Bab 3

Setelah menyelesaikan pekerjaan nya di restoran tempat ia bekerja, kini Alika pun datang ke tempat yang sudah tunjuk oleh bos nya.

Pesta yang cukup mewah ala para konglomerat membuat Alika sedikit terpukau dengan keindahan tempat itu, namun seseorang menepuk pundaknya sedikit kasar membuat Alika terkejut dan kembali ke dunianya.

"Kamu Alika yang di kirimkan tuan Edgar untuk menjadi pelayan tanpa bayaran malam ini?"

"Apa tanpa bayaran?!" Pekik Alika yang terkejut dengan ucapan pria muda di hadapannya.

"Cepat mulai bekerja, sebentar lagi tamu akan segera datang dan acaranya akan segera di mulai." Ucap pria muda itu tak mempedulikan ekspresi wajah Alika saat ini.

"Aku tidak mau! enak saja dia pikir aku ini robot tak bernyawa yang bekerja tanpa mendapatkan upah." Protes Alika.

"Ayo ikut aku." Pria muda itu menarik tangan Alika, tapi dengan cepat Alika menipis tangan pria itu.

"Jangan pegang-pegang! dan satu lagi aku tidak mau bekerja jika aku tidak mendapatkan upah, aku bekerja untuk bertahan hidup bukan bekerja untuk bakti sosial pada orang kaya seperti mereka." Ucap Alika yang kini mulai melangkahkan kakinya meninggalkan pria itu.

"Hai kau mau kemana?!" Teriak pria muda itu, namun Alika tak menghiraukannya dan terus melangkahkan kakinya meninggalkan pesta itu.

Tapi dengan cepat pria muda menyuruh penjaga untuk mencegahnya pergi dan membawanya dengan paksa.

"Lepaskan aku!" Teriak Alika yang berusaha untuk melepaskan cengkraman kedua pria bertubuh tegap itu darinya.

"Ada apa ini." Suara bariton membuat Alika langsung melirik ke arahnya.

"Nahh ini dia biang masalahnya." Gumam Alika yang langsung menginjak kaki dua pengawal itu dengan sangat kencang.

Arrghhh...

"Rasakan itu! makanya jangan macam-macam denganku." Ucap Alika yang langsung menghampiri Edgar.

"Bukankah saya sudah katakan padamu untuk tidak melakukan keributan." Ucap Edgar dengan wajah datarnya.

"Saya tidak akan membuat keributan jika mereka tidak mengganggu saya, dan satu lagi saya tidak mau bekerja secara cuma-cuma disini apa bapak pikir di dunia ini ada yang gratis?" Tanpa rasa takut Alika mengutarakan semua kekesalan yang ada di dalam hatinya saat ini.

Edgar tersenyum sinis. "Jadi apa mau mu?" Tanya Edgar singkat.

"Saya akan bekerja dan mendapatkan hak saya tapi jika bapak tidak mau memberikannya, mohon maaf saya lebih memilih untuk pulang saja karena saya sudah sangat lelah hari ini dan saya tidak mau memberikan tenaga saya secara cuma-cuma." Tukas Alika dengan penuh keberanian.

"Baik, aku akan tetap memberikan upah padamu dan cepat bekerja dan jangan membuatku malu karena kau sudah membuat keributan di pesta ini." Edgar menyetujui permintaan Alika dan langsung pergi meninggalkan tempat itu di ikuti asisten pribadinya.

"Mudah sekali menggertaknya, aku pikir dia orang yang kejam tapi ternyata dia." Alika tersenyum miring dan mulai bekerja seperti yang sudah di perintahkan oleh big bosnya.

***

"Tuan muda apa yang anda rencanakan, mengapa anda membawa nya ke pesta ini?" Tanya David yang mulai waswas dengan langkah yang di ambil Edgar.

Karena ia David tahu jika pesta itu hanya akan di hadiri oleh para pria.

"Kau jangan khawatir aku akan melakukan sesuatu hanya untuk membuatnya jera menjadi wanita yang suka memanfaatkan pria atas nama cinta." Edgar tersenyum penuh arti menatap Alika yang mulai bekerja sesuai perintahnya.

Malam semakin larut dan para tamu undangan pun mulai berdatangan memenuhi acara pesta tersebut. Alika masih bekerja mengantarkan makanan dan minuman pada para tamu yang datang, namun kini ia baru menyadari bahwa di pesta itu tak ada seorang pun wanita selain dirinya.

"Apa ini pesta khusus para pria? kenapa tidak ada satu pun tamu wanita disini." Alika mulai sedikit ketakutan dan berpikir untuk segera meninggalkan tempat itu, tapi seseorang memanggilnya dan meminta minuman yang sedang ia bawa.

"Silahkan tuan." Alika memberikan minuman yang diminta dengan sedikit menundukan wajahnya.

Di tempat yang tak jauh dari Alika berdiri saat ini Edgar sedang berbicara dengan seorang pria bertubuh tegap dengan penuh keseriusan.

"Apa kau yakin tuan Edgar?"

"Kenapa tidak, bukan kah kau yang meminta pesta ini sedikit berbeda?"

Pria bertubuh tegap itu hanya menganggukan kepalanya dengan senyuman menyeringai. "Tapi kau tahu bukan gadis seperti itu bukan tipeku, apa kau ingin menghinaku tuan Edgar Anggasta?"

"Bukankah aku sudah katakan tuan Riu kau bisa membawanya dan menjadikannya sebagai pelayan di rumahmu."

"Baiklah lalu bagai mana jika sebaliknya?"

"Aku akan menikahinya." Ucap Edgar dengan penuh percaya diri karena ia yakin jika dirinya akan menang dalam permainan yang akan ia mainkan bersama saingan bisnisnya itu.

"Deal." Edgar menjabat tuan Riu sebagai tanda persetujuan untuk menjadikan Alika sebagai taruhannya.

"Deal."

"Tuan muda apa kau yakin akan menang? bagai mana jika kau kalah apa kau benar-benar akan menikahi kekasih adikmu sendiri?" David tak yakin dengan keputusan majikannya, karena ia sangat tahu bagai mana sikap tuan Riu yang selalu menghalangi segala cara untuk mengalahkan musuh-musuhnya.

"Diamlah David, ini adalah pertarunganku dan aku yakin aku akan memenangkan permainan ini dan aku akan sangat puas karena sudah memberikan pelajaran pada wanita yang sudah memanfaatkan cinta adikku." Ucap Edgar penuh keyakinan.

"Tapi tuan,"

"Pergilah aku tidak ingin di ganggu saat ini." Edgar mengusir asisten pribadinya dan mulai pokus pada kartu-kartu yang ada di tangannya.

Tuan Riu mengangkat sebelah alisnya memberikan kode pada seseorang yang berdiri tak jauh darinya.

Permainan kartu itu terus berlangsung dan Edgar mulai berkeringat karena dua kali ia sudah kalah dari saingannya.

"Sial! kenapa ini bisa terjadi, apakah dia mencurangi aku." Batin Edgar bermonolog kini ia pun mulai meminum air yang ada di sampingnya.

Tuan Riu tersenyum menyerinyai menatap wajah Edgar yang mulai memerah.

"Tuan Edgar apa kau akan terus melanjutkan permainan ini?"

"Ya tentu saja." Jawabnya singkat.

Namun kini Edgar merasakan keanehan pada dirinya bahkan pandangan matanya pun mulai mengabur.

"Sial ternyata kau benar-benar sudah mencurangi aku!" Ucap Edgar yang mulai tak sadarkan diri.

"Angkat dia." Titah tuan Riu pada orang-orangnya.

"Baik tuan."

Kini orang-orang tuan Riu pun mengangkat tubuh Edgar dan membawanya ke kamar yang sudah mereka siapkan.

"Edgar Anggasta, kau tidak bisa membodohi aku begitu saja. Sekarang nikmati malam indahmu bersama pelayan itu dan aku akan menunggu surat undangan pernikahan mu dengannya." Tawa tuan Riu pun menggelar di ruangan itu, kini ia pun melirik sekilas pada David yang sudah tak sadarkan diri karena ulah orang suruhannya.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!