang lainnya tepat sekali. Pria ini sulit ditebak," batin Lalis.

"Sa-saya hanya akan memberikan barang anda yang terjatuh."

Lalis memperlihatkan barang yang dimaksudnya milik Great.

"Berikan itu," titah Great.

Lalis perlahan berjalan menghampiri Great meskipun gugup.

Great mengadahkan kepalanya kepada Lalis yang kini tepat di hadapannya. Sedikit lebih jauh.

"Ini, Pak."

Dalam beberapa detik Great mengabaikan apa yang ingin Lalis berikan. Sampai ia mengambilnya, Great berdiri.

"Apa kau akan terus berdiri ketika sedang bicara dengan atasanmu," ujar Great.

"Ah- maafkan saya jika saya bersikap tidak sopan. Tapi ..."

"Aku tidak bisa, dia sangat bersinar sehingga jantungku sulit berdetak normal," batin Lalis.

"Eee- mohon maaf, Pak."

Lalis membungkuk. Tidak ada kata yang bisa ia bicarakan dengan Great meskipun ini bukan pertama kalinya ia berbicara dengan atasan.

"Pak, apa ada lagi yang ingin bapak bicarakan?"

Great mendengus mengeluh, "aku tidak setua itu untuk dipanggil bapak," jawab Great.

"Anda direktur kami, Pak."

"Panggil aku Great," ujar Great. Namun Great sadar apa yang ia katakan barusan. Bukankah kedatangan Lalis sudah memperlihatkan bahwa Great bersikap tidak biasa. Great menyadari itu, akan tetapi Great harus menahan dulu. Belum saatnya untuk saat ini karena Lalis akan terkejut.

"Ya, panggil aku Pak. Karena aku direktur."

Lalis terkejut. Kenapa Great harus menyuruh Lalis tidak menyebut atasannya dengan sepantasnya. Sangat aneh.

"Ah ya, kau boleh pulang. Terimakasih sudah datang memberikan ini."

Great beranjak meninggalkan Lalis. Padahal seharusnya Lalis duluan yang meninggalkan rumah ini. Semakin tak terlihat wujud Great, Lalis berbalik untuk keluar dari rumah ini.

Lalis tidak menyadari bahwa Great melihatnya dari lantai dua. Ia mendengus frustasi karena harus senaif ini mengenai Lalis.

"Aku suka wajah polosmu Lalis. Kau membuatku gila," gumamnya.

Lalis mendengar ucapan-ucapan orang yang bekerja untuk Great ketika ia berjalan keluar dari kawasan rumah ini. Satu kalimat yang ia dengar adalah,

"tuan tidak mungkin mengundang tamu jika bukan tuan Willie, sahabat sejatinya."

Ucapan itu Lalis acuhkan. Toh, ia tidak paham apa yang dimaksud orang-orang itu.

Tanpa menunggu lama, taksi lewat di hadapannya. Tentu Lalis menghentikan taksi itu sebagai alat transportasinya untuk pulang ke apartemen.

Keesokan harinya.

Setelah menuangkan kopi panas, Lalis langsung berbalik badan untuk kembali ke timnya. Tanpa ia sengaja kopi itu harus tumpah di baju orang lain saat Lalis membalikkan badannya.

"Sshh-ah,"

"Oh gosh," umpat Lalis.

"Pak Great."

Lalis melihat tumpahan kopi itu mengotori kemeja dan jas yang Great kenakkan. Segera Lalis ambil tisu meskipun tidak akan membuat pakaian itu bersih. Tapi setidaknya Lalis bisa membersihkan lengan Great yang terkena tumpahan kopi milik Lalis.

Tidak ada pembicaraan, bahkan Great membiarkan Lalis berbuat sesuka hati kepadanya.

"Saya minta maaf, saya minta maaf," ujar Lalis sambil membungkukkan tubuhnya setelah membereskan kemeja Great.

"Habislah aku," batin Lalis ketakutan.

Hanya terkena panas sedikit, tangan Great langsung memerah. Lalis melihatnya dan itu membuat Lalis khawatir.

"Pak, tangan anda?"

Great tidak masalah bahkan tidak terasa sakit. Setelah melihatnya Great sadar tangannya terluka.

"Ah, ya. Ini panas sekali dan- terasa sakit," ungkapnya. Apapun yang Great bicarakan akan terlihat datar wajahnya.

"Perawat di klinik bisa mengatasinya. Mau saya antar?" Karena merasa harus bertanggung jawab, jadi Lalis menawarkan dirinya.

"Boleh."

Beberapa menit sampai di klinik, Lalis terheran kemana perawat yang bekerja di klinik ini.

Tinggal berdualah mereka. Great terduduk sambil mengelus tangannya yang masih memerah.

"Kemana perawat di sini? apa di perusahaan ini klinik sesepi ini, ya?" batin Lalis.

"Sshh,ah."

Ringisan Great membuat Lalis khawatir. Tapi seharusnya sudah tidak sakit karena sudah lama juga. Paling sedikit membekas di area luka.

"Bagaimana ini, apa aku harus menggantikan perawat dan merawat lukanya? aku kan banyak kerjaan," batin Lalis. "Tapi aku yang membuatnya begitu," lanjutnya.

Lalis beranjak, mencari letak kotak p3k darurat.

"Maaf, Pak. Apa kau tahu dimana letak obat-obatan dan peralatannya?" tanya Lalis dari kejauhan.

"Aku tidak tahu karena belum pernah masuk ke sini," jawab Great.

Great tersenyum melihat tingkah Lalis.

Notif dari skertaris Great menelpon. Tingkah Great sangat konyol ketika menyembunyikan pembicaraannya dari Lalis agar Lalis tidak mendengarkan percakapannya.

^^^"Perawat yang mengurus klinik sudah pulang dan menikmati cutinya, Pak."^^^

"Bagus. Sekarang pastikan bahwa tidak boleh ada yang masuk ke klinik untuk hari ini. Gantikan saja dengan cuti jika ada yang sakit," jawab Great.

^^^"Baik, Pak. Tapi kenapa bicara anda pelan sekali."^^^

"Itu tidak penting."

"Pak, sudah ketemu." Lalis berujar. Dengan cepat Great mematikan telpon yang tanpa disadari skertarisnya mendengar suara Lalis saat memanggil Great.

"Ah, ya. Bagus," ucapnya sembari menyembunyikan apa yang sudah ia lakukan.

Sebelumnya Great mengirim pesan kepada skertarisnya untuk menyuruh perawat keluar dari klinik sehingga di berikan cuti oleh Great. Dan akhirnya ya ... berjalan lancar seperti yang Great mau.

"Pak ulurkan tangan anda yang sakit," ucap Lalis setelah duduk berhadapan dengan Great.

Great yang patuh.

"Saya tidak tahu banyak tentang merawat luka jadi, saya akan mengoleskan salep ini," ujar Lalis.

"Apa kau tahu ini salep apa?"

Lalis mendongak.

"Emmm- sebenarnya saya memang tidak tahu cara merawat luka. Saya hanya melihat salep ini dan lainnya ada obat-obatan."

Great mendengus.

"Dari awal aku sangat ragu melihatmu ingin merawat lukaku." Great mengambil alih peralatan itu. Lalu menyimpannya di nakas. Letaknya tidak jauh dari kasur.

"Kau tidak perlu merawatnya lagi," ujar Great sambil beranjak menuju wastafel. Lalis menatap punggung pria itu.

Sambil membuka jas dan kemejanya Great berkata, "cuci saja bajuku kalau kau merasa bersalah."

Lalis langsung mengalihkan pandangannya setelah tubuh kekar Great terlihat olehnya.

"Kenapa Pak Great tidak malu membuka bajunya di depanku," batin Lalis.

"Boleh saja. Nanti sepulang kerja saya akan ambil pakaian bapak. Sekarang saya harus menyelesaikan pekerjaan saya terlebih dahulu," jawab Lalis tanpa menoleh ke arah Great.

"Siapa suruh kamu pergi sekarang?"

"Tapi saya-"

Lalis kaget karena Great sudah ada dihadapannya. Great membungkuk memandangi wajah Lalis dari dekat. Wajah yang malu dan gugup karena melihat Great tanpa baju.

Begitu pedenya Great, ya.

"Aku harus keluar dengan tampilan seperti ini?"

Lalis menelan ludahnya sendiri lalu memalingkan tatapannya dari Great. Jantungnya berdegup kencang, entah karena gugup dan takut atau karena hal lain.

Great semakin mendekatkan tubuhnya, tangannya menyentuh ranjang. Lalis menjauhkan badannya namun harus bagaimana. Toh posisinya terduduk di hadang Great.

Tangan Lalis mencengkram rok span pendeknya. Lalis tidak bisa melawan jika dia atasan, tapi ini melewati batas. Great mengahalangi Lalis untuk bekerja. Tapi kan Great atasannya, ia sendiri yang menghalanginya. Jadi tidak akan ada sanksi atau pemotongan gaji untuk Lalis.

"Aku suka wajah polosnya. Aku menyukainya, dia- dia membuatku tidak bisa lupa dengan wajahnya," batin Great.

Lalis mendorong bahu Great. Tidak peduli ia bersikap lancang atau tidak, yang ia pikirkan adalah Kent. Pria lain tidak bisa begini padanya kecuali Kent.

"Pak, saya akan bertanggung jawab. Tolong simpan baju bapak di klinik, saya akan membawanya nanti setelah pulang kantor."

Lalis sedikit pun tidak memandang wajah Great. "Masih banyak kerjaan yang harus saya kerjakan. Saya pamit dulu, Pak."

Lalis beranjak pergi meninggalkan Great. Great mendengus lelah. Ia mengetikkan di HP lalu ke arah telinga.

"Joy, bawakan aku kemeja dan jas baru," ujarnya.

Joy yang merupakan skertarisnya. Berusia 40 tahun belum menikah juga belum punya pacar.

^^^"Baik, Pak."^^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!